0. PROLOG

32 2 0
                                    

Bibir dingin menyentuh pergelangan kakinya yang tipis dan penuh bekas luka.

Tubuhnya yang ketakutan berkontraksi secara spontan.

Bibir yang jatuh setelah sedikit menyentuh pergelangan kakinya yang tipis menempel lagi dengan lembut. Dia bisa merasakan lidah lembab menghisap kulitnya.

"Ugh....!"

Semakin dia menelan erangan dan menggigit bibirnya, semakin membangkitkan gairah ciuman yang menyerang pergelangan kakinya.

Pergelangan kakinya adalah tempat sensasi itu menjadi mati rasa.

Tapi sentuhan bibirnya terasa aneh. Apakah karena bibirnya terlalu dingin atau luka di pergelangan kakinya terlalu panas?

"..."

Sensasi terbakar yang aneh membakar di bawah kulitnya yang pucat. Sensasi kesemutan naik dari bagian dalam pahanya, panas sampai ke pusarnya.

Jari-jari kakinya secara alami berkontraksi.

Setelah mencium pergelangan kakinya yang terluka dengan hormat, dia perlahan mengangkat matanya dan menatapnya. Mata merahnya, seperti terik matahari di langit biru Amor, menjebaknya.

Dia menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia mencoba untuk tidak tertangkap saat dia menggigit daging di dalam bibirnya dan menelan suara rintihan.

Mata merah pria itu menyempit saat dia mengamatinya, dan segera dia mengalihkan pandangannya dan berkonsentrasi pada ciuman itu lagi.

"Eh, itu..."

Baru pada saat itulah dia akhirnya mengeluarkan beberapa napas yang terengah-engah.

Dia selalu harus menahan napas seperti ini saat bibirnya menyentuh kulitnya.

Menjilat pergelangan kakinya dan mencium lututnya tanpa hukuman.

Sungguh aneh bagi seorang pria untuk memeluk kakinya yang tidak berguna seperti cawan suci Tuhan, dengan imbalan sebuah tawar-menawar.

Bibir panas yang selalu mengeluarkan kata-kata buruk menjadi lebih lembut setiap kali mereka berciuman.

Itu sama dengan lidah tajam yang mengeluarkan kata-kata tajam.

Sensasi ciuman yang tajam perlahan membuatnya bergidik setiap saat dan dia dengan putus asa mengabaikannya.

Dia menahan napas dan berpura-pura tidak peduli dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.

Karena dia tidak ingin pria itu tahu bagaimana perasaannya.

Bibir pria itu terangkat di atas tulang keringnya, dan dia menutupi lututnya yang indah dengan nafasnya yang panas.

"Kamu masih tidak bisa merasakan apa-apa?"

"... itu hanya kaki yang tidak berguna, seperti biasanya."

Pria itu menertawakan kata-katanya, sengaja acuh tak acuh.

Tawanya menyentuh kulitnya yang basah kuyup. Kelezatan dan martabatnya membuatnya merasakan sensasi kesemutan di bawah pusarnya.

Tentunya, itu adalah kaki yang tidak berguna, dan dia memberikannya tanpa berpikir dua kali.

"..."

Itu sebabnya dia pemilik kaki ini, bukan dia.

Pria yang terus-menerus mencium pergelangan kakinya yang kurus, seolah-olah melakukan ritual saleh, bergumam. Suara lambat dan berbobot berteriak pelan di kegelapan.

"Jangan pernah lupa."

Matanya menekuk dengan semangat.

Dia adalah musuhnya pada satu waktu, tetapi sekarang dia adalah pria yang menginginkannya.

Dia menatapnya dengan matanya yang saleh dan polos.

Benda apa yang memenuhi mata merahnya yang gelap dan berkilauan?

Apa benda panas yang berkibar di bawah kerah tebal seperti binatang kelaparan selama berhari-hari?

Seolah-olah dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia miliki.

Nalurinya mengatakan bahwa dia dalam bahaya, seolah-olah dia tahu sesuatu yang seharusnya tidak dia ketahui. Dia diam-diam mendorong ketegangan aneh yang menggelitik perutnya dan menurunkan matanya.

Perlahan, sekali lagi, bibir dingin pria itu menyentuh kakinya. Ujung lidahnya yang lembab berisi tulang pergelangan kakinya.

Seolah ingin mengklaim kepemilikannya, bibirnya yang panas bergesekan dengan kulitnya lagi dan lagi.

Seolah ingin mengembalikan nafsu makannya, pria itu sedikit menggigit kulitnya beberapa kali. Sepertinya dia akan dimakan olehnya kapan saja.

Pria ini adalah tanaman beracun.

Jika dia merasakannya, itu akan membuatnya kecanduan, menurunkan motivasinya, dan membuatnya kehilangan tujuan.

"Ya, aku seharusnya tidak terlibat."

Bekas ciuman bibir pria itu tertinggal di kakinya, yang tidak bisa dia jalani.

Dia dulunya adalah Permaisuri dari kerajaan yang jauh.

Namun apa yang terjadi barusan adalah salah satu hari yang dialami Permaisuri Roselyn V. Sunset, yang telah meninggalkan nama masa lalu.

***

Who Stole The Empress ? (Siapa Yang Menculik Permaisuri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang