Hai aku adalah Anneet, aku rasa kalian tidak perlu mengenalku lebih jauh seperti siapa nama lengkapku. Dimana rumahku, siapa nama ayahku dan siapa nama ibuku. Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas negri yang lumayan terkenal di Indonesia, ini adalah tahun pertamaku menjadi seorang mahasiswi tepatnya tahun pertama dengan semester kedua. Awalnya untuk berdamai dengan diri sendiri dan menerima takdirku harus berada di jurusan ini perlu drama dan cerita yang panjang.
Cita-citaku adalah menjadi seorang advokat, tapi sayangnya aku nggak ditakdir untuk disana. ntah kedepannya aku akan jadi apa, itu bukan urusanku sekarang karena aku sendiri tidak yakin kalau aku bisa bertahan sampai ketitik itu. Tapi, dari banyaknya drama sampai aku bisa menerima keadaan ini adalah karena seseorang. Dia adalah orang yang pernah hadir dikehidupanku, meski hanya sesaat tapi aku bisa sampai ketitik ini dan menerima semua kenyataan dan fakta ini adalah berkat dia.
"Hidup itu memang berat, setiap orang mempunyai masalah dan setiap orang juga akan lelah. tapi di samping itu, masalah yang kamu hadapi sudah sesuai dengan porsi kamu dengan kemampuan kamu. Toh, kalau kamu jalani kehidupan kamu dengan iklhas dan sabar semua yang kamu hadapi, semua yang ada didepan kamu itu nggak akan seberat yang kamu rasain sekarang. Mungkin berat, tapi dari semua solusi permasalahan hidup kita berdamai dengan diri sendiri adalah solusi yang paling tepat."
Meski setelah itu ia hilang ntah kemana, semangat yang ia tinggalkan tak pernah hilang bahkan sampai saat ini.
---
Sudah hampir satu jam Anneet duduk di bawah meja belajar yang berada disamping kanan tempat tidurnya, dengan posisi kaki yang ditekuk dan kedua tangan menutup telinganya rapat-rapat. Wajahnya basa dengan buliran bening yang tak berhenti mebasahi pipi bulatnya yang kecil itu dengan sesekali suara isakan dan panggilan "Bunda..." keluar dari mulutnya, namun sangat-sangatlah pelan.
"Bunda, hujannya kapan berhenti Anneet takut..."
Hujan yang kini semakin deras, diiringi dengan suara petir yang membuat Anneet ingin teriak ketakutan. Setiap kali ia mendengar suara petir, tangan yang tadi ia gunakan untuk menutup kedua telinganya spontan memukul kepalanya. Hal itu membuat tangisannya semakin menjadi-jadi, yang membuat rasa tangis itu semakin sakit adalah bagaimana Anneet berusaha menahan suaranya agar tidak membangunkan orang yang ada dirumah. Tubuhnya sudah gemetar dan nafasnya pun sudah mulai sesak dan tak teratur, dengan rasa takut Anneet mendorong kursi yang ada di hadapannya. Ia langsung mengambil semua jenis obat yang terdapat dalam laci meja belajarnya, semua obat yang memiliki dosis tinggi dan membuat ngantuk sudah tertara di laci meja belajar Anneet.
Bagi Anneet ini hal lazim dalam hidupnya, seorang Anneet tidak mungkin bisa tertidur pulas tanpa bantuan dari koleksi obat-obatan yang ia punya. Setelah meminum semua obat yang tidak bisa ia baca dengan jelas malam itu Anneet tertidur pulas sampai suara alarm yang membuatnya tersadar dari tidurnya.
Kring... Kring...
"Berisik banget deh, ngga tau orang masih ngantuk apa ya!." Omel Anneet sambil meraba-raba sekitar tempat tidurnya "Nih, handphone dimana sih setan!"
"Neet, bangun udah siang rumah belum diberesin."
"Iya..." Seperti biasa, setiap Ayah Anneet berada dirumah mebangunkan Anneet dipagi hari sudah menjadi rutinitas seorang Ayah Annet, oh iya fyi Anneet adalah seorang anak yang lahir di keluarga yang kurang beruntung.
Kedua orang tua Anneet memilih bercerai sejak ia kelas 1 SD, awalnya Anneet tinggal bersama bundanya namun karena beberapa hal membuat Anneet harus pindah dan ikut dengan Ayahnya. Karena mustahil untuk ayah tinggal sendiri, saat Anneet masih duduk di bangku SD ayah sudah menikah dengan pilihannya yang sekarang tinggal bersama Anneet. Meski begitu, Anneet adalah orang yang tertutup dilingkungan keluarga, ia tidak banyak bicara, dan juga bisa di bilang tidak terlalu dekat ayahnya.
"What?! Ini siapa?" Anneet kaget melihat dirinya sendiri di depan cermin, seperti orang gila yang tidak terurus, rambutnya seperti rambut singat yang tidak di sisir berabad-abad, diujung bibirnya terdapat bekas luka yang sepertinya disebabkan dengan cakaran kuku seseorang. Anneet memeriksa semua bagian tubuhnya yang sudah lebam dan kebiruan "Siapa yang udah KDRT sama gue Yallah, nih kamar ngga beres anying banyak setannya. Miris banget gue setiap bangun tidur bonyok kegini tuhan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
a woman with personality disorder
Teen FictionKisah ini tentang aku ( Anneet ) seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia, tulisan ini aku tulis dengan apa adanya, dengan emosi yang benar adanya, tanpa ada bakat sebagai seorang karya sastra dengan berani aku s...