"Dih apa lo liat-liat?" tanya Zila sinis pada Rey sambil menyalin jawaban dari buku Fiona. Hari ini ada pelajaran Bahasa Indonesia, Minggu kemarin Bu Lita–guru Bahasa Indonesia, memberikan PR untuk kelas 11 IPA 3 dan sialnya Zila lupa, untungnya Fiona sudah mengerjakan PR itu jadi dia tinggal menyalin jawaban dari buku Fiona.
"Gantian kenapa sih! Gue mau nyalin tuh jawaban juga, Zil!" protes Rey ngegas, demi apapun Zila nulis seperti membatik kain.
"Dih apa sih lo! Emang kita kenal?" tanya Zila menyingkirkan tangan Rey yang berada di atas mejanya, itu kawasannya jadi dia berhak atas kawasannya.
"Emang kita kenal!" jawab Rey langsung merebut buku Fiona dari Zila. Laki-laki itu berlari keluar kelas setelah mendapatkan apa yang ia mau, sedangkan di dalam kelas Zila sedang meraung-raung sambil ngereog.
"REY ANAK MONYET!"
Fiona menahan Zila untuk mengejar Rey, "udah jangan di kejar, kasian anak lo." tutur Fiona menitah Zila duduk kembali di kursi gadis itu. Perkataan Fiona membuat Zila melotot ke Fiona.
"Anak, pala lo anak!" semprot Zila mendorong bahu sahabatnya dengan kesal, namun tidak kencang.
"Berisik!" ucap Dion.
Semua pasang mata langsung ke arah Dion yang hanya fokus pada game di ponsel laki-laki itu, semua mendadak hening. Tapi Zila menatap Dion sinis, gadis itu bangkit dari duduknya lalu menggigit bahu Dion kencang yang membuat sang empu meringis akibat gigitan kencang Zila. Zila hanya ingin melampiaskan kekesalannya. Satu yang harus semua tau, hobi Zila adalah menggigit pundak atau lengan Dion saat kesal.
Dion menatap tajam Zila, gadis itu kembali ke tempat duduknya setelah puas mengigit bahunya, dan tanpa merasa tidak ada apa-apa gadis itu memainkan ponselnya dengan tenang. Sedangkan yang lain langsung sibuk ke aktivitas masing-masing, mereka takut akan kena ucapan tajam Dion.
Andra, laki-laki itu kembali merebahkan kepalanya di atas meja setelah drama selesai. Nevan, laki-laki itu memberikan permen Mentos pada Dion yang masih terbungkus rapi. "Makan, biar nyegerin." ucap Nevan asal sambil mengedikan bahunya acuh dan melanjutkan mendengarkan musik lewat Airpods.
Suara langkah kaki seseorang membuat beberapa dari rakyat kelas 11 IPA 3 menoleh pada cewek berambut panjang seraya membawa paperbag , "Andra, ini Mama nitip bekal buat kamu." ucap Naura tersenyum, Andra yang tadinya memejamkan matanya kini terbuka setelah Naura berbicara, laki-laki itu menegakkan kepalanya.
Andra menerima paperbag itu dari tangan Naura, "oke, makasih." sahut Andra tersenyum.
"Ya udah, aku ke kelas ya," pamit Naura masih mempertahankan senyum itu. Andra hanya mengangguk kecil untuk membalas ucapan Naura.
Fiona menghela napasnya berat setelah Naura sudah tidak ada lagi di kelasnya, Zila bahkan berdecak kesal, "iya percaya dari Mamanya, percaya kok!" ucap Zila dengan mata yang masih ke layar ponselnya, beberapa orang menatap Zila heran.
"Yi idih, iki ki Kilis yi." cibir Zila melirik sinis ke Andra yang meletakkan kepalanya di atas meja, dia kesal dengan cowok itu. Tadi malam Fiona menelponnya membicarakan tentang Andra yang semakin dekat dengan Naura, kedua orang itu memang dekat karena bersahabat namun kali ini bukan layaknya sahabat, tapi seperti ada hubungan spesial.
"Zila." tegur Fiona pelan.
Zila mengabaikan teguran Fiona, dia beranjak dari duduknya kemudian mengambil paperbag yang ada di atas meja Andra, "lo gak usah makan, ini haram buat lo!" ucap Zila pada Andra yang hanya diam lagipula Andra tidak ada niatan untuk memakan bekal yang di kasih Naura. Zila langsung duduk di kursi sebelah Dion, dia yang akan memakan bekal itu, lumayan makanan gratis, gak bayar, rill cuy gratis, no pek-pek.
YOU ARE READING
DIONZILA
RandomDion Reagan, cowok titisan kanebo kering ini harus menerima kenyataan bahwa dia bertetangga dengan seorang Zila Amoura. Zila, cewek galak yang selalu berisik kalau kata Dion. Zila Amoura, cewek itu juga harus menerima takdir bahwa dia di pertemukan...