Bab 2

5 0 0
                                    

Fia menatap kosong pada dirinya yang masih berada dirumah panggung ini.

"Ini bukan mimpi?" Sedih Fia, lalu menutup wajahnya.

"Kau tidak pulang? Kenapa masih tidur." Ucap Agung yang sedang memasak.

Fia yang tadinya menutup wajahnya, lalu segera berdiri.

"Oh iya, kapalnya." Fia berlari membuka pintu rumah.

"Makasih tempat tidurnya malam ini, aku pasti akan membayar semuanya." Jelas wanita itu senang, ia lalu segera menuruni anak tangga.

"Dimana sandalku?" Panik Fia.

"Ah, bodolah." Fia memakai sandal jepit yang ada di situ, lalu segera berlari kearah pantai.

Agung keluar ke teras menatap Fia yang berlari begitu saja kepantai.

Rumah Agung tidak begitu dekat dengan pantai namun karena ini pulau kecil juga tidak terlalu jauh dari pantai, cukup jalanpun sudah sampai dan terlihat jelas.

.

.

 Fia menatap kapal tersebut beserta paman Nakoda disampingnya.

"OM! Tunggu aku!" Fia berlari di perpasiran yang membuat sandal jepitnya sedikit berat karena pasir.

Fia menarik nafas setelah lelah berlarian.

"Tunggu apa? Kapalku tidak akan berangkat hari ini." Jelas Paman itu membuka percakapan.

"Kenapa?" Tanya Fia bingung.

"Kau buta atau bagaimana? Coba lihat kapalku dari sana." Paman itu menunjuk tempat dengan matanya menyuruh Fia melihatnya.

Fia berjalan sesuai arahan paman itu, kapal yang terlihat baik dari sisi kanan lalu terlihat sangat buruk di Sisi kiri, terlihat lobang besar dari kapal tersebut.

"Tidak-Tidak!" Fia menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Paman." Fia mendekat. "Beritahu aku kalau ada kapal lain selain ini?" 

"Ada. Kapal nelayan tapi itu tidak akan sanggup menyebrangi pulau dan itu rawan terbalik ditengah laut? Tidak masalah kuantar dengan itu? Kau mungkin akan mati."  Jelas Paman itu, mulai menjauh dari Fia.

Fia terdiam, ia bahkan tidak tau berenang benar yang ada ia akan mati, merasakan guncangan dengan perahu kecil sudah ingin membuatnya muntah sekarang.

"Kalau begitu? Paman akan memperbaikinya kan?" Tanya Fia mengejar paman itu.

"Tentu akan ku perbaiki." Jelas paman itu.

"Butuh berapa lama 5 Jam? 7 Jam? atau 12 Jam itu paling lama kan?" Tanya Fia lagi, merasa dirinya kembali hidup.

"1 bulan"

"APAAAAA!!!" Fia berhenti melangkah, merasa terkejut. 

Fia kembali berlari. "Paman jangan bercanda, aku akan bantu, sekarang paman mau kemana? Mengambil kayu untuk menambalnya?" Tanya Fia lagi.

"Tidak. Aku mau pulang untuk tidur." Jelas Paman itu.

"Paman, pliseee lah." Fia menahan paman itu, memohon. Fia bahkan tidak sadar dengan sandalnya yang sudah lepas.

Paman itu mulai merasa risih dengan sikap Fia yang memaksa dan terus ribut di dekatnya, "TIDAK! YA, TIDAK! PAHAM! Kalau kau mau perbaiki, perbaiki saja sana sendiri. Dasar anak manja yang hanya tau merengek! Harusnya memang ku buang saja kau kemarin ketengah laut, dasar merepotkan." Ucap paman itu tegas, lalu melepaskan tangan Fia yang menahannya.

Fia menatap paman itu yang melangkah pergi, ucapan kasar itu benar-benar menyakiti perasaan Fia.

 "Awas saja yahhh paman! AKU AKAN MENYURUH KAKEKKU MEMECATMU! PAMAN BENAR-BENAR KASAR DAN JAHAT! PADAHAL AKU TIDAK ADA SALAH PADAMU! AKU HANYA MAU PULANG!" Teriak Fia merasa emosi, lalu mulai meneteskan air matanya.

FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang