BAB 2 Target Terdeteksi

234 30 3
                                    

***

Sudah lebih dari 20 menit yang lalu Dion tiba di depan gedung Baskara Group. Namun selama itu pula dia hanya menatapnya dari dalam mobil tanpa berniat untuk turun.

Sampai akhirnya kegiatan pria tersebut dikacaukan dengan suara ketukan di kaca mobil yang tiba-tiba.

Nata, sang pelaku tampak melirik singkat jam tangan yang melingkar apik dipergelangan.

"Kenapa masih diluar?" Ujarnya bertanya setelah pria itu berhasil keluar.

Dion yang tengah bersandar pada pintu mobil terlihat membuang muka sesaat sebelum kembali memusatkan atensinya pada sang kakak.

"Melepas rindu, maybe?"

Nata tersenyum kecil seraya menepuk singkat pundak pria tersebut, "Gak perlu dipikirin. Mas udah pindahin Dira ke Departemen lain, jadi kemungkinan presentasi kalian akan bertemu itu kecil, kecuali kalau kamu ada urusan dengan Departemen tersebut dalam jangka panjang."

Diam-diam Dion Menghela napas lega. Meski kisahnya dengan sang mantan istri sudah berakhir tiga tahun lalu, namun untuk kembali bertemu rasanya dia membutuhkan kesiapan terlebih dahulu.

Setelah memastikan mobilnya terkunci, dua pria Baskara itu kemudian berjalan beriringan memasuki gedung, tempat mereka berperang dengan tumpukan kertas penghasil uang.

***

"Assalamu'alaikum! Ibu, Izza pulang!"

Suara teriakan yang sangat memekakkan telinga membuat seorang wanita paruh baya yang tengah membuat kue di dapur hanya bisa menggelengkan kepala pelan.

Selang beberapa menit kemudian, siluet tubuh mungil sang putri muncul memasuki area dapur dengan langkah yang terlalu bersemangat sambil sesekali melompat-lompat kecil. Tak lupa mulutnya terus bernyanyi dengan suara fals alias pas-pasan.

Plak!

Izza sontak mengaduh ketika tangannya yang hendak mencomot bolu pisang di atas meja langsung ditepis oleh sang ibu.

"Itu pesenan," omel Isma seraya mendelik menatap anaknya yang kini tengah cemberut.

"Satu doang, Bu. Pelit banget deh,"

Isma menghela napas jengkel. "Kamu daripada ngerusuh mending bantuin Ibu anter pesenannya Mbak Lita sana,"

Raut wajah yang semula suram mendadak cerah, ketika mendengar nama si pelanggan.

Dengan gerakan secepat kilat, Izza langsung mengambil alih paper bag yang berisi bolu pisang pesanan calon ibu mertua.

Tak lupa senyum lebar mengembang indah dikedua sudut bibir mungil gadis tersebut, membuat Isma yang melihatnya jadi was-was sendiri.

Takut anak satu-satunya gila.

"Yaudah, Bu. Izza berangkat dulu. Assalamu'alaikum!"

Belum sempat Isma mencegah, namun Izza sudah ngacir tak karuan. Alhasil wanita paruh baya itu terpaksa berteriak karena sang anak pasti sudah jauh.

"IZZA MANDI DULU! DASAR JOROK!"

***

"Lihat ketekku, penuh dengan bulu.
Ada yang pendek dan ada yang panjang.
Setiap hari ku cukur semua.
Kanan dan kiri, tampak wangi dan putih."

Sepanjang perjalanan, Izza menghiasi setiap langkah kakinya dengan iringan lagu agar tak terlalu bosan.

Lirik lagu anak-anak yang semula enak di dengar mendadak berubah bak racun mematikan akibat tingkat kreatifitas gadis itu yang merubah setiap kalimatnya menjadi lirik baru yang amat sangat membagongkan.

Dermaga Jodoh PAK DUDA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang