vii

98 25 0
                                    

"Kayaknya kamu butuh dokter. Lukamu parah sekali," kata pemuda itu. "Mau kuantar kerumah sakit?"




Changmin menggeleng. Mengelap darahnya dengan tisu-tisu yang kemudian berubah warna menjadi merah seluruhnya.


"Gak usah, makasih," tolaknya sopan.

Ia hanya menganggap bahwa pemuda yang memberikan tumpangan itu terlalu baik. Bahkan tadi tangannya sudah menyentuh pisau lipat yang masih terselip rapi di bajunya, bersiap mengeksekusinya juga.

Namun ia terhenti karena tiba-tiba pemuda itu menyodorkan sekotak tisu dan obat merah.


"Obati lukamu. Kalau enggak segera diobati nanti bisa infeksi."






Changmin menurut.

Meski banyak yang menyebutnya sebagai pembunuh berdarah dingin, namun ia menghargai dan senang jika diperlakukan dengan baik seperti ini.


"Makasih."


Pemuda berwajah tampan itu mengangguk. "Jadi, kamu mau diantar kemana?"




Sambil mengelap tangannya yang penuh luka lebam, ia mengendikkan bahu.



"Sejauh yang kamu bersedia," kata Pemuda Ji itu sambil tersenyum hambar. "Rumahku sudah enggak aman."







Heran, namun pemuda disebelahnya itu hanya mengangguk seolah paham akan jawaban itu.




























"Saya enggak bakal tanya tentang kamu, saya cuma mau nawarin. Kalau kamu mau, kamu bisa tinggal sama saya dan adik-adik saya di rumah sekarang."

[vii] Right Here - Ji Changmin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang