Who is Freya Adlyn Natalie(?)

27 0 0
                                    

"Andai aku bisa memilih, akupun tidak ingin hidup seperti ini."

_______________________________________________________________________________________________________________________

Pagi ini matahari enggan untuk menampakkan diri, ia memilih diam di balik awan. Mempersilakan awan hitam mengeluarkan tetesan demi tetesan air ke bumi.

"Hujanny udh tinggal gerimis, bisa kali ya klau lari ke kampus."

Lirih gadis cantik yang memandang ke arah langit, memperhatikan setiap tetes air hujan yang jatuh.

"Kamu tetep mau brangkat kuliah nak?"

Sampai akhirny pandangan gadis itu teralihkan saat ada seseorang yang memegang pundaknya.

"Iya Bu, kykny ujannya jgaa ga bakal gede lagi, cumn gerimis."

"Ya udh hati-hati, klau hujan lagi neduh dlu jangan di terobos walau udh deket ke kampus."

Ujar sang ibu sambil merapihkan sedikit penampilan gadisnya yang menggunakan jaket sebagai pelindung badan dri air hujan.

"Iya Bu, ya udh Adlyn berangkat dlu ya." Gadis yang memanggil dirinya Adlynpun mencium tangan sang ibu lalu beranjak pergi ke kampus.

Dia adalah Freya Adlyn Natalie, gadis cerdas yang mampu masuk kuliah dengan biasiswa unggul dri sekolahnya. Adlyn sering mengikuti lomba semasa SMA ny yang membuat guru-guru bangga padanya. Dia sebenarnya hanya dri keluarga biasa yang untungnya memiliki otak yang cerdas. kini ia hidup dengan ibu dan kakakny, kakaknya sudah bekerja di kantor teman mendiang ayah mereka. berbicara soal ayah, Adlyn belum pernah melihat sosok ayahnya dri kecil. karena kecelakaan ayahnya terjadi saat usianya masih 3 tahun. membuatnya tak mengingat kenangan apapun dengan sang ayah. tapi, pernah saat mereka sedang santai di ruang tamu entah kenapa sang kakak bertanya padany,

"dek, ga inget sama sekali tentang ayah?"

"Inget, pas ayah jajanin adek permen di warung. trus adek di gendong ayah pake samping (semacam sarung tapi panjang kyk pashmina) bunga-bunga."

Hanya itu satu-satunya moment yang Adlyn ingat tentang ayahnya.

_______________________________________________________________________________________________________________________

Kini Adlyn sudah sampai di gerbang kampusnya, ia baru menyelesaikan semester 4nya. dan sekarang ia sudah mulai memasuki semester 5.

"Adlyn." Panggil seseorang yang membuat Adlyn berhenti di lorong kampusnya.

"Kenpa Ra?" Adlyn menoleh dan menemukan Clara, teman satu jurusannya sekaligus sahabatnya sejak SMA.

"Tumben lo telat? karena hujan ya tadi?" Ucapnya lalu mereka mulai jalan beriringan di koridor kampus.

"Iya, lumayan gede jadi Adlyn nunggu dlu sampai reda."

"Udah gua duga, ya udh yukk ke kelas. pelajaran pertama Bu Riska, takut ngamuk klau telat."

Clarapun menarik tangan Adlyn agar sedikit berlari menuju kelas pertama mereka. Sejak SMP Adlyn selalu menggunakan namanya saat mengobrol, tidak menggunakan 'Gua-Lo' seperti Clara, entah karena apa tapi Adlyn sudah terbiasa seperti itu. Awalnya saat pertama kali kenal dengan Clara semasa SMA, Clara selalu mengajaknya untuk terbiasa menggunakan gua-lo, tapi malah kesannya berbeda saat di pakai oleh Adlyn. Sampai akhirnya Clara membiarkan dia terus menggunakan namanya saat mengobrol dengannya atau entah dengan siapapun.

Adlyn dan Clara memilih tempat duduk di tengah kelas, tidak paling depan dan tidak jugaa paling belakang.

"Eh lo tau ga Lyn? ada anak baru loh di jurusan kita. yang jadwalnya sama kayk kita."

Adlyn yang sedang sibuk mengeluarkan bukunya pun menoleh.

"Ouh iya, cowo? cewe?"

"Hmmm yang banyak di omongin sih katanya cowo cewe."

"Baguslh jadi anak-anak jurusan kita nambah banyak. kan makin banyak makin rame."

Ujar Adlyn lalu kembali fokus mengeluarkan buku dan penanya dri tas. Clara hanya mengangguk mengiyakan lalu ia pun ikut mengeluarkan buku dan penanya. selang beberapa menitpun, Bu Riska datang. Tapi tak lama setelah Bu Riska masuk datang pula 2 orang yang tak satu kelas kenali, ya mereka adalah anak baru yang Adlyn dan Clara bicarakan. Mereka cewe cowo.

"Lyn......" Ucapan Clara seperti tercekat saat melihat siapa laki-laki baru yang masuk ke kampus mereka. Clarapun menoleh ke arah Adlyn yang sudah terdiam memandang laki-laki itu.

"Dia datang lagi Ra, Adlyn harus apa?"

Ya, dia adalah lelaki yang Adlyn suka sejak SMP. Walau Adlyn mengenal Clara di SMA tapi, dia selalu bercerita tentang lelaki itu kepada Clara. sampai akhirnya lelaki yang Adlyn suka pindah ke SMA yang sama karena Mengikuti penukaran pelajar antar pulau. Awalnya lelaki itu memang satu pulau dengan Adlyn Di Bandung. tapi saat SMP lelaki itu memutuskan untuk ikut dengan Ayahnya yang merantau di Sumatra. Tapi siapa sangka klau dia ikut penukaran pelajar ke kampung halamannya.

Awalnya Adlyn sangat senang tau lelaki yang ia sukai satu Sekolah lagi dengannya. Lalu di temani pula dengan Clara yang selalu mendukungnya di belakang, sampai akhirnya akhir kelas 2 SMA, Adlyn ingin mulai mendekatinya karena memang baru ada keberanian saat itu. tapi belum jgaa berjuang, sudah di patahkan dengan rumor yang katanya Lelaki itu sudah pacaran dengan perempuan pintar dri kelas sebelah. Dan itu adalah kelasnya. yang otomatis, lelaki itu sering datang ke kelas karena ada perempuan yang ia suka di sana. Akh sial, rasanya sakit sekali padahal ia belum berjuang tapi sudah seperti ini.

"Tpi dia sama siapa? itu bukan Tia yang pacar dia pas SMA." Lirih Clara kembali saat menyadari perempuan di samping lelaki itu bukan pacar SMA nya.

"Entah, Mungkin pacar barony."

"Oke, anak-anak. hari ini kita kedatangan Mahasiswa baru pindahan dri Jakarta, Oke kalian boleh langsung perkenalkan diri kalian."

"Hallo, perkenalkan nama aku Evelyn Aulia Arafah. Kalian bisa panggil aku dengan Evelyn atau Elyn. Aku pindahan dri Jakarta. senang bertemu kalian."

Ujar perempuan itu yang pertama memperkenalkan diri.

"Nama gua Leo Kafka Owen, panggil aja Leo."

Singkat padat dan jelas, ya itulah lelaki yang Adlyn suka sejak SMP. dia Lelaki yang menurutnya biasa tapi mampu membuatnya susah untuk melupakan. bahkan mereka belum pernah ada kenangan tapi rasany susah untuk di hilangkan.

"Niatnya mau Move On jadi gagal deh. Hai Leo." Lirih Adlyn lalu tersenyum manis melihat Leo di depan sana.

_______________________________________________________________________________________________________________________

"Nyatanya takdir hidupku sudah seperti ini."

MENYERAH (On Going)Where stories live. Discover now