Flashback

1 0 0
                                    

Semakin hari aku merasa banyak hal yang tidak beres terjadi padaku. sebelumnya aku tidak pernah mendapatkan pengalaman buruk seperti ini. Bahkan aku tak pernah menyakiti orang lain sehingga rasanya mustahil ada yang dendam terhadap ku dan melakukan ini.

Ibu pun terlihat sangat khawatir dengan kondisi ku saat ini. Tentunya mustahil bagiku untuk mengatakan pada ibu bahwa aku baik-baik saja saat ini.

Aku kembali teringat akan bagaimana serentetan kejadian ini mulai bermula. semua itu dimulai sejak aku bertatapan dengan seseorang yang aku lihat di seberang jalan dalam perjalanan pulang bersama Fier.

Aku rasa harus mengulang bagaimana hari itu dan berharap dapat bertemu dengan orang itu dan bertanya bagaimana hal ini bisa menimpa ku dan mungkin dia butuh pertolongan dan ini adalah cara Tuhan agar aku membantunya.

serangkaian pikiran aneh terus saja menggerogoti kepalaku, aku harus menemukan solusinya. Aku tidak mau menjadi aneh seperti ini. Bahkan Fier mungkin takut berteman denganku jika terus begini.

Aku bersiap-siap untuk memulai reka ulang di hari itu.  

"Dev.." panggil ibu ketika aku keluar dari pintu kamar ku.

"Iya, Ibu. Ada apa?" tanyaku.

"Kau mau kemana?" ibu terlihat sangat khawatir.

"Aku akan ke rumah Fier, Bu. Tidak usah khawatir, aku akan baik-baik saja."

Aku segera berlari keluar menuju sekolah dan mencoba melalui jalan yang aku lalui bersama Fier. 

Napasku terasa terengah-engah karena berlarian di jalan. 

Aku beristirahat sejenak sambil menstabilkan detak jantung yang sedari tadi berdetak dengan kencang karena aku kelelahan.

Aku sudah lumayan bersemangat untuk memulai perjalanan singkat ku hari ini.

Aku berjalan melalui rumah yang tampak horor yang Fier tunjukkan hari itu. Aku berpikir mungkin saja karena melalui rumah ini aku dihantui seperti ini. 

Tapi aku tak merasa ada hal yang janggal dengan rumah itu jadi karena aku juga mulai ketakutan aku memilih untuk melanjutkan perjalananku.

Aku tiba di perempatan, entah bagaimana aku tak terlalu ingat apa yang aku jumpai di jalan ini tapi seketika bulu kuduk ku berdiri.

Ah, sepertinya ada yang tidak beres di jalan ini. Pikir ku.

Aku teringat sosok yang ku jumpai berdiri di bawah lampu jalan hari itu.

Pandanganku terpaku ke arah yang sama dan benar saja dai berdiri dengan tenang di sana. 

Perasaan ku menjadi campur aduk antara rasa takut dan gugup tak karuan. Tangan itu melambai ke arah ku dan seolah memanggil ku untuk menghampirinya. 

Aku terpaku sejenak, entah apa yang harus aku lakukan sekarang.

Tanpa ku sadari, kakiku menuntun aku untuk menghampirinya.

Aku berjalan ke arah nya,  menyeberangi jalan yang sepi itu.

Terlihat wajah pucat dengan tatapan tajam dan dia tersenyum tipis kepadaku. Memegang tanganku dan menarik ku ke arah gang kecil yang begitu kotor dan tampak kurang cahaya meskipun di siang hari yang cukup cerah.

Entah bagaimana ia merapalkan mantra atau menebar sihirnya aku seperti terhipnotis dan begitu saja mengikutinya tanpa adanya perlawanan sama sekali.

Kami berjalan lurus seperti tak berujung dan ia terus memegang tanganku, menarik ku untuk mengikutinya. 

Perjalanan itu terasa sangat jauh tapi aku tidak mengeluh sama sekali, aku bahkan merasa seperti sudah lama mengenalnya.

"Kemana kita akan pergi?"tanyaku padanya.

Dia hanya diam dan terus berjalan.

Sekali lagi aku coba bertanya padanya, "Kemana kita akan pergi?"

"Ayo ke taman bermain." Jawabnya dengan suara serak.

"Oke, baiklah." Jawabku tanpa kompromi.

Kami akhirnya sampai di sebuah taman tua yang tampak usang, fasilitasnya sudah tampak tidak layak untuk digunakan, pepohonan yang rindang mengelilingi taman itu membuat tampak gelap karena kurangnya cahaya yang masuk.

"Oke, setelah ini apa yang akan kita lakukan?" tanyaku dengan penuh rasa janggal.

Ia melepaskan genggamannya dan berjalan ke arah ayunan tua yang terbuat dari besi dan sudah tampak penuh karat.

"Ayo main." Ajak nya sambil tersenyum sinis.

Seketika bulu kuduk ku berdiri.


Hello FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang