Bab 1

21 4 2
                                    

Tes... Tes... Tes...
Satu persatu tetesan air hujan mulai turun ke bumi. Membasahi setiap benda yang ia temui. Tak luput seorang siswi SMA yang tengah berdiri di halaman belakang sekolah. Menikmati setiap tetesan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya. Ia bahkan tak peduli dengan tas sekolahnya yang mulai basah. Ia memejamkan matanya dan mulai melupakan semua masalah yang ia hadapi.

''Dengan begini, tak akan ada yang melihat air mata ini.'' lirih Alya sambil menyeka air matanya yang sudah menyatu dengan air hujan.
Dan tanpa ia sadari, ada sepasang mata coklat hazel yang tengah memperhatikannya dari kejauhan.

Nathan bergegas menuju parkiran mobil saat ia menyadari hujan yang turun semakin deras. Namun, langkahnya terhenti saat ia melewati halaman belakang sekolah yang langsung terhubung dengan area parkir sekolah. Ia memicingkan matanya untuk meyakinkan netra nya tak salah lihat.

''Itu, Alya kan?" bisiknya seorang diri. Ia kembali memperhatikan dari kejauhan selama beberapa detik. Setelah yakin bahwa itu benar-benar Alya, --bukan halusinasinya-- ia membuka payungnya dan berlari menuju Alya yang --dengan sengaja-- bermandikan air hujan.

Alya yang merasakan air hujan tak lagi menerpa wajahnya, refleks  membuka kedua matanya. Dan alangkah terkejutnya ia mendapati Nathan tepat di depannya.

''Al, lo ngapain di sini?" cecar Nathan heboh.

Alya yang terkejut dengan kehadiran Nathan yang tiba-tiba hanya bisa terdiam.

Nathan Aprilio McJuisten, yang merupakan blasteran Indo-Prancis adalah siswa baru di SMA Tunas Bangsa. Ia baru resmi menjadi siswa di SMA Tunas Bangsa satu bulan yang lalu. Namun karena ia memiliki wajah yang tampan dan multi talenta, ia langsung populer di kalangan siswa siswi SMA Tunas Bangsa. Dan membuat banyak siswi yang terpikat padanya pada pandangan pertama.

"Nggak ada. Tadi tuh gue lagi liatin langit, terus tiba-tiba hujan deh." jawab Alya sekenanya, sambil nyengir dengan terpaksa.

"Udah tau hujan, bukannya berteduh. Malah main hujan. Kalo lo sakit gimana?" Gerutu Nathan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lalu ia menarik tangan Alya untuk menepi. Alya hanya bisa diam sambil mengikuti langkah Nathan dengan enggan. Nathan menutup payungnya lalu merogoh ransel hitamnya. Ia mngeluarkan sebuah handuk kecil berwarna biru muda dan menyodorkannya ke arah Alya. Alya hanya menatap uluran handuk biru itu dengan tatapan kosong. Ia enggan untuk menerimanya. Namun mata coklat hazel itu seolah memaksa nya untuk menerima. Akhirnya ia pun menerima handuk biru itu dan mulai mengeringkan wajah dan rambut ikal miliknya.

"Lo bukannya tadi udah pulang duluan, ya?" Nathan membuka percakapan.

Alya menoleh dan tersenyum. "Gue emang duluan pergi dari kelas. Tapi bukan berarti gue pulang duluan, kan?"

"Iya juga sih. Jadi, dari tadi lo disini? Ngapain?" Sambung Nathan.

"Iya, gue emang dari tadi di sini. Nggak ngapa-ngapain sih. Gue cuman suka aja ketenangan yang ada di taman ini. Walaupun taman ini nggak indah-indah banget." Jelas Alya.

Nathan mengangguk paham. "Lo lagi ada problem ya? Lo bisa kok cerita ke gue, kali aja kan gue bisa bantu." Ucap Nathan tulus. Alya terdiam sejenak mendengar ucapan Nathan. Ia berusaha mencari kebohongan di dalam mata coklat hazel di depannya itu. Namun nihil. Hanya ada ketulusan disana. Alya menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Lalu mencoba tersenyum seindah yang dia bisa untuk meyakinkan Nathan, bahwa dia baik-baik saja. 

"I'm fine, Nath. Gue cuman lagi suntuk aja sama sekolah. Ya lo tau sendiri lah, tugas gue di kelas itu banyak dan nggak gampang." Dusta Alya. Dan Nathan tahu itu. Tapi ia tak mau memaksa.

"Oke, kalau lo nggak mau cerita sekarang, it's oke. Tapi berhubung baju lo udah basah, jadi lo harus ganti baju. Yuk." Ajak Nathan lembut. Dan lagi, tangan kekar Nathan menggenggam tangan Alya yang terlihat mungil di dalam genggaman Nathan. Mereka berjalan beriringan menuju toilet perempuan. 

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang