Almenez

0 0 0
                                    

"Sialan, aku tidak ada pilihan selain mendarat ke bumi."
Laser-laser ditembakkan ke arah pesawat orang itu. Dan salah satu bagian pesawatnya tertembak.
"Gawat kalau begini aku tidak bisa melakukan pendaratan dengan sempurna."
Terlihat dari bumi seperti sebuah bintang jatuh, namun berkat alat anti deteksi pesawat itu berhasil masuk ke atmosfir tanpa diketahui oleh NASA. Pesawat itu jatuh ke suatu tempat di wilayah Borneo.

"Ah, ah.... aku harus membawa cincin ini sejauh mungkin. Aku, Almenez pasti akan melakukan tugasku walau nyawa taruhannya."
Almenez langsung menendang bagian sepan pesawat lalu berjalan keluar. Namun tanpa sengaja dia tergores oleh pesawat tersebut.
"Urgh, ya ampun." Almenez meletakkan tangan kirinya ke bagian perutnya. Lalu dia melihat darah.
"Yang benar saja."
Kalau seperti ini tidak ada cara lain."
Almenez memakai helmnya lalu menghilang dalam kegelapan begitu saja.

..

....

.........

"Sepertinya kita terlambat pak. Dia sudah pergi dari sini." Ucap seorang makhlul asing dengan seragam perang yang berfungsi mirip dengan baju astronot namun tidak tebal dan hanya seukuran tubuh pemakainya.
"Pak, sepertinya dia tidak akan jauh." Ucap alien yang berbadan lebih kurus dari yang tadi.
Lalu seseorang yang gagah yang berpangkat lebih tinggi dari kedua orang itu pun menekan tombol di helmnya lalu membuat sebuah olah tkp menggunakan AI hologram.
"Dia mengalami luka di perut, namun berkat Cincin Bayangan pasti dia akan bergerak dengan cepat. Tempat yang kita tuju ada disana." Dia menunjuk ke arah kota yang tidak jauh dari tempat mereka mendarat.
"Korbi, Karkas. Kita akan bersenang-senang."

"Sialan... darahku keluar banyak sekali. Apa yang harus kulakukan? Tak lama lagi mereka akan menemukanku." Almenez tertatih-tatih berjalan di belakang bangunan.
"Hei kau tidak apa-apa?" Tanya seseorang.
Almenez terkejut lalu perlahan menatap ke arah orang tersebut.
Orang tersebut tiba-tiba meninjak cairan berwarna biru kental. Mirip dengan tekstur darah.
"Gulp." Orang tersebut menelan air liurnya untuk menyalikan dirinya perlahan mendekati Almenez.
Almenez yang sudah tidak kuat akhirnya tersungkur.
Pria itu pun cepat berlari ke arah Almenez.
"Hei, kau tidak apa-apa?" Pria tersebur melihat kearah luka Almenez.
"Aku Toni, aku akan membawamu ke rumah sakit. Ayo..."
"Tidak perlu, itu akan membahayakan banyak orang."
"Apa maksudmu?"
Almenez melepas helmnya.
"Lihat? Aku bukanlah manusia bumi. *batuk* aku merupakan seorang pejuang yang sedang diincar oleh tiga orang yang berniat menguasai seluruh alam semesta."
"....." Toni hanya terdiam sambil memproses apa yang dikatakan oleh Almenez.
Almenez melepaskan cincin dan mengeluarkan sebuah alat seperti smartphone hologram.
"Apa aku bisa percaya denganmu? Aku sudah meminta markas untuk datang kesini untuk membantu. Namun karena beberapa hal sepertinya hal itu akan memakan waktu yang lama. *Almenez memberikan device dan cincin tersebut ke Toni* ambil ini, cara pemakaiannya ada di device tersebut."
"Maksudmu?..."
"Cincin ini memiliki kekuatan bayangan. Cepat pakailah."
Toni memakai cincin itu lalu terlihat asap asap hitam keluar melalui tangannya.
"Sepertinya cincin itu sangat cocok dengan tubuhmu. Sekaranf pergilah! Cepat!" Almenez mendorong Toni.
Toni pun tidak banyak tanya lalu berlari menuju keramaian.

Almenez menatap ke langit lalu menghela nafasnya.
'Semoga aku melakukan hal yang tepat.'
Perlahan pandangan Almenez mulai memudar dan tanpa sadar akhirnya Almenez pun menutup matanya secara perlahan. Luka yang dialaminya membuatnya kehabisan banyak darah sehingga dia meninggal di tempat itu.

"Akhirnya ketemu juga. Hei Almenez berikan cincin itu!" Teriak Ikarus.
"Maaf pak, sepertinya sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan."
"Itu malah mempermudah kita."
Ikarus duduk jongkok di depan mayat Almenez sambil mencari cincin bayangan.
"Tidak ada cincin."
"Apakah dia membuangnya?"
"Tentu tidak, Almenez merupakan pemberontak yang hebat. Dia hanya tidak beruntung saja. Sebaiknya kita mencarinya secara diam-diam. Siapapun orang yang dipilih Almenez, dia pasti orang yang tangguh."
"Korbi, hancurkan mayatnya, akan ada keributan besar jika ada yang melihat makhluk asing di planet ini."
"Baik pak."
Dengan begitu mayat Almenez pun hilang menjadi abu.
Toni melihat semuanya dari atas suatu bangunan. Setelah dia pergi ke keramaian, dia pergi ke atap gedung tersebut. Toni mendoakan Almenez. Lalu dia berdiri sambil mengeratkan tangannya. Memakai tudung kepala jaketnya lalu pergi. Mulai saat itu pun Toni berlatih agar bisa bertarung melawan tiga prajurit itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RING : Tiga PemburuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang