Part 1: Pernyataan itu...

130 4 2
                                    

Kezia.

Suara gemuruh itu menyingkirkan dunia indahku. Rintik hujan diluar memekakkan telingaku, dan membuat kedua kelopak mataku membuka perlahan.

Hujan deras....

Entah sejak kapan rintikkan air itu turun dari langit, menandakan mendungnya hari ini. Matahari tertutup kabut putih, kumpulan awan tebal menyelimuti langit biru. Ingin ku buka jendela kamarku, mencoba untuk mengambil seberkas cahaya dari bintang paling terang di jagat raya. Matahari.

Namun, rintikkan itu semakin deras. Angin berhembus kencang mengiringi rintikkan itu. Ku urungkan niatku untuk membuka jendela itu, ku putuskan untuk menatap pagi hari di balik jendela.

Indah...

Dulu, keindahan ini tak pernah terasa sehampa ini. Kehampaan yang menggeliat memenuhi benakku dalam sekejap saja. Keindahan ini membuatku kaku. Aku termangu mengingat sejalin kenangan manis melewati anganku, sungguh manis langit di pagi itu. Dimana hari begitu cerah, langit sangat biru, dan hawa dingin menyejukkan yang menyelimuti segenap hatiku. Dengan senyum hangat, ku lalui hari itu menyongsong kebahagiaan yang tengah menantiku di tempat membahagiakan itu.kami harus mengikuti upacara bendera dan bermandikan cahaya pukul delapan pagi yang menyengat namun sehat itu, diikuti oleh pelajaran yang menguras otak dan sorenya dilanjutkan dengan ekstrakurikuler yang menguras habis tenagaku.

Setelah upacara berakhir, aku segera bergegas ke loker untuk mengambil buku ekonomi yang berat sangking tebalnya. Aku dan teman sekelasku Bryan, harus berbagi loker, dikarenakan fasilitas di sekolah kami masih kurang, itu artinya sama saja aku berbagi dengan cowok paling populer sesekolahku walau harus rela tumpah ruahnya loker karena lembaran amplop - amplop berisi surat-surat cinta yang kayaknya di semprot parfum habis-habisan. Atau bahkan kado warna-warni beragam bentuk. Saking sesaknya, loker kami yang sempit sering kali memuntahkan semua isi yang ada setiap kali pintu dibuka.

Memangku akui. Bryan adalah bintangnya SMA kami. Banyak murid perempuan yang tergila-gila padanya,menyimpan perasaan satiap kali dia lewat. Dia jago basket,pintar ngambil hati orang, dan, karena dia Ganteng. Yaaaaaaaaa..... nggak lebih ganteng dari Adipati Dolken yang fotonya setia setiap saat terpajang nyata di dinding lokerku(dan membuat Bryan kesal), tetapi dia memang ganteng, harus kuakui itu.

Sejujurnya , aku nggak keberatan sama sekali.senang melihat senyum dan tawanya, senang mendapat kesempatan untuk saling meledek walau hanya sebentar. Menikmati debaran jantung yang mendadak tak beraturan begitu dia ada di dekatku. Walau kami bisa dibilang cukup dekat, selama ini sepertinya dia hanya menganggapku teman, nggak lebih.

Orang yang paling sering menjadi tempat posnya curhatanku adalah sahabat sejatiku Andin, dia sat-satunya cewek yang sama sekali nggak punya perasaan apa-apa pada Bryan. Nggak suka,pun nggak kagum; biasa-biasa aja. Karena itu, dia cenderung lebih objektif saat menilai seseorang.

"Bryan itu contoh orang yang baik sama semua orang",begitu pendapat andin mengenai Bryan. Selebihnya, dia tak banyak komentar.

Jawaban yang diberikan andin itu hanya menambah kabimbanganku. Mungkin Bryan memang menganggap semua orang itu sama rata. Mungkin aku nggak lebih dari sekedar teman bahkan teman ngobrol untuknya.

Pagi ini, loker terasa berbeda,ketikaku buka. Hanya ada beberapa kuntum bunga mawar yang masih segar, dengan kelopak merah yang indah.dan harumnya yang samar.

buku pelajaran kami yang berjejal,baju olahraga yang biasanya di dalam loker,dan sisa-sisa makanan yang biasanya ditinggalkan Bryan, semuanya hilang jejaknya. Hanya ada bunga itu dan cinta yang dijanjikannya.

Dengan malas, aku menutup pintu loker.pasti ada seorang murid yang berbaik hati untuk membersihkan loker kami. Akhir-akhir ini, memang ada seseorang pengemar rahasia yang kerap kali meletakkan sekuntum bunga mawar di loker.

Akhirnya, aku melangkah tak bersemangat menuju kelas, melewati lapangan di mana tempat Bryan masih bermain basket dengan asyiknya, tampa memperdulikan bunyi bel yang sebentar lagi akan berbunyi.

"Hei,kejutan apa yang ada di loker hari ini?"

Aku mencibir. Sengaja dia mau menggodaku, menunjukkan dia menang. Aku berjalan terus tampa menoleh sekalipun.tak lama kemudian dia menjatuhkan bola besketnya dan berlari menghampiriku.

"Kez,jutek amat sih, gue nanya dicuekin?"

"penggemar rahasia kamu ngasih bunga lagi, tuh". Aku menjawab malas, enggan mengakui bahwa dalam hati ada cemburu yang merayap.

"Siapa?", Bryan mengerutkan dahi.

Lalu, aku menatapnya cemburu " manaku tahu".

Tiba-tiba ia tertawa,begitu lepas hingga aku bingung.

Dengan sebelah tangan,dia mencubit pipiku, membuatku merengut semakin dalam walau diam-diam meyukai sentuhannya "Ya ampun, kez.. yang bener dong kalo terima bunga..."

Aku masih memandangnya bingung sambil bertanya-tanya, sampai dia menarik pergelangan tanganku ke arah barisan loker. "coba liat" dia menunjuk buket bunga itu " ambil kartunya, baca yang bener".

Kuturuti kata-katanya, lalu membaca huruf-huruf yang ditulis dalam tulisan sambung.yang intinya surat itu sebenarnya ditujukan untukku " Kezia cristiani, mau jadi pacarku?, Bryan."

Wajahku spontan memerah, campuran antara senang dan malu. Bunga itu untukku........... bunga itu untukku..!! eh, barusan Bryan minta aku jadi pacarnya..??

Maka, akupun berpaling padanya, memberikan pandangan paling tegas saat aku menantangnya, " keliling lapangan lima kali, aku bakalan bilang iya."

Dia tidak tampak gentar; itu jelas terlihat dalam tawanya yang belas menantangku "Oke".

Bryan kembali berjalan ke tepi lapangan ,bersiap dan langsung berlari untuk putaran yang pertama. Berhasil. Aku memberikan tepuk tangan untuk menghargai usahanya.

Putaran kedua,berhasil dilaluinya dengan mudah

Putaran ketiga,keempat kembali dengan mudahnya

Putaran keliama, bryan melirikku dari jauh sebelum stop berlari menyelesaikan permainan ini, Aku tersenyum, baru sadar aku benar-benar ingin dia berhasil dan benar saja tak lama kemudian dia sudah berada di garis finish. Bryan tersenyum menang. " jadi?, jawabannya iya kan?" Untuk sesaat, terlihat sekelebat kekhawatiran di matanya.

Aku tertawa."Berhasil atau tidak, sebenarnya jawabannya tetap iya."




"Kalian percaya takdir?"

Takdir itulah yang menyatukan kami.




REFRAIN PENUH HARAPAN ( SOMEDAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang