"Persetan dengan adik kakak!"
•••
Kalian akan melihat bagaimana seorang kakak laki-laki yang mencintai adik perempuanya secara ugal-ugalan.
Cinta dan obsesi, kalian tidak akan bisa membedakanya.
Terlalu banyak rahasia di sini. Satu persatu seiring...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
────୨ৎ────
"Bangun, kelinci."
"Jangan gangguuu.."
Zergion terkekeh melihat Migel yang menggerutu kesal akibat ia bangunkan. Zergion kembali menciumi pipi Migel. "Bangun. Kau harus sekolah anak kecil."
"Kakkk.. Migel mau bolos hari ini, ishhh."
"Mana bisa gitu. Mau Kakak aduin sama Daddy?"
"Aduin aja, gak takutt." balas Migel masih dengan menutup matanya. Lalu gadis itu kembali tidur dengan tenang setelah tidak mendapat gangguan lagi dari sang Kakak.
Zergion tidak berbohong. Sekarang lelaki itu sudah masuk kamar dengan Rajendra yang berada di belakangnya.
"Kelinci pemalas." celetuk Zergion.
Rajendra terkekeh pelan. Apalagi saat melihat posisi tidur Migel yang kini kepalanya sudah hampir menyentuh lantai. Dengan bantal yang berada di bawah kakinya. Sangat aesthetic, celutuknya dalam hati.
Lalu tanpa aba-aba Rajendra mengangkat Migel untuk pindah ke kamarnya, lalu memasukan Migel ke dalam bathtub. Membasahi sedikit tanganya lalu mengusapkanya ke wajah damai Migel dengan gerakan lambat dan lembut. Hingga Migel terusik, dan membuka matanya.
Dengan wajah cemberut Migel berbicara, "Migel mau bolos hari ini, Dad."
"Tidak bisa. Sekarang mandi."
"Kepala Migel pusing, Dad. Badanya juga pegel-pegel nih, gak bisa gerak."
Rajendra menampilkan senyum kecilnya. "Mau mandi sendiri, atau Daddy ceburin kamu ke kolam?" tanya Rajendra dengan lembut.
"Jahat. Yaudah sana pergi! Hushhh..."
Rajendra berdiri lalu membalikan badanya. Sebelum menutup pintu, pria itu berucap, "Daddy kurangi uang jajan kamu."
"ISHHH.. SADIS BANGET SIH! SAMA ANAK SENDIRI JUGA!"
────୨ৎ────
"Migel berangkat sama kak Ze aja."
Rajendra menaikan sebelah alisnya. "Kenapa? Biar bisa minta uang jajan tambahan ke kakak kamu?" tanyanya dengan senyum mengejek.
"Iyalah.. Kak Ze kan baik. Gak kayak Daddy, Pelit."
"Padahal tadi Daddy yang di usir, tapi kok malah kamu yang marah?"