Sudah terhitung 3 bulan dari waktu Regan terbangun di raga ini, dan berita bagusnya ketiga putranya sudah mulai dekat dengannya ditambah berat badannya mulai turun berkat usahanya, walau badannya masih terlihat besar tapi setidaknya tak sebesar saat pertama kali dirinya membuka mata.
Hari ini hari jumat dan sebentar lagi ketiga putranya pulang dari sekolah, tentunya dengan Daniel yang senantiasa mengantar jemput ketiganya karena Regan belum bisa untuk mengantar mereka mengingat situasinya yang sekarang, berdiri aja mesti dibantu.
Dan lagi untuk saat ini dirinya masihlah pengangguran. Sejujurnya ingin sekali Regan mulai bekerja namun situasinya belum memungkinkan, lagian perusaan mana yang mau mempekerjakan modelan babi yang berdiri aja mesti dibantuin.
Hahhhh
Regan tuh bingung jadinya kalau begini dia aja gak bisa beraktivitas dengan normal mana bisa cari kerja
Haruskah Regan yang buka usaha sendiri?
Sepertinya boleh di coba
"Papaaaaa"
Regan mengalihkan atensinya pada asal suara, dilihatnya ketiga putranya yang berlari kecil ke arahnya dan langsung memeluknya untung saja tak ada adegan lompat melompat seperti dulu. Meninggalkan Daniel di belakang yang sibuk menenteng tas ketiganya.
"Gimana sekolah kalian sayang?"
"Biasa aja gak ada yang seru"
Al langsung saja duduk di samping regan sambil minum susu kotak setelah memeluk dan mencium pipi sang papa. Disisi lain biru putra bungsungnya setelah melakukan hal yang sama juga ikut duduk di sisi lainnya sambil sibuk memakan roti.
Regan hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah dua putranya ini sesekali ia usap lemput pucuk kepala keduanya.
"Uhmm papa"
"Ya sayang?"
Regan yang melihat putra sulungnya nampak ragu untuk mengatakan sesuatu itu pun lantas kembali bertanya.
"Uhmm b-besok temen temen vier mau kesini boleh? Vier dapet tugas kelompok matematika sama temen temen, boleh kan pah?"
"Boleh nanti papa suruh Daniel bikin cemilan besok"
"Iya!! Makasih papa muah"
Setelah memberikan kecupan dipipi Regan vierro lantas berlari ke kamarnya dengan perasaan senang tentunya. Regan hanya bisa tersenyum, vierro meskipun masih ragu setiap kali meminta izin padanya tak bisa Regan pungkiri bahwa vierro lah yang paling manja padanya diantara putranya yang lain.
"Jangan lari lari di tangga vierro"
Mendengar larangan dari Regan makhluk kecil itu lantas menekankan langkahnya menaiki tangga.
"Kalian juga mandi dulu sana"
"Um!!"
"Iya papa"
Yang lainnya ikut berjalan menaiki tangga melaksanakan perintah sang ayah.
"Daniel kemari"
"Ya tuan?"
"Saya ingin kamu melakukan beberapa hal"
"Baik tuanku"
Keesokan harinya sesuai dengan apa yang vierro katakan teman temannya datang bisa dilihat tiga temannya itu yang sibuk dengan gadget nya masing-masing, yaampun dirinya saja baru bisa memegang ponsel saat sma sedangkan bocah SD ini malah terlihat sudah mahir dengan benda pipih tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Became to Papa
De Todo[ TRANSMIGRASI ] Hidup danmati tanpa akhir membuatnya terbiasa akan rasa sakit, hidupnya terasa monoton dan membosankan. Dalam kepalanya hanya berisi kematian, kapan dirinya bisa benar benar mati? Regan Satu-satunya yang bisa diingat dari kehidupan...