.
.
.
.
.Arthala melihat namanya berada dalam daftar siswa dan siswi yang mengikuti tes pertukaran pelajar, menjadi salah satu dari 30 siswa yang terpilih untuk mencoba menjadi perwakilan sekolah mereka. Sekolah hanya mengirim satu siswa untuk mewakilkan sekolah, maka dari itu persaingan ini sangat ketat. Dan sekolah pasti sudah sangat mempertimbangkan siapa saja yang pantas untuk mengikuti tes ini, semuanya dilihat dari segala aspek, termasuk nilai dan pencapaian selama bersekolah yang paling utama. Dia juga melihat nama 'anak itu' berada pada barisan pertama, nama indahnya menjadi pembuka dengan point yang sempurna, point dari segala kerja kerasnya selama bersekolah di sekolah paling bergengsi -setidaknya untuk saat ini- setanah air.
Lagi, dan lagi dia harus bersaing dengan 'anak itu', namun kali ini Arthala akan berusaha agar Senan tidak bisa merebut kesempatannya untuk menjadi 'yang terpilih'. Arthala sangat menginginkan perjalanan ini, menjadi siswi yang dikirim untuk mengemban ilmu di negeri asing adalah impiannya sejak dulu. Dia tidak tahu apa lagi yang akan menjadi alasannya bertahan jika seandainya dia gagal. Satu-satunya kesempatan untuk mendapat nilai sempurna sehingga Arthala dapat masuk ke universitas manapun yang dia tuju.
Dia bukanlah anak gadis dari keluarga kaya raya yang dapat bersekolah di manapun dia mau, bahkan jika dia menginginkan Universitas paling mahal di dunia. Keluarganya memang terbilang cukup mampu untuk membiayai pendidikannya hingga akhir, namun Arthala cukup tahu diri untuk tidak terus-menerus merepotkan ibu dan ayahnya yang sudah sangat baik menampung dan bahkan menyekolahkannya di sekolah mahal yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta.
Menjadi anak angkat cukup membuatnya sadar diri.
Kedua orang tuanya memang selalu memperlakukan dia dengan baik, memberikan pakaian baru setiap tahun, membelikan mainan edisi terbaru ketika pulang bekerja, bahkan menyiapkan makanan enak kapanpun dia merasa lapar. Ibu dan ayahnya yang teramat baik selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan segala keinginannya sejak dia tahu cara meminta.
Ketika dia tahu bahwa dia sangat banyak meminta kepada kedua orang tuanya, maka keinginan untuk membanggakan mereka semakin besar setiap harinya. Rasa itu membuncah menjadi sebuah ambisi yang menempatkannya pada posisinya saat ini.
"Daftar peserta yang mengikuti tes pertukaran pelajar tahun 2023."
Dan namanya ada di antara orang-orang yang disebutkan.
.
.
.Tes akan dilakukan seminggu setelah pengumuman, masih banyak waktu untuk dirinya mempersiapkan diri. Arthala berencana menuju perpustakaan dan mengisi soal-soal latihan sekaligus meminjam beberapa buku yang akan berguna untuk tes nanti. Kondisi perpustakaan saat ini sedikit ramai dengan beberapa orang yang Arthala ketahui juga merupakan peserta dari tes tersebut, dan beberapa orang lainnya mungkin berkunjung hanya untuk membaca beberapa buku baru di perpustakaan sekolah ini. Mencari tempat yang strategis untuk dirinya menyamankan diri, pilihannya jatuh pada bagian dekat jendela di pojok ruangan. Dirinya lantas berjalan menuju bagian itu setelah mendapatkan beberapa buku yang akan dia gunakan.
Langkahnya terhenti untuk seperkian detik sesaat setelah melihat siluet Senan, pria itu duduk pada bagian seberang dari tempat yang sudah dia pilih, terlihat tenang dengan mata menatap fokus pada setumpuk buku tebal. Mencoba untuk tidak menghiraukan keberadaan Senan, Arthala memilih untuk tetap berjalan ke arah bagiannya yang terlihat nyaman tanpa terkena paparan sinar matahari karena tertutupi dengan pohon besar yang usianya mungkin sudah puluhan tahun. Membuka satu buku lalu mulai membacanya, menghanyutkan fokusnya pada soal-soal latihan yang memusingkan. Senan menyadari kehadiran gadis itu, sekarang posisi mereka berhadapan dengan meja sebagai penghalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [Sunwoo The Boyz]
Teen FictionIni bukan tentang benci. Setidaknya, begitu orang-orang melihat mereka. -local short story- School life A little bit of angst? By @thisbabyboss