3. Jogja yang Dingin

3 0 0
                                    

cr.Pinterest

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Besok aku pulang, bu."

Gendis baru saja mengeringkan rambut kala sang ibu tercinta menelponnya. Wanita yang usianya sudah berkepala empat itu bahkan menangis saat panggilan baru di mulai. Gendis sudah tak heran. Ibunya emang cukup emosional. Meski Gendis tak di kekang untuk pergi kemana jua, namun tampaknya rasa rindu dan khawatir sang ibu tak pernah luput begitu saja.

"Ibu jangan nangis lagi, ya. Besok aku berangkat malem. Ibu sambut aku aja sama makanan kesukaan ku," ucap Gendis. Meski tak terlihat, tampaknya sang ibu tengah mengangguk setuju.

Panggilan terputus setelah ucapan kasih sayang terlontar dari ibu. Bersahutan dengan suara notifikasi yang entah dari siapa, ralat ia sepertinya tau siapa. Gendis terlalu sibuk mencatok rambutnya hingga menunda untuk membalas.

 Gendis terlalu sibuk mencatok rambutnya hingga menunda untuk membalas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai dengan segala urusan, ia pun segera meraih ponsel. Secara tak sadar labium manisnya tertarik membentuk lengkungan tipis. Degup jantungnya memenuhi diri, agak mengganggu tapi biarlah.

Dengan segera, Gendis menatap kembali kaca dan mengamati penampilannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan segera, Gendis menatap kembali kaca dan mengamati penampilannya.

"Oke, kamu cantik Gendis. Ini gk malu-maluin," gumam gadis itu guna memberikan afeksi positif untuk diri sendiri. Di raihnya tote bag dan segera berjalan menemui Liam.

Keduanya memang berencana kembali bertemu dan bermain setelah dua hari lalu sudah menghabiskan waktu bersama. Sejujurnya Gendis yang meminta, pasalnya ia akan segera pulang ke tempas asal dan entah kapan akan kembali ke Jogja. Bahkan mungkin saat kembali bisa saja tak ada Liam di ramainya kota istimewa ini.

Sadar atau tidak, Liam kini sudah tak lagi memakai kata ganti 'saya' dan itu semua atas permintaan Gendis. Pasalnya gadis itu merasa terlalu canggung mendengarnya, terkesan sangat asing. Walau kenyataannya memang belum sedekat itu. Lagipun ingin sedekat apa?

"Hi."

"Hi. Wow, you look so... pretty," puji Liam hangat. Tak tau saja pemuda itu kalau kini perut Gendis geli mendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jogja Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang