Semua nikmat yang Allah berikan kepada kita semuanya berharga, tidak ada yang beberapa nikmat saja yang berharga. Bukan nikmat mendapat makanan enak saja, bukan nikmat diberi harta yang banyak saja. Tapi semua nikmat yang Allah berikan kepada kita, semuanya berharga. Dengan berharganya nikmat tersebut, patutlah kita sebagai makhluk yang menerima nikmat-Nya harus berterima kasih kepada-Nya.
Lalu berapa banyak kah nikmat yang Allah berikan kepada kita? mungkin kita sering mendengar di mukadimah-mukadimah kultum atau opening "...beribu-ribu nikmat, berbagai macam nikmat.." dll. Tapi apakah benar Allah memberikan kita nikmat beribu-ribu? Allah telah menjelaskan hal ini dalam Al-Qur'an yang berbunyi.
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. " (QS. An-Nahl: 18)
Sungguh banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, saking banyaknya kita tidak bisa menghitungnya. lalu bagaimana cara kita mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita? Apakah dengan amalan-amalan wajib dan sunnah sudah bisa membalas kebaikan-Nya? Allah mengetahui keterbatasan hambanya, maka Allah lanjutkan kalimatnya dengan اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ "Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang". Tujuannya agar makhluk tidak berkecil hati dan berputus asa dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah tersebut.
kemudian bagaimana amalan-amalan orang yang pandai bersyukur? Berikut caranya.
Meyakini bahwa segala sesuatu yang berada di semesta ini milik Allah. seorang ahli syukur hatinya tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki, kecuali yakin segalanya hanya milik Allah. Semakin merasa memiliki sesuatu, kita akan semakin takut kehilangan. Adapun takut kehilangan adalah suatu bentuk kesengsaraan. Selain itu juga dengan kita yakin bahwa semuanya milik Allah, pada saat Allah mengambilnya kita tidak akan putus asa atau bersedih, karena kita hanya dititipi saja, bukan memiliki.
Selalu memuji Allah dengan ucapan hamdalah Alhamdulillah saat mendapat nikmat. Sekecil apapun nikmat yang Allah berikan kita harus terima dan mensyukurinya. Jika kita bandingkan dengan antara nikmat dengan musibah, niscaya kita akan menemukan bahwa musibah yang datang tidak sebanding dengan samudera nikmat yang Allah berikan kepada kita. Maka, seorang ahli syukur adalah dia yang senantiasa ingat kepada Allah dalam berbagai keadaannya; dalam keadaan lapang atau sempit, senang maupun susah, sedih ataupun gembira. Ahli syukur akan tetap bersyukur kepada Allah tanpa terpengaruhi oleh keadaan yang sedang menimpanya. Mengapa? Sebab, dalam keadaan sulit sekalipun, rahmat Allah itu senantiasa datang menghampiri. Adapun batas "minimal" dari mensyukuri nikmat Allah adalah dengan memujinya. Seorang ulama pernah ditanya tentang batas minimal orang yang bersyukur, dia pun menjawab, "(Paling tidak) orang tersebut akan memuji-muji Allah atas segala nikmat yang diperolehnya, baik itu nikmat keluarga maupun nikmat harta.
Memanfaatkan nikmat yang ada sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Tidak dikatakan bersyukur kepada Allah, apabila kita tidak menggunakan karunia dari Allah untuk sesuatu yang diridhai-Nya. Misal, Allah Ta'ala menganugerahi kita mata. Bukti rasa syukur kita terhadap karunia mata tersebut adalah dengan menggunakan mata tersebut untuk kebaikan, membaca Al-Quran, menelaah ilmu, melihat kebesaran Allah. Lebih jauh, Ibnu Qudamah mengatakan, "Mensyukuri nikmat mata adalah dengan menyembunyikan cacat saudaramu yang engkau lihat. Adapun mensyukuri nikmat telinga adalah dengan menyembunyikan segala kecacatan saudaramu yang telah engkau dengar."
Berterima kasih kepada orang- orang yang menjadi jalan nikmat dan kebaikan. Bukankah yang paling bersyukur kepada Allah adalah yang paling banyak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia? Dengan kata lain, ahli syukur itu sangat tahu balas budi. Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa telah berbuat kebaikan kepada kalian, maka hendaklah kalian membalasnya, jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdoalah baginya, sehingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Sebab Allah adalah Dzat yang Maha Tahu berterima kasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur" (HR At-Thabrani). Dalam hadis lain disebutkan, "Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia." (HR Ahmad)
Menceritakan nikmat tersebut kepada orang lain. Tujuan kita menceritakan nikmat dari Allah bukanlah untuk pamer, tetapi agar orang ingat kepada Allah. "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)," demikian firman Allah Ta'ala dalam surat Adh- Dhuha ayat11.
Saudaraku, sekali lagi, kita mungkin mampu mensyukuri limpahan nikmat yang Allah Ta'ala karuniakan kepada kita. Maka, memperbanyak tobat adalah cara terbaik. Kita memohon kepada-Nya akan ketidakmampuan kita dalam ampun mensyukuri nikmat-Nya. Kemudian, pada saat yang bersamaan, kita pun terus memohon agar Allah Ta'ala menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang pandai bersyukur.
sumber: buku Doa Pengubah Takdir, karya K.H. Abdullah Gymnastiar (AA Gym)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belajar Bersama
Non-Fictionsebuah kata-kata yang mengajak kita sebagai yang beragama Islam agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan