seven-mezzo

2.4K 248 89
                                    

*****

Setelah mendengar kalimat itu terucap begitu mulus oleh si empu, Ruby hanya terdiam kemudian sedikit menghela nafasnya. Tak selang lama, terdengar langkah kaki mulai menapak dan mendekat ke arahnya, sudah Ruby hirup aroma khas dari parfum nya yang begitu menguar di penciuman miliknya

"Gue gak salah kan, Ruby Lilyden Pradhivta?" Tanya nya kembali dengan suara yang selalu saja mampu membuat gelora asmara Ruby membara

Seolah mendapat euphoria setiap kali suara itu menyapa rungu miliknya. Setelah di rasa cukup untuk ia mengumpulkan nyali pendek miliknya, Ruby membalikan tubuhnya. Menatap sosok tinggi itu dengan sorot yakin miliknya

"Iya, lo gak salah." Jawab Ruby singkat namun sukses membuat gelora Tristan juga melambung tinggi, namun kalimat bernada titik di akhir itu ternyata masih memiliki sambungan. Sambungan yang sukses membuat dirinya kembali membara
"Tapi lo harus tau batasan. Gimana pun gue masih punya cowok, Adhiyasa masih jadi cowok gue, dia masih pacar gue."

Tatapan Tristan mulai menajam, dan rasanya kalimat itu langsung menyakiti hatinya. Padahal, Tristan bukan tipe pria yang bisa di sakiti. Lebih sering ia yang menyakiti lawan jenisnya. Tapi kali ini, Ruby sukses mematahkan itu dan membuat diri serta hati Tristan seolah berada di ambang kehancuran.

Seolah Tristan kehilangan jiwanya dan hanya menatap Ruby dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Gue sama Adhiyasa ada rencana nikah habis lulus. Dan lo tau kan hubungan yang kita jalin itu hubungan apa? Gue gak akan pernah bisa jadi milik lo, Tristan." Jawab Ruby menatap netra dengan sorot kosong itu, membuat perasaannya begitu terkoyak.

"Jadi hubungan yang selama ini gue berusaha bangun sama lo, gak ada artinya buat lo by?" Tanya Tristan setelah terdiam membuat Ruby menggeleng mantap, tanpa berpikir lagi.
"Lo bohong, gue tau. Hahaha... gue hafal ekspresi lo. Timing lo gak tepat buat bercanda, Ruby." Sambung Tristan seolah menganggap semua itu hanya bualan semata

"Gue selalu keliatan bercanda ya di mata lo? Apa yang lo lakuin juga semuanya cuma bercanda juga cuma buat menuhin rasa penasaran lo atas diri gue aja? Hah?" Tanya Ruby membara seolah ia tengah meminta kepastian pada Tristan, yang hanya di balas decihan oleh si empu.

Tak berapa lama, tiba tiba Tristan memukul tembok di samping keduanya, memukulnya berulang kali membuat permukaan tembok tersebut mulai nampak tertumbuk cairan merah hingga Ruby di buat panik setengah mati.

Ia langsung bergerak menahan tubuh yang 2 kali lebih besar dari tubuhnya tersebut. Mendorong Tristan menjauh dan juga menatap Tristan dengan tatapan marahnya

"Lo gila?!! hah?!!"

"Iya!!! Gue gila karena lo, Ruby!!!"

Tanpa mempedulikan tangannya yang sudah berlumuran darah, Tristan seolah menahan belasan tetes air mata yang akan keluar dari netranya. Menatap kedua netra Ruby dalam, seolah mencurahkan semua hal yang tengah berkecamuk di dalam hatinya

"Gue gak akan ada di titik ini, kalau lo gak bales perasaan gue, by. Gue gak akan seberani ini, kalau lo gak tuntun gue ke tahap ini!! Harus pake cara apalagi buat buktiin ke lo kalo gue gak pernah bercanda sama lo?!! Hah?! Gue bisa treat lo lebih baik dari Adhiyasa!!" Curah Tristan dengan mata kaburnya karena cairan bening daru netranya.

Lihatlah, Ruby Lilyden sukses membuat manusia dengan gelar the walking red flag ini tunduk dan menangis untuknya.

Sedangkan di luar sana, Adhiyasa yang mendengar suara samar seperti keributan, merasa penasaran dengan situasi. Tapi ketika hendak menghampiri sumber suara tersebut, satu panggilan menghentikannya

"Adhiyasa!"

Tubuhnya berbalik menatap sosok di depannya, siapa lagi jika bukan Pembina BEM yang langsung membuat Adhiyasa mau tak mau menghampirinya

𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐒 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐁𝐄𝐍𝐄𝐅𝐈𝐓𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang