"LO BEGO BANGET SIH HAR! KENAPA LO GA LARI LEBIH CEPET HAH?"ucap seorang pria sambil mengguncang kuat tubuh Gahar.
Wajahnya tampak merah padam, ekspresi kemarahan jelas terlihat di wajahnya, keringat membasahi pelipis nya.
"Maaf, Dim.. gue ga keburu."balas Gahar. Wajahnya nampak sangat bersalah, tatapannya kosong menatap ke arah dinding rumah sakit.
Suasana malam di rumah sakit menambah rasa yang sangat mencengkam diantara mereka.
Terdengar suara pintu terbuka, sontak mengalihkan pandangan Gahar dan kawan-kawan.
Seorang pria berpakaian dokter keluar dari pintu tersebut."Teman anda sudah tidak bisa diselamatkan lagi mas, sayatan di tangannya sudah terlalu dalam yang membuat nya kehabisan darah.
Luka tusukan yang di leher nya juga sangat dalam. Saat dilarikan ke sini kami sudah tidak bisa mengambil tindakan apa apa lagi." Ucap dokter itu, ia menghela nafas "yang sabar mas, ini sudah jalan yang ia pilih sendiri." Lanjut dokter itu sambil menepuk pundak Gahar lalu berjalan melalui nya.Tangisan teman teman Gahar sontak pecah saat itu juga, suara tangisan mereka menggelegar memenuhi ruangan. Tak bisa ia pungkiri bagaimana sakit nya ditinggalkan oleh sosok sahabat seperjuangan nya yang telah menemani nya sedari kecil
Gahar terdiam, ia berlari masuk kedalam ruangan untuk melihat sosok terakhir sahabat nya itu,
Ia berjalan menuju brankar tempat sahabat nya menghembuskan nafas untuk terakhir kali nya.Begitu sakit hati nya, ia sungguh tak menyangka bahwa saat ini ia telah kehilangan satu sosok sahabat seperjuangan nya.
Tangan gahar meraih kain putih yang telah menutupi paras sahabatnya, ditarik nya kain itu sampai akhirnya ia bisa melihat wajah sosok itu lagi.
Tangisannya pecah, di peluknya mayat sahabatnya itu, penyesalan dan segala umpatan datang untuk dirinya sendiri, kenapa ia tak lebih cepat menahan sahabatnya? seandainya ia lebih cepat, pasti sahabat nya masih berdiri disisinya untuk mendengarkan cerita nya.
Sosok bayang-bayang sahabat nya ketika masih hidup terus terlintas di kepala nya.
Tentang candaan yang sering ia lontarkan, tawa tanpa kepalsuan yang sering ia lihat, segala kenangan yang pernah mereka lalui, pahit manis nya cerita pertemanan mereka, serasa seperti film yang terputar kembali di kepala Gahar saat ini.Sesak rasanya, semua salah Gahar, andai saja ia lebih cepat pasti semua tidak akan seperti ini.
Terdengar kembali suara pintu terbuka, menampilkan sosok 9 pria dengan raut wajah yang sedih. Ya, itu teman teman Gahar.
Mereka datang menghampiri Gahar, salah satu diantara mereka, Dimas. melayang kan tamparan ke pipi gahar
"Salah Lo Har! Hidupin Devan lagi! Hidupin Sahabat gue lagi Har! " Maki Dimas, Gahar hanya terdiam menerima tamparan itu. Sesekali air mata nya masih menetes, tatapannya tak pernah beralih dari sosok Devan yang kini sudah tampak sangat pucat.
Ia tak bisa marah pada teman temannya, karena ia tahu,csemua ini juga salah nya, ia juga memarahi dirinya sendiri sedari tadi dari dalam hati, semua salah nya, semua karena dia.
Teman teman Gahar yang lain hanya menyaksikan kejadian tersebut, mereka tertunduk sambil sesekali meneteskan air mata, sungguh sesak rasanya.
Sesekali mereka bergumam, "kenapa Lo gak Dateng lebih cepat buat cegah semua ini terjadi, har?" Kalimat itu terus keluar dari bibir mereka"Lo semua diem deh, kita disini sama sama kehilangan. Jangan kaya bocah lu pada malah main tangan, mending kita dengerin dulu penjelasan Gahar," ucap salah satu diantara mereka,ia bergerak maju menghampiri Gahar, pria itu menatap dalam Gahar yang diam termenung sedari tadi, ditepuknya pundak Gahar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGAHAR
Teen FictionDia Alga, cowok pendiam yang nyatanya menyimpan Jutaan luka dalam dirinya. Sedari kecil ia hidup di Jalanan tanpa belaian kasih sosok orang Tua, berjuang dengan kawan kawan yang senasib dengannya demi mempertahankan hidupnya. "Sukses bareng, mati pu...