Tatapan Mata

142 32 23
                                    

🍁 Typo bertebaran 🍁

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya_ by Lidwinsetya

~Seandainya Kamu~

🍁🍁Happy reading🍁🍁

________________________________________


~Dulu, tatapan mata itu hanya tertuju padaku. Namun, aku tidak pernah menyadari sebesar itu cintamu untukku. Hingga akhirnya hubungan itu berakhir dan tatapan itu bukan lagi untukku~

~Rasyid Misdaq Albagaz~

Berusaha menjadi baik terkadang sangat melelahkan, terbiasa untuk menjaga hati banyak orang terkadang sungguh menyakitkan. Terlalu menjaga yang biasa gak enakan, berujung selalu ngerasa gak enak.

Kedekatan antara keluarga memang bonding terbaik dalam menumbuhkan komunikasi diantara mereka, satu dengan yang lain menjadi akrab dan tidak lupa ikatan batin menjadi salah satunya.

Hafiz, Sikha dan Nabila telah tiba. Kening mereka mengerut bersamaan ketika sampai di kediaman Albagaz. Mungkin karena baru sampai dari kota Magelang, jadi tak banyak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Gazala,  selama sebulan ketiganya menghabiskan waktu di kota bunga itu dan membuat mereka tidak mengetahui apa yang terjadi.

"Ayang, kamu ngerasa aneh gak sih. Bukannya hari ini acaranya, ya? kenapa jadi sepi begini sih? Berasa lagi di pasar tumpah, yang biasanya dadakan itu loh."

"Fiz, jangan bicara sembarangan di depan Sikha, kamu tahu dia sudah mengerti apa yang kamu ucapkan itu. Kalau mau menjelaskan ya jelaskan aja, ngapain pakai nyebut Ayang" Nabila berbicara sambil  melototkan kedua matanya.

"Biar saja. Biar Sikha tahu kalau sebentar lagi Poya -nya akan menikah dengan Ummi-nya. Jangan membantah panggilanku untukmu. Atau mau di ganti? Mmmmm, misal, Humairahku, atau, ya Khadijahku. Aah, gak...gak...gak gitu. Terlalu lebay menurut seorang Hafiz Muhtashim Alzur." Hafiz mengerlingkan mata di hadapan Sikha.

"Poyaaaaaa, Jangan genit" Sikha memutar bola mata nya sedari tadi, ia melihat Poya Hafiz yang selalu membuatnya merasa kesal.

"Iya, sayangnya Poya. Mau Poya gendong gak? Capek loh. Jalannya agak jauh. Di banding kaki kamu lecet-lecet terus nanti capek pake banget berkeringat. Nah, Pocha gak bawa baju ganti kan? Karena  tertinggal di dalam mobil. Terus berkeringat, setelah berkeringat bau asem" Hafiz mulai menggoda Sikha. Tak habis-habisnya Hafiz sedari tadi saat masih di mobil hingga sampai di kediaman orang tuanya ia tak berhenti untuk mengoceh. Walaupun dalam hatinya bertanya-tanya mengapa hanya ada deretan gerobak makanan khas pinggir jalan.

Seandainya Kamu 4 (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang