MARIAM (selamat tinggal ibu)

3 0 0
                                    

Nama ku mariam...

aku terlahir dari keluarga sederhana namun menurutku terbilang sempurna, aku anak ke 6 dari 9 bersaudara, banyak sekali bukan?
Keluarga kami cukup sederhana dengan menempati rumah yang berukuran sedang dengan anggota keluarga 12 orang, meski begitu kehidupan kami cukup membuat iri orang lain
Bagai mana tidak, di saat keluarga lain sering bermusuhan dengan sesama saudara nya, kami bisa hidup rukun dengan kesederhanaan kami.
Sampai beberapa tahun setelah adik bungsu lahir, ibu kami di nyatakan positif kanker payudara stadium 4, tidak pernah terbesit dalam fikiran kami bahwa ibu kami sedang sakit separah itu, karena beliau selalu terlihat ceria dan tidak menunjukan gejala2 kalau beliau sedang sakit parah,
hingga setelah beberapa minggu dari fonis dokter tersebut akhir nya ibu kami pun meninggal dunia....

sore hari sebelum ibu pergi, dia sempat memasakan makanan kesukaan kami dengan porsi yang sangat banyak
sempat aku merasa heran dengan situasi tersebut, karena yang ku tahu ibu tidak memiliki cukup uang untuk membeli bahan makanan yg sangat banyak itu
dan ketika makanan itu sudah tersaji kami beserta ibu dan bapak berkumpul untuk menyantap makanan tersebut bersama, dan pada saat itu pula ibu berkata "anak anak ku semoga kelak kalian menjadi orang sukses, agar kalian tidak lagi merasakan kesulitan seperti yang kalian alami sekarang, maafkan kami ya nak" sembari menyuapi adik bungsu kami, aku melihat ibu beberapa kali menyeka air matanya yang terus menerus menglir dari mata ibu.
malam pun tiba, seperti biasa kami berkumpul di tengah rumah bersiap-siap untuk tidur dan seperti biasa pula ibu bersenandung lirih menyanyikan lagu agar kami cepat terlelap.
entah bagai mana, rasa nya malam itu aku tidak bisa memejamkan mata dengan cepat, sementara semua kakak beserta adik ku sudah tertidur pulas, ku dengar sesekali ibu merintih kesakitan, tak lama kemudian ibu menghampiri satu persatu anak nya...
di cium nya kami, di usap nya juga kepala kami sambil berbisik "maafkan ibu nak" 
terdengar seperti sebuah isyarat, saat aku hampir terlelap ku dengar kegaduhan dari kakak ku yang bertanya2 ibu dan bapak mau kemana? mendengar itu seketika aku terbangun dan menghampiri kakak beserta orang tua ku, aku melihat bapak yang sedang berkemas memasukan beberapa baju ibu ke dalam tas, sementara ibu sedang duduk lemas di atas kasur bersama kakak tertua kami
sontak aku bertanya "ada apa ini? kenapa bapak memasukan baju ibu ke dalam tas? ibu mau kemana?"  pertanyaan demi pertanyaan meluncur begitu saja dari mulutku dengan nada gemetar menahan tangis
lalu ibu menyuruh ku untuk mendekat dan berkata "nak ibu harus ke rumah sakit sebentar, kau tunggu dengan kakak dan adik2 mu di rumah ya, paling lama besok siang ibu sudah kembali dengan sehat, ini bekal untuk mu sekolah besok" sembari memeluk dan mengelus kepalaku ibu mengeluarkan selembar uang dari saku nya, dan sebelum ibu pergi ke rumah sakit lagi lagi ibu mencium kening ku dan memelukku dengan erat,dan tak ku sangka itu adalah momen terakhirku dengan ibu.

Esok pagi nya seperti biasa, aku beserta kakak dan adik ku berangkat menuju sekolah, tak ada perasaan aneh saat itu, kami belajar dan pada jam istirahat kami jajan di warung sekolah
saat hendak kembali ke kelas aku melihat kakak ku sedang berbincang dengan salah satu saudara kami, dan saat aku perhatikan kakak seperti sedang menangis, tak butuh wktu lama aku segera menemui mereka dan bertanya "ada apa? mengapa kakak menangis?" dengan erat kakak memeluk ku sambil menangis tersedu2 dan berkata "ibu meninggal dek" seketika aku terdiam, badan ku terasa lemas tak berdaya memahami apa yg tadi di katakan kakak ku dan tak berselang lama, aku berlari menuju rumah, aku berlari sangat kencang hingga beberapa kali aku terjatuh, tak ku hiraukan lagi rasa nyeri di lutut juga tangan ku, aku hanya ingin segera sampai rumah.

Sesampainya aku di depan rumah, aku melihat banyak kerumunan orang, aku juga melihat beberapa saudara2 ku sedang memasang bendera kuning, suara jerit tangis dari saudara2 ku pun semakin kencang terdengar, ku lihat bapak sedang berdiri di depan pintu sebari terisak,
Ku hampiri bapak lalu aku bertanya "di mana ibu?" Bapak memeluk ku, tangisan nya semakin menjadi2, pelukan nya yang begitu erat sehingga membuat ku semakin sesak, tak lama ada beberapa orang yg sedang menggotong jenazah ibu dari belakag rumah, tangis ku pecah saat melihat ibu mulai di balut kain kafan, aku merasa hancur se hancur2 nya, terasa kiamat bagiku, aku meangis, menjerit meronta2 melihat ibuku terbujur kaku ....

Sore mulai datang, pemakaman ibu sudai selesai tetapi aku masih terduduk lemas di dalam rumah, air mata ku terasa sudah kering, sekujur badan ku terasa kebas, riuh nya suara di sekeliling ku seakan tak ku dengar, aku mematung dengan tatapan kosong, aku bertanya2 kepada diriku sendiri apakah ini sebuah mimpi?

Mariam & rizkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang