0.3

5 1 0
                                    

Kring

Suara itu bertanda ada orang yang masuk melalui pintu, yang terdapat dua buah lonceng yang berada diatas pintu tersebut.

"Sorry gue telat" ucap seorang pemuda dengan nafas yang tidak beraturan, ia terburu-buru menuju tempat ia bekerja karena nyaris terlambat. Lima menit lagi ia akan terlambat masuk dan mendapat potongan gaji, jika ia sampai terlambat tadi.

Rekan kerja yang berada disampingnya pun hanya menggelengkan kepalanya "tumben telat dev, biasanya berangkat awal terus". Devran yang baru saja berganti baju pun membalas pertanyaan tersebut dengan senyuman "iya, soalnya tadi ada urusan" orang yang bersamanya pun hanya menganggukkan kepalanya.

Walaupun devran orang yang terbilang bandel disekolah, tetapi sebenarnya ia orang yang cukup mengerti keadaan. Dia bekerja di sebuah kafe, untuk memenuhi kebutuhannya. Kedua orang tuanya hanya seorang pedagang biasa yang berjualan di pasar, dia juga memilik dua orang adik, sehingga sebagai anak paling tua dia cukup prihatin dengan keluarganya.

Dia bekerja paruh waktu untuk biaya sekolahnya dan untuk kebutuhan pribadi lainnya. Biasanya devran diberi uang bulanan oleh orang tuanya sebanyak 400.000 rupiah, yang terbilang kurang untuk memenuhi kebutuhan devran dalam sebulan. Sehingga ia memutuskan untuk bekerja paruh waktu disebuah kafe didekat rumahnya, kurang lebih hanya 10 menit perjalanan dari kafe menuju rumahnya.

Saat sibuk melayani pelanggan tiba-tiba terdengar suara dari ponsel milik devran, dan ternyata ada seseorang yang meneleponnya.

Pemuda itu pun mengangkat telpon tersebut sembari membersihkan meja kosong yang telah ditempati oleh beberapa pelanggan, yang telah berkunjung tadi.

"Halo" ucap devran memulai percakapan

"Esih sue toh, balike nang?" Ucap lawan bicara devran dalam telpon tersebut.

"Sekedap malih ma, devran badhe asah-asah terus wangsul" jawab devran sembari memulai mencuci piring dan alat makan lainnya di wastafel.

"Oalah, yo wes ati-ati ya balike, aja ngebut, aja mampir-mampir dikit, langsung balik maring umah ya"

Devran pun tersenyum mendengar perkataan ibunya, yang sepertinya tengah menghawatirkan dirinya karena belum pulang dari jam biasanya.

"Mama lagi pengin apa?, Ngko devran tumbas sekalian teng dalan"

"Ora sah, mama wes wareg. Mbarigen adhi-adhimu ge wes pada turu, awakmu ge wes kesel, wes ra sah tuku apa-apa"

"Nggih ma, sekedap malih devran wangsul, mama tenang bae"

"Oh ya wes, mama arep turu dikiti, ati-ati ing dalan yo, assalamualaikum"

"Nggih ma, waalaikumsallam"

Sambungan telepon pun terputus, devran pun bergegas menyelesaikan tugasnya lalu segera pulang ke rumahnya.

-:-

"Jadi lu putus gara-gara itu pi" ucap naka yang sedang bersantai berdua bersama rapi di balkon rumahnya.

Rapi pun menghembuskan asap rokok yang sedang ia hisap "iya, jujur aja gue merasa bersalah sama karin"

Naka pun mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya menggunakan korek miliknya "bener sih, soalnya karin itu orangnya tertutup, mungkin didepan kita dia senyum, seakan gak ada luka, tapi kita gak tau dibelakangnya kayak gimana"ucapnya sembari menghembuskan asap rokok miliknya.

Beberapa jam yang lalu

"Jadi, gue putus gara-gara, anggun udah capek sama gue"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STORY OF HIGH SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang