Pernyataan itu (PartII)

25 0 0
                                    

Hallo......, maaf baru nge post lagi kemaren-kemaren sibuk banget jadi nggak sempat nge post padahal udah jadi, tapi walaupun lambat nge post semoga ceritannya memuaskan, yaa....

Happy Readinggggggg.....

ANDIN.

Kata orang, bunga mawar merah itu salah satu simbol cinta dan sekarang ini , bunga mawar merah menjadi hal yang harus ada di hari Valentine dan White Day,oh iya selain bunga mawar merah yang harus wajib absen di hari-hari penting tadi, ada satu lagi yang nggak bakal ketinggalan di hari istimewa para pasangan-pasangan muda itu, yap apalagi kalau bukan "Coklat", coklat adalah salah satu simbol cinta, dimulai dari sejarah ditemukannya coklat pada zaman peradaban suku Maya dan Aztec, coklat lalu dijadikan komoditas berharga. Awalnya, olahan-olahan yang dibuat dari coklat hanya dapat dikonsumsi oleh keluarga kerajaan, hingga akhirnya seiring dengan berjalannya waktu, coklat mulai dinikmati oleh rakyat jelata. Dan sekarang dijadikan sebagai salah satu simbol atau tanda cinta.

Semua itu kubaca dari sebuah buku yang berjudul "Happy and Sad Love". Aku sering membacanya di balik buku pelajaran, kalau guru di depan kelas sedang asik membahas materi yang membosankan. Pernah sekali, teman sebangkuku, Wildy , memergokiku. Saat itu, di tengah kelas sedang hening, hanya ada suara ibu Ema yang menjelaskan rumus Trigonometri untuk bahan ulangan besok lusa. Sesekali, terasa hembusan angin yang meniupkan lembaran - lembaran bukuku yang terbuka sia-sia di halaman seratus tujuh puluh delapan. Dan, aku sadar bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikanku.

Tak lama sesudah itu, dia menulis sesuatu di secarik kertas yang ia sobek dari belakang bukunya dan mendorongkannya ke arahku.

Baca apaan, tuh?

Aku terkejut. Wildy sedang menatap ke arahku sehingga aku dapat melihat jelas ekspresinya. Aku pun menuliskan jawabanku, dan ku dorong kembali kertas tadi ke arah mejanya

Buku tentang Romance

Dengan cepat ia membalas. Suka yang romance?

Ada sesuatu mengenai Wildy yang entah mengapa yang terkadang terlihat dingin saat pertama kali melihatnya menjadi sekarang terasa seperti momen-momen saat dia tampak hangat, momen ini adalah salah satunya.

Pakai Be-Ge-Te, adalah jawabanku. Kami bertukar coretan obrolan itu sampai pelajran ibu Ema berakhir, an akhirnya aku meminjamkan buku itu padanya.

Hari ini pelajaran berjalan dengan membosankan. Aku biasanya membaca bab yang akan dipelajari sehari sebelumnya sehingga terkadang apa yang diajarkan di kelas terasa sangat repertitif. Aku begitu asyik dengan bacaanku hingga tak sadar bel tanda jam pelajran berakhir sudah berbunyi dan murid-murid lain sudah keluar untuk makan siang.

Entah berapa lama aku larut dalam bacaanku hingga aku mengangkat wajah dan baru menyadari, sedari tadi Wildy sedang duduk diam disampingku dan menatapku.

Kemudian, dia menyodorkan sekotak coklat ke mejaku.

Kami bertatapan.

Wildy

Hari ini hari senin; hari saat aku akan meminta jawaban Andin akan perasaanku. Mungkin, aku harus merasa malu karena harus keliling lapangan seperti Byan. Mungkin, aku akan tertawa menang. Tidak ada yang tahu, dan ketidakpastian membuatku sedikit gentar. Aku tidak suka sesuatu yang tidak pasti.

Begitu pula dengan Bryan yang sudah berstrategi dengan caranya sendiri. Dia membawa sebuket bunga mawar yang dipetiknya pagi-pagi buta sebelum upacara dimulai.

Namun, aku punya strategi sendiri pula. Jika Bryan berpikir Kezia memang menyukai bunga,dan ia berhasil mendapatkan Kezia, dan aku tahu satu hal yang Andin sukai, sudah hampir semalaman aku berkutat di dapur, membuat serangkaian cokelat berbagai rasa berbagai bentu. Aku akui, aku memang tidak pandai merangkai pernyataan cinta.Mengucapkan kalimat Aku suka padamu saja terasabegitu sulit, Tetapi, untuk menunjukkan persaanku pada Andin, kurasa barisan cokelat ini sudah cukup untuk membuatku lebih dekat dengan apa yang ingin aku sampaikan.

Entah bagaimana rasa cokelat buatanku. Bentuknya saja kurang meyakinkan. Namun, aku akan memantapkan hati untuk melanjutkan rencana ini. Aku tidak bias mundur dan menyerah tampa memulai,bukan?

Lima menit, sepuluh menit, limabelas menit. Dia tidak kunjung menyadari bahwa murid-murid lain sudah keluar kelas untuk makan siang, dan hanya tersisa kami berdua di dalam kelas. Akhirnya, Andin mendongak, mungkin terganggu dengan suara perutku yang sedaritadi berbunyi karena lapar.

"Eh, Ada Wildy," katanya, seakan aku baru saja datang dan bukan sedang memperhatikannya sejak sejam yang lalu.

"Nggak makan siang?"

Aku menggeleng, tampa kata-kata yang berarti, aku mengeluarkan sekotak coklat yang ku buat tadi malam, lalu ku sodorkan benda itu kearah mejanya.

Kali ini, dia mengerutkan dahinya sembari berkata "Cokelat?" ujarnya bingung.

Coklat buatanku memang harusku akui bahwa bentuknya tidak beraturan, ada yang berbentuk hati, bintang gepeng, dan ada juga yang hancur tak berbentuk, Andin memperhatikan semua coklat itu, dalam hatiku aku hanya berdoa kalau ia akan menyukainya dan tak akan menolaknya, dan ternyata betul ia menyukainya, Andin mengambil sebuah coklat dari dalam kotaknya, coklat berbentuk bunga dengan almond ditenganya.

Aku memperhatikan Andin, namun tiba-tiba hatiku berdegub kencang tak seperti biasanya, bahkan lebih kencang dari biasanya.

" Buat dendiri?" Andin bertanya-tanya sambil mengunyah coklatnya. "Ada acara apa nih?".

"Rasanya gimana,ndin?" Aku mengalihkan pembicaraan, sambil mengambil coklat buatanku yang berbentuk bintang yang terlihat aneh karena ujung dari bintang tersebut bengkok akibat terkena sendok tadi malam.

Andin tersenyum tipis"Mau jujur atau bohong nih??" candanya sambil mengambil sekeping lagi.

"jujur"

Aku melirik jam. Sebentar lagi waktu istirahat akan berakhir, waktuku hanya habis dengan berbicara tentang coklat dan embel-embel yang tidak relevan. Aku pun berkata tampa berpikir lagi " ANDIN AKU SUKA KAMU"

Hening~

Aku salah bicara. Timmingnya kurang tepat.

Andin hanya diam dan terkejut,bahkan terlihat sangat canggung.

Terasa sangat lama sekali hingga akhirnya ia angkat bicara " Coklatnya hambar. Tapi, aku tau kok kamu bikinya tulus, pakai hati jadi rasanya manis". Lalu, diatersenyum, dan memsukkan sekeping coklat lagi kedalam mulutnya.

Gila . rasanya seperti beban berat terangkat dari pundakku. Dan hangat, ketika aku meraih tangannya dan dia membiarkan jemarinya kugenggam.

Rasanya, seperti telah menelan ribuan keeping coklat manis, rasanya, aku tidak akan sanggup menjelaskannya.

---------------------------------------------------------------------

Gimana ceritanya?!?!
Semoga part berikutnya bisa di post lebih cepat lagi yaaa

Salam....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REFRAIN PENUH HARAPAN ( SOMEDAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang