Dear Diary,
Awal dimusim dingin Aku masih sendiri dan hanya ditemani oleh udara dingin. Diary, seperti hari-hari kemarin aku mencurahkan rasa kesepianku padamu.Diatas kertas putihmu aku menuliskan seberapa rindunya aku pada kedua orang tuaku yang mengacuhkanku. Diatas tinta merah yang aku torehkan adalah sebagai tanda bahwa aku marah. Marah, kenapa harus aku yang dilahirkan dari keluarga ini? Diacuhkan, tak dianggap ada. Rasanya aku hidup hanya dijadikan sebuah... Patung hiasan yang harus dijaga dan bernilai besar.
***
"Bagimana harimu hari ini Arra?" Tanya seorang suster yang setiap saat mengecek kondisi tubuhku.
Well, beginilah hari hari yang aku jalani. Dikelilingi oleh bau bau obatan, selang infuse yang menancap diatas tangan kananku, para dokter dan suster yang mengelilingiku. Hidupku tidak sesempurna seperti yang orang orang kira.
"Yap. Seperti yang suster July lihat, aku sehat" Tukasku semangat.
Suster July adalah salah satu suster dari sekian banyak suster yang merawatku yang menjadi sahabatku selama aku tinggal dirumah sakit ini. Hospital G. Salah satu rumah sakit terbesar di England. Rumah kedua untukku.
"Syukurlah. Kau membuatku khawatir kemarin" Suster July melangkah kearahku tepatnya mengecek cairan yang terhubung dengan selang infuse lantas mencatat hasil yang entah apa yang ditulisnya.
"Bagaimana bisa kau drop lagi? Ah, apa kau berusaha menerobos pengawalmu dan melarikan diri dari mereka hanya ingin mencari udara segar namun sayangnya malah jadi petaka untukmu, dicuaca yang dingin ini, hm?"
Telak. Aku akui jika suster July tau segala hal seluk beluk tentangku. Buktinya ucapannya selalu benar dan selalu tahu penyebab ke-nge-drop-pan-ku.
Aku nyengir "Hanya ingin menghirup udara segar dan mencari suasana baru. Apa itu salah?"
Suster Jully mendegus "Tapi bukan dengan cara kau selalu kabur dari para pengawal-mu-kan, Arrabilla Dellisoon" Tukasnya.
"Iya sih, tapikan kau pun tahu jika mereka tidak akan pernah mengijinkan-ku menghirup udara segar diluar sana. Mereka terlalu patuh dengan segala omong kosong orang tuaku"
"Aku mengerti. Tapi sebaiknya kau meminta hal itu lebih baik pasti mereka mau menuruti permintaanmu. Orang tuamu menugaskan mereka agar kau tidak melakukan hal-hal yang membuatmu drop lagi. Jadi please hentikan acara kabur kaburanmu itu, oke." Ujar suster Jully dengan sorot mata khawatir sekaligus tegas.
Menghembuskan nafas kasar lalu mendekap kedua tanganku didada dan membuang muka adalah hal sebagai tindakan kesalku padanya.
"Tidak janji"
Dan terdengarlah hembusan nafasnya yang berat.
***
Pagi ini tepatnya pukul 07.05 am. Aku beranjak turun dari atas bangkar rumah sakit yang menjadi tempat tidurku selama aku masih membutuhkan perawatan intensif yang menurutku terlalu berlebihan itu.
Melepas infuse yang tertancap ditanganku dengan perlahan dan menahan rasa sakit dengan hati-hati aku mulai berjalan mengendap-ngendap berharap para penjaga didepan pintu rawatku tidak terusik. Melepas baju pasien dan menggantinya dengan jaket musim dingin, syal yang aku lingkarkan dileher serta kupluk yang aku pakai diatas kepalaku.
Sempurna...
Aku tertawa kecil lantas kembali berjalan kearah jendela rahasia yang sengaja tidak diketahui oleh siapapun kecuali aku dan teman rawatku. Velik Tertius. Seorang pria yang seumuran denganku sekaligus telah menjadi teman baikku.
Velik Tertius..
Membiacarakannya aku jadi merasa kangen karena sudah seminggu ini kami tidak bertemu. Kira-kira bagaimana dengan keadaannya hari ini? Apa aku harus menjenguknya sebentar? Ah sepertinya ide yang bagus.
Perlahan tapi pasti aku membuka jendela rahasia ini dengan perlahan berharap tidak menimbulkan satu suarapun yang memicu para pengawal diluar sana curiga. Hati-hati aku mulai membuka kuncinya dengan menimbulkan sidik suara yang membuatku deg-deg-gan.
Ceklek.
Yes! Berhasil!.
****
Yuhuuu story kedua ditahun 2015 ini. Bulan Mey 24 2015 at 00. 33. Semoga sukaa. Ini baru awal, gimanaaaa? Respon...
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL SWEET
RomanceAneh rasanya, mengapa semua orang ingin menjadi Aku? Aku malah berpikir ingin menjadi mereka. Hidup sederhana dengan dipenuhi kasih sayang. Aku Arrabilla Dellison, seorang gadis yang selalu keluar-masuk rumah sakit. Well, bukan sebagai dokter atau...