#1: ketidaksempurnaan

340 12 0
                                    


Jari-jari lentik itu merapikan rambut gelombangnya dengan gerakan lambat. Mata cokelat gelap yang menatap kosong ke depan, seakan tidak peduli dengan sekeliling taman yang penuh dengan ekspresi dan tingkah yang berbeda.

Kaemita tersenyum hambar mengingat hidupnya yang sudah hancur. Bahkan harapannya terhadap pernikahannya tidak tertolong lagi.

Ia mulai mengatur nafasnya yang mulai memburu, mencoba menetralkan kembali perasaannya yang campur aduk.

Mengingat masalahnya sama saja membuatnya kembali ke masa terpuruknya. Dan Kaemita tidak ingin itu terjadi lagi.

Tapi ingatan buruk itu mulai berkelebat di pikirannya. lagi .

*****

"kamu mau susu cokelat?" Kaemita menggelengkan kepalanya pelan. Tanda Ia tidak mau. Lagipula Ia tidak suka segala macam yang ber-bau susu.

"Ada apa mama manggil Kae kesini?" saat Ia lagi mengerjakan pekerjaan kantornya, Dariel menyuruhnya untuk menemui Diana-mama mertuanya ke taman belakang rumah mertuanya. Saat ia tanya ada perlu apa, Dariel hanya menggelengkan kepala dan langsung membaringkan tubuhnya ke ranjang kamar mereka. Ia tersenyum lembut menatap suaminya yang tampak lelah sebelum menjumpai Diana. sesibuk apapun Ia dan Dariel, mereka akan berusaha menyempatkan berkunjung kerumah mertuanya.

Diana tersenyum lembut menatap menantunya yang kelewat cantik, "mama langsung ke inti nya saja. Kamu dan Dariel sudah lima tahun menikah tetapi sampai sekarang kalian belum memberikan mama cucu. Kamu kan tahu Kaemita, dalam keturunan Fikentsher perlu adanya keturunan yang akan mengelola semua warisan Fikentsher nantinya. Jadi mama sudah putuskan, jika dua bulan kedepan kamu tidak memberikan mama seorang cucu, dengan terpaksa mama harus mencari menantu lain untuk Dariel."

Wajah Kaemita memucat mendengar penuturan Diana yang mulus tanpa beban. Ia sempat tidak habis pikir melihat wanita selembut Diana bisa menyampaikan kata semenyakitkan itu.

"Tapi ma, apakah dua bulan tidak terlalu cepat? Apalagi aku dan Dariel lagi berada di masa padat kami."

"Apa waktu selama lima tahun ini tidak lama bagimu Kae? Lagian Dariel menyetujui perkataan mama, Kae."

Hati Kaemita mencelos saat mendengar Dariel menyetujui perkataan sang mama-nya tersayang. Bahkan hati Kaemita terasa diremas saat mengetahui bahwa suaminya tidak bertanya terlebih dahulu kepadanya.

Ia mengangguk lemah seraya tersenyum datar, "akan aku usahakan ma"

*****

Mata cokelat itu membelalak tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya. Ia membekap mulutnya dengan kedua tangannya saat kedua orang itu semakin melancarkan aksinya.

Meskipun Kaemita berjarak satu meter dengan mereka, Kaemita yakin. Sangat yakin. Bahwa yang Ia lihat sekarang adalah Dariel-suami tercintanya sedang berciuman dengan Cella di ujung Restaurant itu.

Cella. Wanita yang dijodohkan oleh Diana dengan Dariel. Rencananya Cella dan Dariel akan bertunangan tiga bulan lagi.

Kaemita tersenyum sedih. Matanya memanas mengingat seminggu lagi Ia akan resmi bercerai dengan Dariel.

Ia gagal memberikan Diana seorang cucu keturunan Fikentsher.

Ia kembali mendongak menatap pasangan yang mengumbar kemesraan mereka. Bahkan Kaemita tidak kali pertama ini melihat mereka bermesraan. Tapi Ia sama sekali tidak terbiasa dengan perubahan drastis ini.

Kaemita tidak habis pikir melihat Dariel yang secepat itu berpaling darinya. Dan itu sangat menyakitkan dasar hatinya.

Ia bahkan merasa menyesal pernah mencintai Dariel. Lelaki yang meminta kepadanya untuk menceraikannya dan lebih mengikuti perkataan Diana.

*****

Sakit.

Itu yang dirasakan Kaemita saat ini. Bukan hanya hatinya, tetapi seluruh tubuhnya.

Kaemita menatap Dariel dengan sedih, "apa kamu akan melakukan perkataan mama Diana, Dariel?"

Dariel menggenggam erat tangan mungil istri tercintanya itu, "iya Sayang"

Hati Kaemita lagi-lagi tersayat mendengar jawaban Dariel.

Dengan suara gemetar menahan tangis, Kaemita bertanya "apa kamu tidak mau memperjuangkan aku?"

Dariel mendesah berat, "kamu kan tahu Kae. Kalau mama itu orang yang paling aku sayangi. Kamu juga tahu kalau aku dari dulu sampai sekarang berjanji untuk selalu menjaga dan membuat mama bahagia, sampai jantungku berhenti berdetak"

Kaemita tidak bisa lagi menahan air mata yang mewakili perasaannya saat ini. Ia tidak punya harapan lagi. Bahkan orang yang dia perjuangkan tidak ingin memperjuangkannya.

Kaemita hanyalah seorang gadis yang ditinggal kedua orang tuanya dari kecil. Tidak ada yang pernah mengerti perasaannya, termasuk suaminya. Meskipun Kaemita berkelimpahan harta, tapi Ia hanya ingin seseorang yang menawarkan pundaknya dengan sukarela kepadanya.

Ia sakit dari sakit yang sesakit-sakitnya.

Dengan tangis yang menyayat hati, Kaemita berkata lirih, "apa kamu tidak menyayangiku Dariel? Apa kamu tidak ingin aku bahagia selalu? Apa kamu tidak memahami perasaanku Dariel? Apa...apa selama ini yang ada dipikiran kamu hanya mama kamu?"

Dariel memeluk tubuh mungil Kaemita dengan mata memanas, "aku mencintaimu Kaemita. Selamanya. Hingga nafasku berhenti. Tidak ada yang bisa mengalihkan hati ini darimu sayang. I love you"

Kaemita mendongak menatap sendu kepada lelaki pujaan hatinya ini, "apa itu artinya kamu akan memilihku Dariel?"

Dariel menghela nafas berat. Ia menutup matanya sejenak dan menatap sedih mata cokelat kesukaannya itu, "tidak Kaemita. Aku tetap tidak bisa memilihmu. Aku sangat sayang kepada mamaku. rasa sayang terhadap mamaku tidak ada apa-apanya dengan rasa sayangku terhadapmu Kaemita"

Menyakitkan.

*****

"boleh kakek duduk nak?"

Pertanyaan dari suara lembut itu mengalihkan pikirannnya dari masa buruknya. Ia menoleh kearah seorang kakek tua yang menatap lembut kearahnya. Hatinya bahkan sempat menghangat hanya karena tatapan itu.

"Silahkan kek."

Kaemita mendesah berat seraya menutup matanya erat. Masa lalunya sudah empat tahun berlalu tetapi Ia tidak bisa melupakan kenangan itu barang sedetikpun.

Kenangan yang masih melekat erat diingatannya saat dimana Dariel resmi menikah dengan Cella setelah sebulan bertunangan. Yang artinya Ia tidak ada hubungan apapun lagi dengan Dariel saat itu.

Lagi. Ia mendesah berat. Ia sangat membenci dirinya. Lebih tepatnya ketidaksempurnaannya sebagai wanita. Ia benci dengan semua kelebihannya yang sama sekali tidak bisa menutupi kekurangan buruknya itu.

Wanita manapun akan diceraikan jika Ia mandul. Dan itu sangat menyakitkan.

Tapi Ia mulai menyadari dan bersyukur pada kondisinya.

"menangislah jika hatimu sangat sedih nak. Tapi jangan sampai berlarut-larut. Orang yang kamu tangisi tidak seberharga itu"

Dan air mata kepedihan itu mengalir lagi dipipi mulusnya. Dan Kaemita berjanji dalam hati, ini air mata yang terakhir kali akan keluar dari matanya.

END

Thanks buat yang mau baca, vote atau komen.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang