4. Taman Belakang Sekolah

37 6 0
                                    

"Kasian banget ya, punya pacar tapi gak di anggap," celetuk Naura yang sedang mengaduk mie gorengnya di meja sebelah, celetuk itu membuat Fiona hampir tersedak nasi goreng kalau Zila tidak buru-buru menepuk punggungnya dengan kasar.

"Anjer, pelan-pelan kek!" omel Fiona menatap garang Zila yang sekarang kembali menikmati mie ayamnya.

"Iya maaf, tapi untung bagus gue bantuin, bilang makasih dong ke gue!" kata Zila menatap Fiona.

"Iya makasih bestiehhhh gue yang tercintahhh!" ucap Fiona malas seraya memutar bola matanya malas.

Di meja sana, Naura tampak kesal karena Fiona dan Zila malah asik sendiri dengan pertengkaran mereka. Di meja sebelahnya, Zila dan Fiona bahkan tidak menganggap dirinya ada sepertinya.

"Kasian banget ya, jadi pelakor!" kata itu membuat Naura menatap Fiona yang sedang menatapnya tajam. Naura tertawa mendengar ucapan itu dari mulut Fiona, Naura pikir Fiona tidak akan menyahut kata-katanya.

"Daripada sakit hati, mending lo putusin Andra deh, biar dia bahagia sama gue." ucap Naura tersenyum angkuh.

Fiona berdiri, cewek itu mengambil jus jeruk milik Naura dan langsung menyiram cewek itu dengan kesal. "Anjing banget lo! Gak tau diri banget!" Naura yang terkena siram pun langsung berdiri, dia membalas dengan menyiram Fiona dengan teh hangat yang ia rampas dari meja sebelahnya.

Jujur saja, Fiona ingin menangis saat itu juga, namun dia berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. Teh itu masih terasa panas di kulitnya. Fiona mendorong kuat Naura hingga tubuh cewek itu terbentur tembok yang membuat Naura meringis. "Bitch!"

"Anjing banget lo!" sambar Zila berdiri ketika Fiona di siram teh hangat. Jelas Zila tidak terima sahabatnya di perlakukan seperti itu, yang salah pun bukan Fiona, Naura terlebih dahulu yang memancing emosi Fiona.

Plak

Tamparan keras itu menggema di kantin, tepat pada pipi kanan Fiona, Andra menampar cewek itu. Hal yang sangat mengejutkan Fiona, sekarang pertahanannya runtuh, cairan bening itu keluar begitu saja. Zila melihat itu bertambah emosi, ketika dia ingin mendekat namun dengan cepat di cegah oleh Dion.

Fiona, cewek itu menatap Andra tajam, "sekarang lo menang Naura, "ucap Fiona sambil tertawa kecil. "Silahkan kalau lo mau ngapain aja sama dia. Mulai detik ini, gue sama Andra udah gak ada hubungan apapun." Fiona mendorong tubuh Naura yang sudah berdiri ke arah Andra, remaja perempuan itu langsung pergi dari sana.

                                       ******

"Nih," Nevan memberikan seragam baru dan beberapa salep kepada Zila untuk adiknya, Zila tersenyum kemudian kembali masuk ke dalam toilet.

Di dalam sana, Zila mengetuk pintu toilet yang di gunakan Fiona. "Fi, ini seragamnya!" ucap Zila sedikit berteriak agar Fiona mendengar suaranya lebih jelas, hanya takut kalau Fiona sedang mode budek.

Pintu toilet terbuka, hanya tangan Fiona yang keluar sambil meminta seragam pada Zila, "mana?" pinta Fiona. Tanpa berlama-lama cewek itu memberikan seragam baru dan sekantong plastik yang berisi beberapa salep.

"Mau gue bantuin gak?" tawar Zila terkekeh.

"Dih anjir, kagak dah!" jawab Fiona langsung menutup pintu toilet setelah mendapatkan seragam.

"Yakin nih gak mau?" tanya Zila menempelkan wajahnya di pintu toilet yang dipakai Fiona. Zila tertawa puas ketika mendengar omelan Fiona dari dalam sana. Seusai mengerjakan Fiona dan memberikan barang yang di perlukan sahabatnya, dia keluar dari dalam toilet.

"Ayo,"

Zila yang baru saja keluar langsung menampilkan wajah bingung saat Dion berucap sambil menatap ke arahnya. "Lo ngajak gue?" tanyanya meminta penjelasan dari cowok dengan wajah datar itu.

Dion tidak menjawab, cowok itu langsung menarik tangan Zila dan membawanya pergi. "DIONSAURUS! GUE MAU NUNGGUIN FIONA! NEVAN LO BANTUIN GUE KEK!" teriak Zila seraya memberontak, tapi tenaganya kalah telak.

"Lo sama Dion, biar gue yang nunggu Fio." sahut Nevan sedikit menaikan oktafnya agar Zila mendengar ucapannya.

"Ih, lepasin!" pinta Zila kesal, "lo mau bawa gue kemana?" tanyanya penasaran dengan Dion yang ingin membawanya kemana.

"Lo diem dan nurut, gue beliin apapun yang lo mau." ucap Dion, cowok itu kini memundurkan langkahnya untuk menyamakan posisinya Zila.

Ekspresi kaget Zila tidak bisa disembunyikan, sungguh ini tawaran yang sangat-sangat untung bagi dirinya. Cewek itu menatap Dion lamat, "oke, deal!" jawab Zila tersenyum sambil mengangguk setuju bahkan sangat setuju, apalagi tugasnya hanya diam dan menuruti Dion.

Zila tersenyum, dia melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih bertautan dengan tangan Dion. Zila tidak sadar, kalau tingkahnya membuat Dion tersenyum tipis. Masih sama seperti Zila kecil kalau penurut seperti ini.

Kedua remaja itu sudah berada di belakang sekolah, keduanya duduk di bawah pohon besar. Dion memakai satu Airpods pada indera pendengaran Zila, dan satunya ia pakai. Yang di lakukan Dion membuat Zila sedikit terkejut, tapi setelah mendengar lagunya ia mulai menikmati, cewek itu bersandar pada pohon besar dan memejamkan matanya sambil menikmati lagunya.

Tatapan mata Dion tidak lepas dari wajah cantik Zila, selalu cantik. Rasanya mereka sudah lama tidak seperti ini, walaupun keduanya tersering bertengkar dari dulu hingga sekarang, tetap saja ada kenangan yang di rindukan. Dulu sewaktu kecil, keduanya seperti ini, duduk di bawah pohon, bedanya sekarang mereka menikmati lagu, kalau dulu keduanya sedang bermain petak umpet, berakhir Dion dan Zila tertidur di bawah pohon hingga sore.

"Gue jadi kangen main petak umpet bareng yang lain," ucap Zila yang masih memejamkan matanya. "Kalau lo, gimana?" tanya Zila yang kini menatap Dion yang juga menatapnya.

"Kangen," jawab Dion mengusap puncak kepala Zila, hal itu membuat hati Zila jadi jedag-jedug, karena jarang sekali Dion seperti ini. Perkataan terakhir Dion membuat tubuh Zila menegang.

"Kangen lo juga."

                                        *****

see you✨

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DIONZILA Where stories live. Discover now