Rumah Heeseung melebihi ekspektasi Kia. Untuk ukuran pria berpenampilan sederhana dengan hanya mengenakan kemeja hitam dan celana jeans berwarna serupa, Kia tidak berpikir bahwa Heeseung adalah pria kaya yang menghuni sebuah rumah mewah di kawasan Gangnam.
Meski faktanya, Ferrari merah yang mereka kendarai sempat menarik perhatiannya.
Dalam kekaguman Kia akan tempat pemberhentian kemudi Heeseung, tubuh gadis itu terperajat ketika lengan Heeseung menelusup ke bawah pinggang dan pahanya. Rupanya Heeseung berusaha mengangkat tubuhnya. Sungguh, Kia merasa tidak nyaman karenanya.
"Turunkan aku. Bagaimana jika orangtuamu melihat kita?"
Heeseung tersenyum lembut di antara langkah kakinya membelah lantai marmer. "Mereka tidak tinggal di Korea," jawabnya.
"Tapi tetap saja..."
"Ck! Diamlah. Jangan sampai kugigit bibirmu."
Dan Kia dibuat refleks mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Khawatir Heeseung akan benar-benar melakukan itu padanya.
Begitu memasuki rumah, beberapa pelayan berpakaian hitam membungkuk hormat, menyambut kedatangan mereka. Heeseung seakan sengaja mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia sepenuhnya abai pada sapaan pelayan dan melanjutkan langkahnya menuju sebuah kamar di lantai dua.
Tubuh Kia diturunkan dari gendongannya, didudukkan di sebuah sofa yang terletak di sudut kamar berukuran besar itu.
"Akan kuambilkan handuk hangat," tutur Heeseung setelah memeriksa kaki putih Kia yang kini memerah.
"Tidak perlu." Kia menggenggam lengan kemeja Heeseung. Melarangnya pergi.
Heeseung menatap kaki telanjang Kia, lalu menatap kedua manik cokelatnya yang dibingkai bulu mata lentik. Cantik sekali.
"Memangnya kakimu tidak sakit?"
Kia menggeleng. "Aku baik-baik saja."
"Baiklah. Katakan padaku jika kau butuh sesuatu. Malam ini kau bisa tidur di sini. Beristirahatlah."
Usai mengurus Kia, Heeseung berencana meninggalkan gadis itu agar ia bisa beristirahat. Selain itu ia harus menghubungi Jay secepatnya. Tetapi lagi-lagi Kia menahan langkahnya pergi. Kali ini bukan dengan genggaman di lengan baju, melainkan dengan pertanyaan;
"Namaku Kia. Byun Kia. Jika boleh tahu, siapa namamu?"
Kekehan Heeseung terdengar meski ia sudah menutup mulutnya dengan gulungan tangan. Merasa konyol mengingat mereka tidak saling memperkenalkan diri sampai sejauh ini. Padahal berjam-jam lamanya mereka habiskan berduaan di dalam mobil. Bukan tanpa sebab Heeseung tidak penasaran pada gadis itu dan alasannya adalah karena Heeseung sudah tahu siapa gadis yang ia bawa.
Heeseung berdiri dengan gestur santai sambil menyaku kedua tangan di celana.
"Namaku Lee Heeseung."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ACE
Fanfiction[ Lee Heeseung fanfiction ] Lee Heeseung adalah seorang pengusaha kaya yang menawarkan diri untuk menjadi Kartu As bagi Byun Kia. Ia rela mengabulkan segala keinginan gadis itu, termasuk jika harus membunuh Shim Jake -Pria yang telah mengkhianati Ki...