Mask of Pretense

1.9K 113 0
                                    

Leap of Faith — [Mask of Pretense]

tw // mention of scars

cw // kissing





Gemerlap dunia hiburan jauh dari sederhana, bahkan tersusun dari apa-apa yang tak sepenuhnya nyata. Fatamorgana, gegap gempita dan sorai meriahnya tak jarang hanyalah sepenggal ilusi belaka serupa kembang api yang menyala-nyala bagai suar di udara lalu lenyap setelahnya. Jeno sudah terlalu familiar dengan itu semua, tak lagi asing dengan segala macam bentuk intrik dan asumsi. Sepanjang karirnya sebagai entertainer, Jeno belajar bahwa jika ingin bertahan lama, ia harus mahir berpura-pura. Jeno bukanlah aktor dalam drama ataupun opera sabun ratusan seri di televisi, tapi ia sungguhlah pintar berlakon seakan citra dirinya adalah sempurna. Jeno, sang idola dewasa muda, hidupnya tanpa cela.

Sesungguhnya ia muak, kerap tertawa miris tiap kali melihat puluhan narasi media yang ditujukan untuknya seumpama Jeno mirip manusia setengah dewa. Jeno yang kaya raya di usia muda. Jeno yang punya penggemar tak terhingga. Jeno si tampan yang membuat semua orang tergila-gila. Jeno yang menari begitu energik di atas kancah panggung dunia. Jeno dengan segala sesuatunya yang tertata dan maha luar biasa.

Cih, mereka tahu apa? Sebab sesungguhnya Jeno jauh dari kata ideal. Ia bukanlah paket lengkap seperti yang publik bicarakan, bukan juga manusia paripurna yang tak punya cela. Sejatinya, ia tetaplah fana.

Bayangkan jika sorot lensa kamera bisa menilik pribadinya di balik pintu tertutup, maka dunia akan tercengang dan menudingnya tanpa ampun. Saksikan Jeno sang idola ternama bercumbu mesra dengan sosok yang tak semestinya, Na Jaemin, managernya sendiri.

Masih dengan balutan bathrobe, Jeno memeluk sosok berpostur tegap dengan bahu kokoh yang memunggunginya kini. Jeno tak segan menenggelamkan wajahnya di tengkuk, menghidu aroma leather yang menguar dari permukaan kulit.

“Jaem, I miss you,” bisik Jeno rendah, ujung hidungnya masih betah cumbui tengkuk Jaemin.

Jeno pejamkan mata seraya menarik nafasnya dalam, menikmati wangi yang ia rindukan tiap hari. Mungkin terkesan hiperbolis, tapi nyatanya jika hidup dalam permainan lakon, maka mereka harus mengikuti skenario yang ada. Mengelabui banyak pasang mata.

“Kita bertemu hampir 24 jam sehari, Jeno,” balas Jaemin, namun begitu senyum hiasi bibirnya. Telapak tangannya menyentuh lengan yang melingkar di pinggang sementara manik kelamnya menatap bayangan Jeno dari kaca besar di hadapannya.

Jeno mencebikkan bibir meski Jaemin tak akan bisa melihatnya dengan jelas. Kepalanya masih tertunduk di bahu Jaemin, sengaja mengusap-usapkan helai rambutnya timbulkan sensasi menggelitik.

“Tapi kita tidak bisa seperti ini di luar sana. Peluk kamu erat, cium kamu dengan hangat. Kita tidak pernah bisa melakukannya ketika banyak pasang mata awasi kita,” Jeno berkata dengan nada mengeluh.

Idol memiliki hubungan istimewa dengan managernya? Jika tercium media, Jeno akan berada di posisi tak menguntungkan.

Entah bagaimana reaksi penggemar yang menggilainya, wanita-wanita yang menatapnya dahaga. Segalanya akan hancur tanpa sisa.

Lantas Jaemin melepaskan tautan lengan Jeno, memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat guna bertemu mata dengan sang empunya iris hazel memesona. Ia raih satu tangan Jeno, mengecup punggung tangannya sekilas.

“I am so sorry— .”

Jeno memotong kalimatnya cepat. Kerut tercetak di keningnya, “Why are you sorry? Kenapa harus minta maaf?”

A Leap of Faith | jaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang