Part 13 "Flash back on"

2 0 2
                                    

Flash back on

"Zula.. Liat tuh ada yang ngeliatin mulu dari tadi" Ujar Tira, temanku. Aku melihat ke arah yang ditunjukkan Tira tadi. Dan memang benar ada satu orang pria sedang memalingkan wajahnya ketika mataku menatapnya sejenak.

 Wajahnya terasa tak asing. Benar, ia adalah teman sekelasku. "Cieee tatap tatapan.. " Goda Putri padaku. "Apa sih" Jawabku.Hafidz, namanya.
Aku lupa nama panjangnya. Namun, ketika nama itu disebutkan oleh petugas yang meng absen ke kelas kami, ia selalu mengangkat tangannya. Aku tak begitu memperhatikannya, hanya saja ia terbiasa duduk di barisan depan.
 

Sama sepertiku. Aku kembali melanjutkan aktivitas ku yang sempat terhenti karena nya. Aku kembali mengambil sapu lalu membersihkan sisa sisa makanan yang tersisa di lantai. Aku dan teman temanku baru saja membeli jajanan lalu memakannya bersama di dalam kamar. Dan seperti yang kalian tau, aku yang kemudian harus membersihkannya. 

Sudah 2 tahun aku tinggal di pesantren ini, tentu bukan karena ingin ku, tapi ini keinginan orang tuaku. Pada awalnya, aku merasa sangat tak nyaman, setiap malam menangis karena rindu suasana rumah, rindu masakan mamah, rindu bercanda dengan papah, rindu merepotkan satu satunya kakak laki-laki ku.

Tapi setelah 1 minggu aku melewatinya, aku merasa lelah jika harus terus meratapi takdir yang sudah Allah tetapkan dalam hidupku. Aku mulai menerima apapun yang Allah beri dalam garis takdirku. Aku mulai memiliki teman mengobrol dan berbagi. Rasa rinduku perlahan terobati. Setelah selesai menyapu lantai, aku bergegas mengambil peralatan mandi, karena sebentar lagi kami harus bergegas ke masjid untuk tadarus.

Setelah menjinjing ember dan melipat handuk, aku kenakan sendal kesayanganku. Lalu mengajak Lia untuk pergi bersamaku. "Itu bukan, Fidz? " Terdengar bisik-bisik di depan kamar putra ketika kami akan melewatinya. Kamu menunduk, lalu melewati mereka. Semakin jelas terdengar sorakan dari teman-teman putra seangkatan ku yang aku tak tau siapa saja yang ada disana. Menyoraki Hafidz. "Pantes diem disini terus, ehh taunya nunggu seseorang" Ucap salah satu diantara mereka. Kami tak menghiraukan nya lalu melanjutkan langkah kami menuju kamar mandi. Benar,

untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang