enam belas

5.3K 311 10
                                    

"Gavin sini sayang ada yang mau mama sama papa omongin" ucap zenith sang mama

Gavin lantas mendekati kedua orang tuanya dan adiknya citra "kenapa ma?"

"Papa dengar dari adik kamu, Kamu ikut lomba silat tingkat nasional mewakili sekolah kamu ya?" Ucap riko sang papa "iya pa"balas gavin dan melihat adiknya dengan tatapan tajam.

"Mama nggak setuju" titah zenith yang membuat gavin melihat wajah sang mama" gavin mohon ma izinin gavin untuk terakhir kali ini aja buat tanding" mohon gavin

"Pokoknya nggak vin kamu harus fokus dengan pengobatan kamu" ucap zenith yang tak ingin dibantah.

"Kamu nggak sadar vin kondisi kamu sering drop bahkan kamu sering ngelewati kemoterapi kamu!" Bentak zenith.

Gavin yang mendengar perkataan sang mama lantas tersenyum pahit iya mengepalkan kedua tangannya kemudian ia beranjak dari tempat duduknya. Namun sebelum pergi ia mengeluarkan isi hatinya.

"Buat apa ma?" lirih gavin

"Buat apa aku ngelakuin hal yang sia-sia. Empat belas tahun. Selama empat belas tahun aku jalanin hal yang sia-sia tapi penyakit sialan ini nggak juga pergi dari tubuh aku ma"gavin kembali menjeda ucapannya. Tenggorokannya serasa tercekat, tanpa ia sadari air matanya sudah membasahi kedua pipi dan rahang tegas miliknya tanpa isakan.

"B-bahkan bau obat-obatan itu masih bisa aku rasain ma"gavin tersenyum sesaat lalu kembali melanjutkan ucapannya "Lagian umur gavin udah nggak lama ma. Jadi tolong, tolong biarin sekali ini aja gavin ngelakuin apa yang gavin mau" ucap gavin sambil berlalu meninggalkan keluarganya.

Setelah gavin beranjak menuju ke kamarnya suasana ruangan tersebut menjadi hening setelah mendengar perkataan gavin. Hingga suara isakan zenith terdengar oleh dua orang yang berada di ruangan tersebut.

tanpa citra sadari ia juga meneteskan air mata Melihat sang mama menangis dan mendengar ucapan sang kakak.

Seorang anak laki-laki berusia enam tahun sedang menatap keluar jendela kamarnya dari tempat tidur melihat keadaan dunia luar dengan tatapan sendu.

Ya dia adalah gavin. Gavin kecil dulunya adalah anak yang sangat aktif dan periang. Ia sangat suka bermain dan melakukan aktivitas di luar ruangan. Ia memiliki banyak teman dan yang paling ia sukai di dunia ini adalah silat.

Ia begitu menggilai olahraga tersebut. Alasannya karena pada waktu itu gavin kecil tengah berjalan pulang menuju rumahnya. Lalu ia tak sengaja melihat ada seorang pemuda yang menghajar seorang penjambret yang mengambil tas seorang wanita yang tengah berjalan.

Gavin kecil yang saat itu sangat terkagum melihat pemuda tersebut segera mendekat ketika pemuda itu telah berhasil melumpuhkan sang penjambret.

"Wah paman hebat. Paman bisa mengalahkan pemnjahatnya" ucap gavin

"Paman bisakah paman mengajariku gerakan tadi?"tanya gavin. Pemuda tersebut merasa bingung dengan pertanyaan anak kecil berusia 5 tahun tersebut.

"Gerakan yang tadi paman yang seperti wushh...wushh...wusshh" ucap gavin sambil mencontohkan gerakan pemuda tersebut dengan asal membuat wajah anak itu terlihat sangat menggemaskan.

"Oh adik kecil ternyata kau tertarik dengan silat? Paman bisa mengajarkanmu jika kau mau?tapi silat itu hanya digunakan untuk membantu dan melindungi diri sendiri dan orang lain, bukan untuk kejahatan. Apa kau mengerti?" Tanya pemuda tersebut.

"Eumm aku mengerti paman. Aku mau belajar silat agar aku bisa melindungi mama,dan orang yang aku sayangi" ucap gavin semangat.

Sejak saat itu gavin mulai aktif mengikuti kegiatan silat bahkan ia tidak ingin melewati sesi latihannya.

Namun semuanya berubah Pada saat usia gavin 5 tahun. Ia mulai sering mengalami pendarahan di bagian hidungnya bahkan terkadang gusinya juga sering mengeluarkan darah. Dan sering merasakan nyeri di bagian sendi. Sampai pada akhirnya  ia divonis mengidap hemofilia. Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah bawaan yang terjadi akibat kekurangan faktor pembekuan darah, 70-80 persen diturunkan secara genetik. Penyakit hemofilia sendiri tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dicegah dengan pengobatan dan terapi secara rutin agar penyakitnya tidak bertambah parah.

Sejak saat itu gavin kecil tidak lagi bisa merasakan kebebasan. Ia mulai sering sakit-sakitan. Terkadang ia merasakan pusing yang teramat sakit dan mengeluarkan darah dari hidungnya. Tubuhnya juga sering mengalami memar dibagian sendi akibat pendarahan. Senyuman kebahagiaan yang dulu terbit di wajah gavin kini mulai meredup. Tidak ada lagi raut kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

"Ma ini sakit" ucap anak laki-laki tersebut sambil mengangkat tangan kanannya yang terpasang selang infus .

Melihat hal itu sang mama lantas mendekati buah hatinya "sayang jangan ditarik nanti makin sakit loh" ucap sang mama saat melihat anaknya mencoba menarik selang yang berada di tangannya

Wanita yang di sebut mama tadi mencoba menenangkan gavin kecil. Sesekali orang yang disebut gavin mama tersebut mengelus sayang rambut gavin memberikan rasa nyaman pada sang buah hatinya.

"Ma? Apa gavin bisa sembuh?" Tanya anak kecil tersebut sembari melihat sang mama.

Orang dewasa yang ditatap itu hanya mengangguk tanpa berani mengucapkan kata-kata. Sejujurnya anggukan tersebut hanya penyemangat untuk sang buah hatinya, Karena sang mama tahu bahwa penyakit anaknya tidak akan pernah bisa di sembuhkan.

Melihat anggukan sang mama gavin lantas berkata" tapi kapan ma? Gavin juga mau main diluar kayak teman-teman gavin.  Main bola, main di  lapangan hijau latihan silat lagi dan melakukan apa yang gavin mau" ucapnya lirih dengan tatapan sendu.

Sejujurnya gavin kecil sangat bosan hidup seperti ini. Sejak saat itu juga gavin kecil mulai melakukan semua kegiatan tanpa peduli akan kesehatannya. Ia juga menolak jika diajak untuk berobat atau melakukan sesuatu untuk kesehatannya. Ia merasa masa kecilnya sudah di renggut.



Selamat menjalankan ibadah puasa semua 😇

GamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang