1

1.6K 208 14
                                    



Melihatmu lagi adalah harapan yang takut aku impikan

Pernah mengalami yang namanya jatuh cinta? Pasti pernah kan? Kalau merasakan jatuh cinta setelah kehilangan bagaimana?

Vegya mengalaminya selama bertahun-tahun dan membuatnya menyesal tak berujung. Sesal, cuma kata itu yang ada di otak dan hatinya setiap saat hingga tak ada lagi gairah untuk yang namanya cinta.

Sudah empat tahun berlalu, tapi rasa itu masih ada. Vegya akan melepaskan rasa itu jika pria yang ia tinggalkan itu sudah menikah, itu janjinya. Tapi pria itu tak juga menikah. Selama empat tahun ini, pria itu masih selalu sendiri. Membuat Vegya stay di zonanya, zona penyesalan.

Vegya senang dengan kenyataan itu, walaupun dia tetap tak pernah berani bertemu atau menyapa pria yang masih dan selalu ada di hatinya tersebut. Dalam hati dia bersorak riang saat kepo dari media sosial dan status yang tertera masih lajang. Dia sudah cukup bahagia hanya dengan mengamati dari jauh. Tak masalah pria itu jarang aktif di media sosial, yang penting adalah info bahwa dia masih single. Itu cukup.

Tak jarang Vegya juga takut, dia yang dulu melepaskan pria itu. Melepaskan pria itu demi pria lain dari masa lalunya, pria masa remajanya, pria cinta pertamanya. Dia pikir saat itu cintanya masih untuk cinta pertamanya, hingga dia memutuskan melepaskan pria itu dan kembali bersama cinta pertamanya.

Tapi ternyata rasa cinta untuk pria remajanya sudah pudar seiring waktu yang dia habiskan dengan Arach, pria yang sampai saat ini menduduki singgasana hatinya. Pria yang dia tinggalkan demi pria yang ternyata sudah tak berarti lagi di hatinya.

Dulu Arach mengatakan bahwa melepaskan Vegya lebih baik daripada mengekangnya yang mencintai orang lain. Tapi tetap saja, Vegya takut. Mana ada orang putus cinta, setelah diputuskan akan baik-baik saja, pikir Vegya. Dulu Arach bilang, ia ingin Vegya bahagia. Benarkah itu kata-kata tulus dari orang yang tersakiti? Vegya ragu dan menjadi takut luar biasa.

Tapi sudah empat tahun berlalu, ia kini sudah berumur 26 tahun, dan Mami sudah menanyakan siapa calon suaminya. Sampai-sampai mengatur perjodohan dengan anak teman-temannya.

Dan di sinilah ia, menunggu laki-laki entah keberapa dan entah siapa, yang akan dijodohkan dengannya—dan pastinya akan ia tolak. Karena ia sudah terlalu malas dengan perjodohan ini, Vegya sudah tidak berminat lagi mengetahui latar belakang pria yang terlambat di pertemuan pertama mereka ini.

Cokelat batangan favoritnya di Cokelat Café ini sudah habis ia gigiti, tapi pria itu belum juga muncul. Mungkin ia sama tidak berminatnya dengan Vegya.

"Sugar, maaf lama menunggu, ya? Tadi pesawatnya delay. Sorry."

Vegya menoleh mendengar panggilan yang telah lama tak dia dengar. Dia mematung menatap pria di depannya yang kini sedang mengelus punggung tangannya seraya tersenyum manis. Senyum dan mata cokelat bening yang selalu ia rindukan, kini ada di depan matanya.

"Arach." Hanya satu kata itu yang mampu dia ucapkan, sebuah nama yang tak pernah hilang dari lubuk hatinya yang paling dalam.

"Ya, ini aku," balas Arach seraya mengusap tengkuknya.

Vegya mengembuskan napasnya yang sejak tadi ia tahan. Pria yang kini beranjak duduk di depannya ini benar-benar Arach, pria yang selama ini Vegya kepoin diam-diam. Pria yang bisa mengubah haluan hatinya tapi Vegya patahkan hati Arach dengan alasan kekanak-kanakannya. Arach semakin terlihat dewasa dan masih saja tampan memikat, memikat mata dan hati Vegya.

"Sugar."

"Ah, iya. Ini beneran kamu? Nggak salah meja kan?" tanya Vegya seraya melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan sekali lagi kalau Arach benar menemuinya.

"Ya, ini aku, Arach Aldebaran. Aku memang datang untuk menemui calon istriku."

Mata Vegya mengerjap-ngerjap, memastikan kalau ia tak salah melihat dan mendengar. Bagaimana ini bisa terjadi? Ini terlalu cepat dan rasanya mustahil.

Benarkah orangtua Arach teman Mami? Tuhan, ini terlalu mustahil tapi aku sangat berterimakasih kalau ini benar adanya.

"Apa kabar?"

"Baik," jawab Vegya gugup.

Ini masih seperti mimpi saja bagi Vegya bisa bertemu Arach lagi, bahkan Arach menanyakan kabarnya. Rasanya Vegya ingin memeluk Arach, melampiaskan rindu dan rasa bahagianya. Ingin memeluk Arach lama seperti dulu untuk membayar rasa rindunya bertahun-tahun.

Matanya memanas tiba-tiba, pandangannya kabur oleh cairan air mata yang tertahan. Dia yakin saat mengedipkan mata akan ada air mata yang menetes. Tapi jangan panggil dia Vegya Hastara kalau harus menangis di tempat umum. Dia pun memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Arach yang melelehkan segalanya.

***

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang