1.

40 2 6
                                    

Cintai aku seperti kamu membenciku, pejamkan matamu dan aku akan menyentuh mu dengan serapah yang kau inginkan. Aku melihat samudera di mata mu, kamu akan menenggelamkan dan menghancurkan ku hingga ke dasar laut, aku hanya akan tenggelam di lautan yang kamu buat. Karena itu, aku akan menarikmu.

.
.
.
.
.
.
.

Semua orang tahu bahwa Arthala dan Senan adalah dua insan yang saling membenci, namun kebencian mereka tidak memberikan alasan yang berarti. Banyak yang mencari tahu, mengira, dan membuat cerita asal mula perseteruan ini dimulai.

Mereka bertanya, bahkan para guru ikut andil dalam hal ini. Karena tidak dipungkiri bahwa mereka adalah siswa siswi berpengaruh di sekolah, prestasinya tidak diragukan dan selalu menjadi kebanggaan sekolah. Para guru menyukai mereka, menganggap mereka anak emas yang seharusnya berada di kubu yang sama. Namun, mereka tidak membuat impian itu terwujud, pendapat mereka yang berseberangan terkadang membuat sekolah takut dalam mengambil langkah. Sekolah tidak mungkin kehilangan salah satu dari mereka, terlalu berharga dan dijaga.

Terkadang beberapa orang berkata, "Benci sama cinta itu beda tipis, loh" Arthala menampik, mencegah semua orang mempunyai pikiran bahwa mereka -Dirinya dan Senan- akan memiliki perasaan hina seperti itu. Dan kenapa Arthala menganggap bahwa itu sebuah perasaan hina?

.
.
.

Pernah suatu ketika Eric bertanya, di bawah teriknya matahari pada saat jam olahraga, pertanyaan itu membuyarkan lamunannya. Sebuah pertanyaan sederhana namun selalu menjadi teka teki bagi semua orang, tak terkecuali dirinya sendiri.

"Kalian punya sesuatu yang disembunyiin dari kita ya? Maksud gue, dari semua orang" Eric tidak terlihat menuntut jawaban, maka dari itu Senan hanya diam dan tidak memberikan tanggapan apapun. Eric tahu pertanyaannya tidak akan mendapat jawaban, hal seperti ini selalu terjadi, dia tidak kecewa ataupun sakit hati.

Namun, panasnya matahari membuat Senan menanggapi pertanyaannya tepat di menit ke lima saat guru olahraga mereka meniupkan peluitnya pertanda bahwa jam olahraga telah berakhir.

"Kenapa semua orang mau tau?" Memang bukan jawaban yang diinginkan Eric, namun setidaknya kali ini Senan menanggapi.

"Kita semua peduli, kita nggak mau kalian nyimpen benci sampe tua. Lo harus tau kalau kebencian gak ada bedanya sama neraka." Eric mengambil botol isotonic dan meneguknya hingga tandas.

"Yang kalian liat itu, kita saling benci ya?" Pertanyaan itu menciptakan teka teki baru yang semakin sulit untuk dipecahkan. Eric menghela nafas dan menepuk pelan pundak Senan.

"Kita nggak tau apa yang kalian laluin, tapi kita harap itu bukan perasaan benci" Setelah perkataannya selesai, dia bangkit dari duduknya dan berlari menuju kantin.

Perasaan sesak itu kembali, mengisi rongga dadanya, menjadi teman selama 1 tahun terakhir. Sakitnya tidak menganggu, namun perkataan Eric tadi juga merupakan harapan yang selalu dia harapkan.

Namun, apakah Arthala juga mengharapkan hal yang sama?

.
.
.

Pentas seni akan digelar dalam beberapa bulan mendatang sebagai perpisahan untuk kelas akhir yang akan segera meninggalkan sekolah. Arthala ditunjuk oleh beberapa guru menjadi perwakilan dari jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran yang mana merupakan jurusannya saat ini untuk menyanyikan satu lagu sebagai pembuka acara, dia setuju. Menyanyi dan mendengar alunan musik mengingatkannya akan suatu hal, namun Arthala selalu mencoba untuk menghilangkan ingatan seperti itu. Sangat menganggu, menurutnya.

Arthala sudah menyiapkan beberapa hal yang akan menjadi penunjang penampilannya pada malam pentas seni, dia juga sudah menyusun dan merencanakan apa saja yang akan dia lakukan pada malam pentas nanti. Setiap kelas menyiapkan satu pertunjukkan untuk ditampilkan di atas panggung, begitupun dengan kelas Arthala. Mereka berencana menampilkan tarian tradisional, ini adalah usul sang wali kelas. Atau kita sebut saja Ibu Ocha Tercinta.

.
.
.

Satu hari sebelum pentas seni dilaksanakan, seluruh kelas serta para guru melakukan gladi resik di aula utama sekolah. Di sinilah seluruh jurusan dipertemukan, berbaur menjadi satu kesatuan yang akan menciptakan sebuah keselarasan.

Mereka bertemu pandang, di tengah canda tawa orang-orang, hanya mereka yang menyimpan luka.

Between Us [Sunwoo The Boyz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang