BAB 1

13 2 0
                                    

Triiingggg...

Bunyi alarm memaksa Ayana untuk membuka mata. Dengan mata yang masih mengantuk, ayana meraba-raba meja di samping tempat tidurnya.

Tentu saja ponsel adalah hal pertama yang dia cari. Bukan karena ayana ingin melihat notifikasi pesan apa saja yang telah masuk . Melainkan ingin mematikan sumber bunyi yang setia mengganggu waktu tidurnya.

"Hiih, berisik banget sih nih alarm!!". Ucapnya setengah kesal lalu mematikan alarm tersebut.

Namun ketika ia melihat kearah jam pada ponselnya. Matanya seolah tidak lagi mengantuk.

"HAH?? SUDAH JAM SEGINII," Ucapnya terkejut seraya bangun dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Ayana langsung berganti baju dan bersiap untuk berangkat sekolah.

Ketika melewati ruang keluarga, Ayana merasa sedikit heran. Tidak biasanya pagi-pagi seperti ini kakak nya menonton tv.

"Ooh, mungkin ia sedang libur bekerja," Pikirnya menjawab pertanyaannya sendiri.

Ayana pun berjalan menghampiri kakaknya. Dan berpamitan akan berangkat sekolah.

" Semangat banget mau ke sekolahnya"
Kak Arvaz menahan tawanya.
"Ngga sarapan dulu ay..." Sambung Kak Arvaz.

"Ngga kak, aku langsung berangkat aja." Ucap Ayana.

Karena sedang terburu-buru, Ayana langsung berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu.

Ia berangkat dengan mobilnya.
Dan sepanjang perjalanan ia merasa ada yang aneh sejak tadi, karena raut wajah kakaknya seperti menertawakan dirinya.

Triiingggg....
Suara ponselnya berdering. Ayana langsung memasang earphone dan menjawab telepon tersebut.

"Ini aku lagi dijalan mau ke sekolah. Hah? kesana?" ucapnya menjawab seseorang yang menelponnya.

" Acaranya kan masih nanti sore? Ngapain pagi ini aku harus kesana?" Ucapnya lagi dan langsung mematikan teleponnya.

Triiingggg...
Triiingggg...
Telepon Ayana terus saja berdering. Ia pun menjawabnya dengan kesal.

"Ada apa lagi sih? Bisa telat kalo gini aku berangkat sekolahnya!!" Ucapnya pada penelpon.

"HEII, AYANA EILLEN ZEMIRA..." suara penelpon berhenti sejenak.

Ternyata lanjutan ucapan penelpon sungguh diluar dugaan Ayana.

"Ini sudah sore, mau nanti sore bagaimana lagi kamu ke acara ini. Dan ngapain kamu berangkat sekolah jam segini? Ini kan jam 6 sore." Sambung si penelepon.

Ayana yang mendengar hal tersebut hanya terdiam dan memutar balik mobilnya menuju rumah.

Di sepanjang jalan tak henti-hentinya ia menggerutu dalam hati.

"Apa-apaan sih Kak Arvaz ga ingetin aku kalo ini tuh sore, awas aja nanti kalo aku udah sampai rumah..." Aryana teringat sesuatu.

"Oiya, kan kemarin jam di ponselku ke ubah format waktunya jadi 12 jam.  Jadi waktu yang kulihat tadi setengah 6 sore bukan pagi." ucapnya setelah mengingat sesuatu.

"Eh, tapi tetap saja Kak Arvaz juga ikutan salah. Bisa-bisanya dia ga ngasih tau kalo ini sore. " Ayana terus saja berbicara dengan dirinya sendiri.

Hingga akhirnya ia sampai di depan rumah.

Kak Arvaz langsung menyambutnya dengan gelakan tawa.

"HAHAHA. Gimana sekolahnya  Ay?..." tanyanya pada sang adik.
"Tumben kok pulangnya cepet banget? Telat ya masuk sekolahnya? Atau emang ga ada orang makanya pulang? HAHAHA..." lagi-lagi gelak tawa terlihat menghiasi wajah Kak Arvaz .

"Ck," Ayana hanya mendengus kesal dan  memilih berlalu menuju kamarnya.

-Tunggu lanjutan cerita di bab berikutnya yaa.
Hehe:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like u, KAK KETOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang