Bekas Kepemilikan

1.3K 9 10
                                    

"Brengsek!"
Satu kata itu membuat kedua pasangan penzina itu melonjak karena terkejut. Kata tersebut diucapkan oleh seseorang blasteran yang hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Mungkin pria tampan itu belum sempat berpakaian.
"Di sini ternyata kalian. Lu menjebak gue kan Riana? Dan lu harus pertanggungjawabkan ke Suseno hari ini. Anak buahnya sedang menerobos lobi."
Riana yang masih berusaha menyembunyikan tubuh mulusnya dengan menarik selimut, masih tak mengerti. Namun Frans sudah menghampiri mereka berdua dengan tatapan akan membunuh.
"Pria ini akan mati hari ini. Kebodohan elu harus dibayar pakai nyawa Riana!"
Frans berteriak sehingga menciptakan gema di dalam ruangan. Ayres bergidik dengan wajah yang ketakutan. Riana mulai tak terima.
"Eh, apa hak lu teriak-teriak sama gue!"
Riana membentak balik. Frans benar-benar ingin mencekik wanita ini rasanya. Tingginya kebucinannya tidak diiringi dengan sikap waspada.
"Ke kamar mandi lu, Res! Pergi dari sini sekarang atau elu mati malam ini karena anak buah Suseno!"
Frans memerintahkan dengan kasar sembari mendorong pria itu agar jauh-jauh keberadaannya dari Riana. Ayres mulai bangkit, namun dihalangi oleh Riana.
"Res, jangan kemana-mana. Lu jangan dengerin kata dia!"
Riana merangkuh lengan Ayres yang cepat. Namun tiba-tiba ada suara keributan dari luar. Berapa langkah kaki seperti menyerbu ke beberapa tempat.
"Lu dengerin kata gue sekarang atau lu mati!"
Ayres segera melompat dari kasur dalam keadaan bugil setelah selimut yang menutupinya terlepas dari tubuhnya. Laki-laki itu bersembunyi di kamar mandi. Sedangkan Frans kini menggantikan posisinya setelah melepaskan satu helai handuk yang membelit pinggangnya. Tiga orang di kamar ini tak ada satupun yang berpakaian.
"Frans apa-apaan sih. Gila lu!"
Frans berusaha secepat mungkin mengambil kendali. Tak ada waktu meladeni wanita gila ini. Yang pasti dipikirannya kini adalah dia dan Riana harus bisa memperlihatkan jika mereka habis perang birahi.
"Frans jangan pegang gue! Ih, najis tau nggak sih Frans!"
Bagaimana tidak risih wanita tersebut. Frans merangkuhnya dalam keadaan tak berbaju. Kulit dan kulit bersentuhan tanpa adanya pembatas. Bahkan sesekali paha Riana bergesekan dengan tongkat pusaka Frans yang mengacung entah kenapa. Begitu juga dengan dada Frans yang terasa menyentuh dua benda kenyal dan empuk di bawah selimut yang menutupi tubuhnya.
"Lu mau mati, atau ikutin cara gue?"
Tak sempat menjawab, pintu yang tak terkunci tiba-tiba terbuka. Ada empat pasang mata yang memergoki mereka berdua. Frans dengan gaya tengilnya segera mengecup puncak kepala Riana yang di dekatnya. Jangankan takut, tingkah Frans barusan lebih kelihatan sedang menantang anak buah Suseno itu karena menurutnya sudah berbuat kurang ajar karena mengganggu aktivitasnya bercinta.
"APA? KALIAN MAU APA!"
Keempat laki-laki di luar diam seolah-olah sedang berpikir melakukan penyerangan. Namun salah satu dari mereka memutuskan untuk maju duluan.
"Jauhi Nyonya Riana. Laki-laki brengsek!"
Laki-laki bertato yang berteriak itu benar-benar bagus nyalinya. Namun sayang salah sasarannya. Frans hanya menyeringai sembari mengusap-ngusap puncak kepala Riana dengan lembut.
"Eh, bilangin ke Suseno itu. Apakah dia sudah siap jika malam ini perusahaannya amburadul. Dan apa kalian siap jika ini adalah hari terakhir kalian di dunia karena gue akan memastikan kalian mati malam ini? Coba kalian tanyakan dulu ke bos kalian itu sebelum kalian maju dan menghakimi gue!"
Satu pria yang maju tadi segera mundur. Sepertinya dia tak bisa mengeksekusi pria selingkuhan Riana karena terlalu berbahaya. Ketakutan demi ketakutan menyerang kaki tangan Suseno tersebut. Kini pria itu tampak menghubungi majikannya dengan telepon selular yang dia punya.
"Tenang Sayang, ada sedikit kesalahan, kita lanjut dua ronde lagi ya?"
Suara Frans tak mungkin tak didengar oleh keenam manusia lain yang berada di ruangan ini. Riana yang kini merasa terintimidasi di pelukan Frans merasa jijik tak tertahankan. Apalagi tangan laki-laki itu berusaha menyentuh bagian tubuhnya yang lain seperti bokong, punggung, dan paha.
"Frans, ih! Jangan pegang-pegang!" bisik Riana tak nyaman.
"Please Riana, lu musti pintar berakting!" bisik Frans sensual sembari memainkan anak rambut wanita tersebut.
"Woi jangan lama-lama kalian hubungi Suseno. Kalau udah beres, tolong tutup pintu kembali dan jangan lupa pintu depan harus dikunci. Paham? Cewek gue udah nggak tahan ingin lanjut soalnya! Ganggu aja. Sekali kali kalian ganggu, bakal gue bunuh kalian satu-satu!"
Keempat pria itu sepertinya kena mental dan termasuk juga Suseno yang tadi mengira jika Riana punya selingkuhan lain yang bukan anak rekan bisnisnya sendiri. Keributan itu mereda setelah terdengar suara pintu depan yang sudah dikunci oleh pihak hotel kembali. Sekarang, ketiga manusia di kamar yang sudah siap memulai perkelahian.
"Frans, ih! Jangan cari kesempatan elu!"
Riana segera mendorong tubuh Frans ketika pria itu berusaha melumat bibirnya tanpa aba-aba. Hanya seperkian detik bibir mereka menyatu namun sekarang terlepas lagi.
"Frans, ah, Res tolong!"
Frans semakin menjadi-jadi. Nafsu pria itu benar-benar tak bisa terbendung lagi karena menyadari berapa seksinya tubuh wanita ini. Dia remas dada Riana dengan kencang dan dia tindih wanita tersebut setelah menghempaskan selimut yang menutupi tubuh keduanya. Kini bibirnya bermain-main di sekitaran dada Riana yang montok.
"Res, tolong!"
Ayres segera keluar dari persembunyiannya. Laki-laki itu tak terima ketika tubuh wanita selingkuhannya akan diperkosa laki-laki lain. Frans yang mulai brutal menguasai tubuh Riana segera mungkin dihantamnya dengan sekuat tenaga.
"Brengsek!"
Frans jatuh dari ranjang dengan emosi yang benar-benar sudah di ambang batas wajar. Kemarahannya yang tadi mengetahui jika Riana menjebaknya dengan obat bius yang dicampurkan pada minuman bertambah dengan kejadian barusan.
"Lu berhutang nyawa sama gue Res. Minimal lu kasih dia ke gue walau hanya buat nyenangin gue semalam!"
Ayres sadar jika dia sudah diselamatkan. Namun melihat selingkuhannya tertekan karena barusan dilecehkan membuat Ayres tak akan pernah tega. Lihat saja sekarang, Riana segera memeluk Ayres dengan sekuat yang dia bisa. Minta perlindungan intinya, meskipun Ayres merasa libidonya juga semakin memanjat naik.
"Cinta nggak bisa lu paksakan Frans! Riana tak suka sama elu. Jangan pernah memaksakan apapun juga terhadap dia!"
Sekarang Riana membuat keadaan bertambah runyam. Wanita itu menangis sesegukan di lengan Ayres karena merasa barusan dilecehkan oleh Frans yang sejatinya sudah menjadi penyelamat atas semuanya. Bule itu bangkit dari tempatnya jatuh terjerembab. Dia perhatikan tubuh Riana tanpa sehelaipun benang yang menutupinya sekali lagi. Tubuh yang banyak bekas kepemilikan dari laki-laki yang sedang merangkulnya itu pernah nyaris menjadi miliknya dulu. Ya, andaikan saja dia dan Alya tak pernah menuruti nafsu di malam sebelum lamaran itu. Mungkin Riana sekarang menjadi miliknya bukan milik pria pengecut yang sampai kapanpun tak sanggup kehilangan keluarganya.

ALURNYA AKAN MENANJAK  SETELAH BAB INI

Godaan Istri Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang