Ananda Evalyn Tamora ( Anneet )

4 0 0
                                    

Bunda Anneet izin pulang deluan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunda Anneet izin pulang deluan ya..

----

"Anneet ini hari pertama lo ketemu sama temen-temen satu prodi sama lo, please lo harus bisa jadi cewe yang ramah, biar lo punya banyak temen. Lo ga mau kan neet kesepian lagi, ingat ya neet kita itu emang kadang harus jadi orang lain buat diterima. Ingat Ananda Evalyn Tamora lo harus senyum everytime!" 

Setelah puas mengoceh dengan pantulan bayangannya yang ada di cermin Anneet segera bergegas untuk pergi menuju kampus untuk pertemuan dengan teman satu jurusan yang seangkatan dengannya, seperti biasa jika tidak merepotkan orang lain dalam hidup Annet ia seperti merasakan sebuah kekurangan. Anneet diantar Bima, teman yang ia kenal saat masih sekolah sebenarnya Anneet tidak ingin pergi dan bertemu banyak orang hal itu hanya  membuatnya lelah, semua energinya seperti terkuras habis dan membuat ia tidak ingin berhenti menangis. 

"Makasih ya bim,pulangnya gue naik maxim aja ya bim." 

"Loh kenapa? kamu bisa call atau whatsapp aku aja kalau udah pulang." Bima memang sebaik itu padanya, hal ini juga karena Bima sudah lama menyimpan rasa pada Anneet. Sayangnya Anneet memilih untuk bersikap seperti tidak tau menau mengenai perasaan Bima, hal ini dia lakukan karena dia tidak ingin menyakiti hati orang yang begitu menyayangi dia. 

Apalagi Anneet masih memiliki trauma yang membuat dia takut untuk menjalin hubungan yang sebatas omong kosong itu, yang siklus hubungannya begitu membosankan

mencintai/dicintai-meninggalkan/ditinggalkan.

"Iya.. iya.." setelah berpamitan dengan Bima, anneet segera masuk bersama beberapa MABA lainnya, beberapa kali Anneet menarik nafas yang panjang ia harus berpura-pura menjadi gadis lugu, polos, yang ramah didepan hadapan puluhan orang baru ini. Mungkin ini salah, tapi ini adalah keinginan yang muncul karena kemauannya sendiri tanpa paksaan dari orang lain. 

"Hai.." 

"Yallah Net, ini bukan lo banget jujur"  batinnya sambil melambaikan tangan pada berapa MABA yang tengah berkumpul disana, Anneet menyadari pandangan mereka yang meliriknya dengan tatapan aneh karena tingkahnya yang sok akrab jatuhnya seperti wanita-wanita caper diluaran sama. 

"Hai juga..." Meski sudah berekspetulasi sendiri, Anneet sedikit tenang ketika di respon dengan sapaan hangat dari mereka. 

"Anw kenalin aku Ananda Evalyn Tamora"

"Eh iya, kenalin aku Jolie ini temen satu SMA aku namanya Ajeng.." 

"Salam kenal ya jolie, Ajeng." Anneet tetap tersenyum meski dua lainnya seperti tidak menggubris kehadirannya, Anneet seperti merasa sedang memainkan sebuah film dimana dia harus berpura-pura menjadi orang agar diterima keberadaannya. Selama ini yang ia rasakan hanya kesepian, penolakan akan kehadirannya begitu sering ia rasakan sampai hal itu membuat ia ketakutan untuk mengenal orang-orang baru lagi, meski Annet juga sadar dia yang seperti ini tidak menjamin keberadaannya diterima dengan baik. 

Selama pertemuan berlangsung Anneet tidak henti-henti mengajak semua orang disekitarnya untuk mengobrol, sampai ia sendiri tidak sadar bahwa dirinya begitu lelah semua semangatnya seolah habis begitu saja "mau pulang." Batin Anneet.

Hal yang ditunggu-tunggu Anneet pun akhirnya datang juga, Anneet lebih memilih memesan maxim dibanding meminta bantuan bima lagi. Sepanjang perjalanan pulang Anneet hanya menatap keluar jendela, dengan wajah yang sembab. Inilah hal yang paling ia benci, setiap usai bertemu dengan banyak orang, setiap lelah, Anneet menjadi orang yang begitu lemah tanpa bisa menahan air mata yang terus memaksa untuk keluar. 

Tangisan itu tidak berakhir diperjalanan saja, ia bahkan meluapkannya dengan puas saat berada di ruangan ternyaman yang berada dirumahnya yaitu kamar. Anneet merasa aneh dengan dirinya sendiri, kenapa ia harus terus menangis, ia tidak masalah jika menangis membuat dirinya merasa legah. Tapi sayangnya, untuk mencapai rasa legah itu Anneet harus menyakiti dirinya terlebih dahulu, sampai perihnya tamparan yang saat pertama kali ia rasakan itu sudah terasa perih sama sekali. 

Anneet POV

Rasanya sepi sekali yah, malam ini begitu dingin dengan langit cantik yang dipenuhi bintang-bintang kecil yang jika di lihat-lihat dengan teliti membentuk berbagai macam jenis hewan yang menggemaskan. Dengan segelas kopi hangat, ditemeni dengan kaktus kecil diatas meja yang berada di rooftop kamarku. Aku hanya menikmati malam yang panjang ini, sambil melihat ayah yang tengah asik bermain dengan adikku ditaman pribadi yang ayah buat khusus untuknya. 

Aku lupa jika aku dan ayah dulu apakah memiliki hubungan yang sedekat itu atau tidak, aku juga lupa bagaimana aku menghabiskan waktu malam yang panjang ini ketika kecil dulu. Kadang aku sangat iri melihat mereka yang begitu riang ketika bersama, terkadang hati aku juga begitu sakit melihat ayah yang tersenyum lebar dengan mama. Aku masih belum bisa menerima seutuhnya, melihat ayah mencintai mama, melihat ayah menyayangi anak mama, melihat ayah yang begitu dengan Kanaya. 

Bunda, Anneet rindu bunda. 

Anneet kesepian bunda. 

Anneet mau dipeluk bunda. 

Anneet rindu masakan bunda. 

Bunda, kalau Anneet suatu saat udah mau nyerah. Bunda marah sama Anneet nggak?

Aku tidak tau pasti sejak kapan aku seperti ini, aku merasa ketakutan setiap malam, aku merasa sepi ketika bersama dengan banyak orang, aku membutuhkan seseorang yang memperhatikanku setiap saat, aku membutuhkan orang yang menyayangiku setiap waktu. 

a woman with personality disorderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang