Begitu bangun, aku berada di dalam kamar yang tidak asing, kamar yang luas dan interior serba emas, ini adalah kamarku 2 tahun yang lalu, sebelum semuanya di mulai.
Padahal aku ingat dengan jelas, Evan si Putra Mahkota bajingan itu memberiku wine berisi racun, lalu bukankah seharusnya aku sudah mati?
Aku menarik tali di samping ranjang, tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu.
"Masuk" Sahutku.Pintu berderit terbuka, seorang gadis berambut coklat tua, 2 tahun di atasku masuk sembari tersenyum.
"Anda sudah bangun, Nona? Bagaimana tidur anda?" Tanya nya."Ah, sepertinya aku bermimpi buruk" Jawabku.
Gadis itu adalah pelayan pribadiku, orang yang menahanku mati matian saat aku ingin membantu Evan mendapatkan tahta.Ah, saat itu tentu saja aku tidak mendengarkannya, bahkan aku juga yang membunuhnya, karena dia mengganggu.
Sepertinya aku kena karma."Mina, tanggal berapa ini?" Aku bertanya kepada pelayan ku itu, untuk memastikan bahwa ini bukan sekedar mimpi.
Mina yang tengah menarik gorden pun menoleh.
"Ya? ini tanggal 12 Zodiac Capricorn Tahun 675 Nona" Jawabnya, ia memandangku heran.Aku mencubit lenganku sendiri, tapi rasanya sakit yang menandakan bahwa ini bukan sekedar mimpi atau halusinasi.
Entah bagaimana, tapi aku benar benar kembali ke 2 tahun sebelum kematianku.Itu berarti Evan juga belum menjadi Putra Mahkota.
Silau matahari yang masuk melalui jendela kamarku membuatku tersadar dari lamunan, kini Mina sudah berdiri di sampingku dan membantuku untuk berdiri.
"Aku ingin mandi." Ucapku.
Mina mengangguk mengerti, lalu ia tersenyum jahil.
"Apa karena Yang Mulia Evan akan datang berkunjung? Tidak biasanya Nona mandi sepagi ini" ujarnya.Aku termenung, iya juga?! Bukankah hari ini Evan akan melamarku? serta menjanjikan masa depan sebagai Ratu saat ia menjadi pemilik tahta nanti.
Saat itu aku begitu senang dengan janjinya, tanpa tahu janji itu malah membawaku menuju gerbang neraka.
Kali ini aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, nantikan saja Evan.
Aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang.******
Evan berkata dia akan datang sekitar pukul 9, itu berarti masih ada waktu satu jam untuk bersiap siap.
Namun, daripada menyibukkan diri dengan memoles wajah -seperti yang kulakukan pada kehidupan yang lalu- kali ini aku memilih untuk mengunjungi perpustakaan keluarga.
Walaupun tentunya dengan sedikit usaha karena Mina sangat ingin mendandani diriku. Padahal nantinya dia yang akan menentangku habis habisan.
Yah, untuk saat ini dia belum tahu orang seperti apa Evan itu sih.
Aku melangkah keluar dari kamar dengan menggunakan gaun yang tampak cocok dengan rambut pirang kecoklatanku yang bergelombang di bawah, walaupun sedikit tidak nyaman tapi aku juga menyukainya.
Gaunnya membuatku terlihat cantik.
Setelah tidak jauh berjalan, aku sampai di depan gedung besar, jika di lihat dari luar, mungkin akan terlihat seperti cangkang kura kura?
Dua penjaga gedung menyapa saat melihatku mendekat. Mereka menundukkan badan dan berbicara secara serempak.
"Selamat pagi, Nona."Aku mengangguk dan melewati mereka, namun saat langkah kedua aku berhenti dan berbalik lagi menghadap dua penjaga itu.
"Ah, apakah ada orang di dalam?" tanyaku.Salah satu penjaga menjawab; "Tuan muda Louis ada di dalam, beliau sudah dua hari tidak keluar"
Aku mengerutkan kening, Kakak? Aku yakin pada kehidupan yang lalu Kakak tidak mengurung diri di perpustakaan.
Apa mungkin aku tidak kembali ke masa lalu, tapi dikirim ke dunia lain yang mirip dengan duniaku?"Apa Kakak juga tidak makan?" tanyaku.
Penjaga itu menggeleng; "Tidak ada yang mengantarkan makanan pada Tuan muda. Bahkan semalam sewaktu butler datang untuk membujuknya, beliau masih tidak keluar" jelasnya.Aku mengangguk lalu tersenyum pada mereka.
"Baiklah, lanjutkan penjagaan kalian" ucapku.Setelah itu aku masuk dan mencari keberadaan Kakak, sepertinya aku harus menyeretnya untuk makan.
Kakak ada di antara rak buku nomor 4 dan 5, yang menyimpan buku tentang perang dan strategi. Ia tidur dengan bersender pada rak, di sekelilingnya banyak buku yang bertumpuk.
Aku ingat, perang penaklukan memang semakin dekat, perang itu juga yang nantinya akan menjadikan Evan sebagai Putra Mahkota karena paling banyak kontribusinya.
Ck, aku kesal sekali begitu mengingatnya.
Apalagi memikirkan nanti aku harus menemuinya.Aku menepuk pelan pipi Kak Louis, karena bagaimanapun juga jika ia sudah kelelahan, ia tidak bisa di bangunkan hanya dengan memanggil namanya.
Kak Louis yang merasa tidurnya terganggu pun perlahan membuka matanya.
Aku tersenyum saat ia menatapku.
"Anda belum makan dari kemarin, apa anda tidak lapar Kak? Mari kita sarapan bersama" ucapku.Kak Louis malah menatapku dengan aneh, ia menyentuh dahiku sambil mengerutkan kening, aku menelengkan kepalaku sembari memasang ekspresi bertanya.
"Kamu sepertinya tidak demam, apa kamu sedang mengambek? Kenapa kamu formal sekali padaku?" kali ini ia memasang ekspresi khawatir.
Aku juga ikut bingung, walaupun kami memang dekat, tapi seingatku selama ini aku selalu bicara formal dengannya maupun Ayah.
"Bukankah cara bicara saya memang seperti ini?" tanyaku.
Kak Louis terlihat panik.
"Apa kau akan terus seperti ini? apa itu berarti kau tidak akan merengek padaku lagi? tidak akan bersikap imut juga?" rentetnya.Aku menatap Kak Louis dengan aneh.
"Apa ini karena aku tidak makan dengan teratur? biasanya kau akan memanggilku dengan riang dan juga bertingkah imut" lanjutnya.
Aku menghela napas, perubahan macam apalagi ini? mungkinkah ini benar benar dunia lain yang mirip dengan duniaku dulu?
Kakak dalam ingatanku adalah seorang pria yang sedikit kaku, dia juga tidak memintaku untuk merengek seperti ini.Kendati begitu aku cukup suka dengan perubahan suasana ini, setidaknya aku bisa melihat raut wajah kakakku yang berubah ubah dalam sekejap.
"Baiklah baiklah, aku tidak akan bersikap formal lagi. Karena itu, ayo kita sarapan Kak"
Kakak ku yang senang akhirnya mengangguk dan menggandengku keluar.
Bertepatan dengan itu seorang pelayan juga masuk ke perpustakaan.Ia berhenti di depanku dan Kak Louis. Saat pelayan itu hampir membungkuk, Kakak menginterupsi.
"Abaikan salamnya, ada apa?"Pelayan itu kembali menegakkan badannya.
"Yang Mulia Pangeran Evan sudah datang dan tengah menunggu Nona di ruang tamu" ucapnya.Kakakku menatap pelayan itu kesal.
"Kenapa dia datang sepagi ini sih?"
Aku terkekeh mendengarnya berkata seperti itu.
"Yang Mulia memang memiliki janji denganku hari ini, Kak" jelasku.Lalu aku mengerutkan kening.
"Namun sepertinya ini belum pukul 9 kan?" tanyaku.
Pelayan itu mengangguk.
"Benar Nona, masih ada setengah jam lagi"Kak Louis yang mendengar itu pun mendengus.
"Kalau begitu biarkan saja dia, ayo kita sarapan saja, Lyra" ucapnya.Aku terkekeh lagi mendengarnya, sembari menggelengkan kepala.
"Kakak tidak boleh mengatakan hal itu di luar, itu kan termasuk penghinaan terhadap keluarga Kekaisaran" ucapku."Aku akan menemuinya, maafkan aku Kak. Sepertinya kita harus sarapan bersama di lain hari" ucapku.
Kak Louis menghela napas sebal.
"Lagian, kau melihatnya dari segi mana sih sehingga begitu menyukainya?" tanyanya.Aku tersenyum simpul.
"Aku lebih menyukai Kakakku daripada Yang mulia Pangeran"
Demi mendengar itu, Kak Louis pun tersenyum sepanjang perjalanan kembali.To be continue..
![](https://img.wattpad.com/cover/332064928-288-k850186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Return's Life
FantasyIni kisah tentang seorang putri duke yang sangat disayangi, namun karena ia salah mencintai seseorang, ia pun berakhir mengenaskan. Lalu gadis itu kembali ke 2 tahun sebelum kematian nya. Ia bertekad tidak akan membiarkan orang yang telah membuatnya...