Rakan Jovaras Satiya

8 2 0
                                    

Aku memiliki kekasih bernama Rakan jovaras satiya ia adalah adik kelasku, sungguh berondong ini mengobrak- ngabrik hatiku. sebenernya hanya statusnya di sekolah yang membuat dia terlihat seperti berondong ku, sebenarnya dia masih satu kelahiran dengan ku bahkan lebih tua, hanya saja Jo lambat bersekolah, Jo? Iya aku memanggilnya Jo kadang Jojo, tentu hanya aku yang boleh memanggil Rakan dengan nama Jo. Aku pernah bertengkar dan memblokir wa-nya karena ada wanita yang memanggilnya Jojo dan dia menyahuti nya, dengan alasan dia fikir itu aku, haha. sungguh aku mengatakan pada diriku di masa lalu, kamu sangat menggelikan.

Jo adalah ketua organisasi paski di sekolah. tahun ini adalah tahun terakhir aku bisa melihat Jo dan pasukannya mengibar, karena sesuatu yang mendesak Jo memaksa ku untuk mengikuti paski, kenapa? Karena mereka kekurangan anggota, aku tidak tega melihat Jo kewalahan mencari anggota, karena di rumah aku tidak ada kegiatan, jadi aku meng-iyakan Jo, dan orang tuaku setuju saja.

Dan ini adalah awal dari semua kisah yang akan aku ceritakan sekarang, aku terkadang berfikir harusnya aku tidak meng iyakan Jo waktu itu, tapi jika waktu bisa di ulang, bahkan dengan keadaan sadar dan tau akan ujungnya seperti apa, aku akan tetap memilih ikut dan menjalani kisah yang sama, bahagia yang sama dan Sakit yang sama.

"Sebentar siang ketemu di loby ya, ini pertemuan perdana kita sebagai anak organisasi wkwk, dan aku bukan jo mu, aku Rakan ketua mu," ucap Rakan dengan sok kerennya.

Aku yang mendengar itu merinding geli, aku memang mendengar bagiamana sifat Rakan di organisasinya, dia orang yang dingin dan keras, padahal saat bersamaku dia hanya bocah cengeng.

"Oke siap kak Rakan jovaras satiya yang terhormat, mohon bimbingannya," balasku.

Jo tersenyum lebar, senyuman inilah alasan pertama kenapa aku harus ke sekolah. manis sekali kekasihku.

-oOo-

setengah 1 siang barulah anggota paski terkumpul lengkap di loby, dan mereka yang memang anggota lama, mendapatkan hukuma dari Jo, dan yang 'anak baru' hanya menonton. Mereka push up sebanyak 20x. Termasuk aku, ada 3 lainnya anak baru. Dari 27 anggota yang ku kenal hanya anak kelas 10, sebenarnya mereka adalah mata mataku untuk memantau Jo di organisasinya, sungguh se-bucin itu kah aku dulu?

Setelah di beri tau beberapa hal, seperti latihan mulai hari apa, jam berapa, perlengkapan latihan, kita di bubarkan.

"Seira," ah itu Jo. dia memanggilku. "tunggu ya," sambungnya, meskipun berbeda angkatan tapi kelas Jo tepat di bawah kelasku. Aku mengangguk pelan saja.

Tak sampai lima menit Jo datang dengan beberapa map di tangannya "mau aku bantu bawa?," tanyaku. Jo menatapku menahan tawa "map segini ringannya aku bisa bawa sendiri aman aja, jangankan map ini. Kamu aja bisa aku angkat," balas nya lalu memukul kepalaku menggunakan kertas itu pelan.

Aku mendengus kesal "iya deh iya si paling kuat, maaf ya kak Rakan," Jo berhenti lalu menatap ku dengan sinis "kenapa? ada yang kelupaan, buruan ambil udah mau masuk pelajaran, nanti telat loh," aku yang benar benar tidak tau hanya merespon seperti itu, Jo melipat kedua tangannya di dada lalu mulai menghentakkan kedua kakinya dengan pelan namun tegas "ihh tamu mah! jo nda mauu di panggil rakan tama sieya!!," kesalnya.

Aku tertawa lepas sampai lupa ruangan di sebelah ku adalah ruang guru. "Jo udah ih, geli banget" Jo pun tau dirinya menggelikan dan dia ikut tertawa bersamaku. lalu kita berjalan ke kelas sembari dia merangkul ku.

-oOo-

Setelah Jo mengantarku pulang, aku pun langsung merebahkan diriku di sofa "seragamnya di lepas dulu dek," ucap ayahku lalu duduk di sofa lainnya.

Bunda pun datang sembari membawa nampan yang berisikan manggis dan susu. "Katanya Rakan hari ini perdana kumpul paski ya?," Aku bangkit dan duduk dengan benar lalu meng iyakan perkataan bunda.

"Adek ikut paski? wih keren, jadi apa ajak dek kebutuhan yang kamu perluin?," tanya Ayah. Aku mengeluarkan buku ku, karena sebelumnya aku mencatat semua perlengkapan di sana, jujur aku orangnya pikun "ini yah, ada topi, handuk, baju olahraga, jepit rambut lidik 20, botol air minum yang gede," Ayah dan bunda hanya ngangguk² entah paham atau tidak.

"Nanti suruh Rakan aja nemenin beli semuanya," ucap ayah lalu menyuapi ku buah manggis yang sebelumnya ia kupaskan saat aku menjelaskan barang-barang perlengkapan.

"Iya yah Aman,"

Malam pun tiba, Rakan datang membawa roti gandum kesukaan ayah, dia datang tepat setelah aku selesai mandi dan saat dia datang aku hanya berbalut handuk "yahh aku telat datangnya, tau gini 2 menit yang lalu aku datang," ucapnya dengan lantang, padahal ini rumah ku, berani sekali orang itu.

Ayah muncul lalu menjewer Jo "terus kalo kamu datang 2 menit yang lalu, mau ngapain?," Jo menatap ayah lalu tertawa kecil "hehe nda yah, ini Rakan bawa selingkuhan ayah," Rakan langsung menunjukkan Roti itu.

Mata ayah berbinar penuh semangat "bunda, kopi dua," ucap Ayah dan Rakan bersamaan, Rakan tau betul apa teman Ayahku untuk menyantap roti.

saat aku turun, aku melihat ketiganya berada di ruang tengah menonton sambil memakan roti dan ada sedikit percakapan ringan, aku senang setidaknya di rumahku Jo bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga itu seperti apa.

"Ayo Jo,"

"Bentar dek, makan dulu," kata bunda. Aku berjalan lalu duduk di samping ayah, aku langsung mengangkat cangkir kopi ayah.

"jangan dek," ucap ayah.

"apaan dah bocil mau ngopi segala, kamu tuh ga di ajak," ledek Jo.

"Bunda bikinin susu ya," lanjut bunda.

Aku meletakkan cangkir kopi ayah, lalu menjulurkan lidahku pada Jo "gausah bunda," kataku lalu memilih makan manggis dari pada roti.

"Ini uang buat beli perlengkapan Jo, kan kamu yang tau," kata ayah, Jo langsung menggeleng "ga usah ayah, pake uang Jo aja,"

Bunda mengambil uang itu lalu menaruhnya di saku jaket yang Jo kenakan "ga boleh, uangnya kamu di tabung aja, sekarang seira masih tanggung jawab Bunda sama Ayah.

Jo tidak bisa membantah bunda "iya bunda siap, Seira lulus langsung Rakan lamar ya,"

"Dih apaan orang mau kerja," jawabku tak terima.

"Ga boleh, kamu harus lulus sekolah dulu," kata Bunda. Jo hanya merengek dan mengucapkan "seira lulus langsung nikah ama Rakan" berkali-kali sampai akhirnya kita berdua pergi membeli perlengkapan latihan.

-oOo-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

bukan salah cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang