Bab 2

5 2 0
                                    

"Sudah habis, kan?  Yuk pulang." ajak Nathan. Alya segera bangkit dari duduknya dan merapikan jaketnya. Nathan berlalu menuju kasir dan membayar pesanan mereka. 

"Semoga langgeng ya, Mbak, Mas." ucap pelayan yang tadi. Nathan hanya tersenyum kecut menanggapinya. Ia menghampiri Alya yang berdiri menatap jalanan yang masih di guyur hujan.

"Yuk, Al!" ajakan Nathan membuyarkan lamunan Alya. Nathan segera membuka payungnya dan mereka pun berjalan beriringan menuju mobil.

Sepanjang perjalanan, Alya hanya diam menatap jalanan. Nathan pun sampai mati kutu tak tahu harus berbicara apa. Saat sudah memasuki jalan yang Alya ceritakan tadi, barulah Nathan berani membuka suara.

"Al, ini udah belok kanan. Jalan ke rumah kamu sebelah mana?" tanya Nathan sambil melirik Alya. Alya yang tersentak dari lamunannya segera menoleh. 

"Lurus aja lagi Nath, habis itu di sebelah kanan nanti ada warung pecel lele. Disamping warung itu jalannya." Jelas Alya sambil merapikan posisi duduknya.

Nathan mengangguk tanda paham dengan instruksi dari Alya. Matanya dengan jeli mencari warung pecel lele seperti deskripsi Alya. Ia pun memutar stir mobilnya saat menemukan Jalan Garuda 2. "Yang itu rumah ku." Tunjuk Alya saat mobil Nathan mulai memasuki Jalan Garuda 2.

Nathan memakirkan mobilnya tepat di depan pagar putih rumah Alya yang menjulang tinggi. Terlihat sebuah mobil Fortuner abu-abu metalik terpakir rapi di carpot.  Dengan memayungi Alya, Nathan mengantarnya sampai ke teras rumah. 

PRANG!!!

Suara vas bunga yang pecah membuat Alya dan Nathan terlonjak kaget. Alya menatap nanar pintu rumahnya. Dengan cepat Alya menatap Nathan yang masih tertegun. Ia jadi merasa tak enak dengan Nathan karna harus mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.

"Sorry ya Nath, kamu jadi harus dengar hal yang nggak menyenangkan. Makasih buat semuanya ya, bajunya ntar aku cuci habis itu aku balikin deh." ucap Alya pelan sambil sedikit menunduk.

"Hei... It's okay Al, don't worry about me. Yang aku khawatirkan itu, kamu. Kamu beneran nggak apa-apa masuk ke dalam dengan kondisi orangtua kamu lagi bertengkar gini?"

"Nggak apa-apa Nath. Thanks udah mikirin aku. Kamu bisa pulang sekarang. Makasih banyak sekali lagi ya."

"Oke, kalau gitu aku balik ya. Kalau ada apa-apa, you can call me. Oke?"

Alya mengangguk. Ada sedikit rasa hangat yang menjalari hatinya di tengah dinginnya udara siang ini. Nathan melambaikan tangannya lalu berbalik arah menuju pagar. Namun baru saja ia berjalan beberapa langkah, terdengar teriakan yang bersahut-sahutan dari dalam rumah Alya.

"Diam! Kamu yang tidak tahu apa-apa! Aku kerja itu untuk kalian! Aku cari uang untuk kamu dan anak-anak!"

"Persetan dengan uang! Kamu selingkuh, Mas!" 

Nathan terdiam dan berbalik badan untuk memastikan kondisi Alya. Namun yang ia dapati adalah gadis itu mematung di depan pintu dengan satu tangannya menggenggam handle pintu. Nathan kembali menghampiri Alya dan menepuk pelan bahunya. Alya menoleh dan terlihatlah air mata yang sudah membanjiri pipi putihnya. Nathan merentangkan kedua tangannya.

"You need a hug?"

Bugh...

Alya menjatuhkan dirinya ke dalam dekapan Nathan. Ia menangis sesenggukan di dada Nathan. Sejujurnya ini lah yang ia butuhkan. Ia butuh tempat bersandar atas semua luka yang sudah ia pendam selama ini. Dan Nathan hadir di waktu yang tepat. Nathan membelai rambut panjang Alya yang terurai, berusaha untuk memberikan sedikit ketenangan.

Setelah tangisannya reda, Alya melepas pelukannya dan mengusap baju seragam Nathan yang basah dengan air matanya. "Sorry ya Nath, baju kamu jadi basah..."

Nathan menyeka sisa-sisa air mata di pipi Alya. "Udah tenang? Atau masih mau nangis?"

Alya menggeleng pelan. "Udah, aku udah tenang. Makasih ya, udah minjemin dada kamu buat aku nangis. Maaf banget aku udah banyak ngerepotin kamu."

"No... Ngerepotin darimana Al? Semua yang aku lakukan ke kamu itu, full aku yang mau. Jadi, itu artinya aku siap di repotin sama kamu dan kamu jangan merasa bersalah." Ujar Nathan lembut.

Alya menatap dalam mata Nathan. Menyadari bahwa lelaki di hadapannya ini memang sangat tulus. Wajar saja jika fans-nya banyak. Bahkan dari kalangan kakak kelas pun banyak yang naksir dengannya. Alya tersenyum manis menatap Nathan.

"Nah, gitu dong. Kalau senyum kan jadi lebih cantik." Nathan merapikan rambut Alya yang sedikit berantakan.

"Bisa aja kamu. Ya udah, pulang gih. Ntar Mama kamu nyariin lagi." Ucap Alya yang tersipu malu.

"Yakin, udah bisa masuk?" Nathan memastikan sekali lagi.

Alya mengangguk cepat. Hatinya sudah mulai tenang dan sudah tak ada lagi suara yang terdengar dari dalam rumahnya. Rumah itu kini hening seolah tak berpenghuni.

"Oke, see you tomorrow Al. Kalau ada apa-apa lagi, you can call me, oke?" Ucap Nathan sebelum menerobos hujan yang masih sama derasnya sejak pertama kali turun.

"Oke. See you Nath..." Alya melambaikan tangannya melepas kepergian Nathan.

Usai mobil Nathan menghilang dari pandangannya, Alya memberanikan diri untuk membuka pintu rumahnya.

''Assalamualaikum...'' ucapnya lirih. Di hadapannya terpampang pecahan vas bunga yang tadi ia dengar suaranya. Dan ternyata disana masih ada Mamanya yang menangis sesenggukan dengan suara yang sangat lirih.  Alya berjalan dengan hati-hati menghindari serpihan vas bunga yang masih berserakan. Ia duduk di samping Mamanya dan mengusap lembut punggung Mama sekedar memberi sedikit ketenangan. Viona (Mama Alya) segera menoleh saat merasakan usapan lembut di punggungnya. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sangat terkejut saat melihat Alya sudah duduk disampingnya. 

"Sejak kapan kamu pulang nak?" Tanya Viona sambil menghapus sisa air mata di pipinya dengan gelagapan. "Sejak tadi." jawab Alya santai. Ia tahu bahwa Mamanya pasti sedang berusaha menyembunyikan pertengkarannya dengan Papanya. Viona terdiam mendengar jawaban Alya. 'Dari tadi? Apakah Alya mendengar pertengkaran kami?' Viona bertanya-tanya sendiri dalam hatinya.

TIba-tiba Arkan (Papa Alya) muncul dari belakang membawa sapu dan sekop. "Alya, bawa Mama kamu ke kamar. Papa mau beresin ini dulu. Hati-hati jalannya." Titah Arkan dingin. Alya dan Viona yang sama-sama terkejut dengan kehadiran Arkan hanya bisa diam dan berjalan perlahan menuju kamar Alya yang paling dekat dengan ruang tamu. Dalam hati, Alya tersenyum menyadari bahwa sebenarnya Papanya masih menyayangi Mamanya.


Makasih buat yang udah mau baca sampai akhir... Semua saran dan kritik akan aku terima dengan lapang dada. Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote ya guys! See you in the next chapter!

 Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote ya guys! See you in the next chapter!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Viona Carolina Agatha

Viona Carolina Agatha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan Malik Ravindra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang