01: Beautiful Heart

13 5 0
                                    

Seorang gadis dengan rambut lurus se-bahu itu tengah berdiri di sebuah rak buku tinggi dengan tangan yang terisi beberapa buku tebal. Lalu gadis itu mengambil buku selanjutnya yang menurutnya cocok untuk pembelajaran nanti.

Namanya Sharen. Seorang gadis yang lulus tahun lalu, dan memutuskan untuk gapyear. Selama setahun lebih, ia belajar sambil bekerja sebagai freelancer. Hasil dari uang kerjanya itu ia tabung dan dipakai untuk membeli buku-buku yang menurutnya cocok dan soal-soalnya di prediksi keluar dalam SNMPTN.

Ia tengah mempersiapkan diri mengikuti SNMPTN untuk kampus negeri yang berada di kotanya. Sebenarnya Sharen ingin masuk ke kampus besar yang ada di Bandung, namun sayangnya kedua orang tuanya melarang Sharen untuk kuliah jauh-jauh.

Persiapannya sudah 70%, itu persentase untuk hari ini. Tidak tahu jika besok.

Karena Sharen adalah seseorang yang selalu ambil hati. Jika ia mendengar perkataan yang membuatnya menjadi down, persentase kesiapan Sharen dalam menghadapi PTN akan menurun sebesar 5%. Aneh memang, tapi itulah Sharen.

Makanya, daripada mendengar perkataan-perkataan itu, Sharen lebih banyak menghabiskan waktu sendirian di dalam kamar. Sekalinya keluar kamar hanya untuk membeli buku, makan, dan minum saja.

Mata Sharen menatap satu buku lagi yang berada di rak paling atas. Dirinya berjinjit untuk menggapai buku itu, namun tidak ada tanda-tanda buku itu bergeser atau tersentuh olehnya.

"Gue nggak habis thinking. Presentasi mulu, materi masuk mah kagak."

Suara orang yang berbicara itu masuk ke telinga Sharen, namun ia tidak mengambil pusing karena memang banyak orang yang berlalu lalang di toko buku itu. Dirinya masih berkutat dengan buku yang menarik perhatiannya itu.

Mata Sharen berbinar. "Nah, dapat!"

Hendak menarik buku itu keluar, ia justru terkesiap ketika seseorang menarik buku yang ia pegang juga. "Heh! Aku duluan yangㅡ" Kalimat Sharen terhenti ketika seorang lelaki tinggi di depannya itu tengah menatapnya kaget.

Astaga, bagaimana bisa ia bertemu orang itu di sini?

"Sharen?"

Kalau boleh jujur, Sharen belum berani bertemu orang itu. Dirinya lebih baik berkutat dengan banyak buku-buku tebal di kamarnya selama seharian penuh daripada bertemu dengan orang itu.

Sharen terkekeh canggung. "Halo, Sandi." Katanya, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bertemu dengan orang yang ia sukai di tempat umum seperti ini merupakan sebuah bencana bagi Sharen, apalagi lelaki itu mengetahui bahwa Sharen menyukai lelaki itu.

Habis sudah.

"Udah lama nggak ketemu, ya." Sandi, lelaki itu tersenyum manis, membuat pipi Sharen sedikit merona. Astaga, bagaimana bisa lelaki itu menjadi semakin tampan? "Kamu apa kabar?" tanya lelaki itu pada Sharen.

"B-baik." Oh, astaga. Sharen, tidak bisakah kau mengontrol suaramu yang terdengar sangat gugup itu? Baiklah, Sharen memang juara satu mempermalukan dirinya sendiri. Gadis itu berdeham, "K-kamu apa kabar?" tanyanya balik.

"Aku baik, makasih udah nanya balik." Lelaki itu masih mempertahankan senyuman yang membuat jantung Sharen berpacu kencang dan pipi Sharen yang memanas. Lelaki itu nampaknya menatap buku yang berada di tangan Sharen lalu bertanya. "Kamu gapyear?" tanyanya lagi.

Astaga, Sandi. Jantung Sharen sedang tidak baik-baik saja.

Sharen mengangguk. "Iya." jawabnya singkat.

"Mau masuk kampus mana?" tanya Sandi sambil memilih buku-buku yang berada di rak itu. Sedangkan Sharen sedari tadi memperhatikan gerak-gerik lelaki di depannya itu.

Beautiful TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang