~3

182 13 0
                                    

"Woy Sony TV" panggil Fiki.

"Matamu gw bukan TV. Napa manggil manggil gw hah?!"

"Wes aja ngamuk aja ngamuk, ndak boleh niku bersoda yen ngamuk karo sing lebih muda"

"Sejak kapan lo bisa bahasa Jawa?"

"Sejak lama. Eh Son, lo pacaran ya sama Fajri?"

"Gk"

"Boong, kalau enggak kenapa lengket banget sih?"

"Kepo banget lu anj!"

"Gimana nggak kepo coba, berangkat tadi berdua tadi di kantin berdua nggak mau gabung, di ruang kepsek berdua juga. Makanya gw curiga sama lo berdua"

"Kalau kita memang pacaran kenapa Fiki Aulia?" tanya Fajri yang tiba tiba duduk disebelah Zweitson.

Fiki yang melihat Fajri pun gelagapan karena ia kaget melihat Fajri duduk dan tangannya merangkul baju Zweitson.

"Ji, lepas ih" bisik Zweitson.

"Enggak, biarin aja" jawab Fajri dengan suara tak kalah lirih.

"Dilarang bisik bisik" julid Fiki.

Fajri menatap Fiki dengan tatapan yang menakutkan.

"Julid banget jadi anak, awas lo kalau minta duit sama gw lagi nggak bakalan gw kasih"

"Eh jangan dong, yh duit gw dipotong A' Pajri"

"Dahlah males, mending gw pergi aja, disini malah bikin gw bad mood" ucap Zweitson lalu melepas rangkulan Fajri dan pergi keluar kelas.

Ia keluar kelas dan tak sengaja melihat Gilang, lalu dia menghampiri Gilang.

"Bang, temenin gw yok"

"Kemana, Son? Biasanya lo sama Fiki"

"Ke taman aja gw mau ngobrol berdua sama lo. Gw lagi bad mood sama dia"

"Yaudah ayok"

Di taman sekolah......

Zweitson dan Gilang pun duduk disalah satu bangku kosong.

"Jadi, kenapa lo bad mood sama Fiki?"

"Bukan sama Fiki aja sih sebenernya gw juga lagi bad mood sama pacar gw"

"Fajri?"

"Eum.... Ya"

"Kenapa mereka berdua, eh bentar bentar serius lu pacarnya Fajri?"

"Iyh, jadi ceritanya semalem gw nemenin ibu ketemu temennya dan......

Zweitson menceritakan semuanya dengan panjang × lebar.

Gilang sedari tadi menyimak pembicaraan Zweitson, tak ada sepatah kata pun yang Gilang keluarkan.

Setelah beberapa menit kemudian, Zweitson telah menyelesaikan ceritanya, Gilang yang mendengarkan pun sedikit mengantuk.

"Gila, panjang banget. Sampai ngantuk sendiri gw. Owh jadi gitu ceritanya, kalau lo gw kasih pilihan antara berkata iya atau tidak lo milih yang mana?"

"Iya. Ya gimana ya? Soalnya gw lihat dari mata Fajri keliatan aura aura kesetiaannya, and banyak lagi kalau pun banyak yang bilang 'kenapa lo milih Fajri? Kenapa nggak yang lain aja?' jawabannya ya gw lebih milih Fajri karena dengan alasan yang nggak bisa gw jelasin"

"Kalau memang alasannya rahasia nggak papa, yang penting jangan ada orang ketiga, karena kalau ada orang ketiga hubungan kalian bakal hancur"

"Iya, bang. Gw boleh peluk lo nggak? Gw butuh sandaran"

Perfect Love || JisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang