"yah" ucap Dewa memecahkan kecanggungan di meja makan
"Dewa nurut sama ayah, kuliah bisnis di swiss, Dewa udah ikut tesnya, nilainya cukup buat masuk" ucap Dewa dengan nada sedikit tak ikhlas
"kamu nyerah?" ucap ayahnya membuat Dewa menghentikan aktivitas makannya
"maksudnya?" Dewa bertanya tak paham
"kamu boleh milih jurusan yang kamu mau, asal tetep serius kuliah" ucap ayahnya yang membuat seisi meja makan terkejut, karna baru kali ini ayahnya memberinya hak untuk memilih
"serius yah?" ucap Dewa, matanya berbinar binar
"iya, pilih kampus yang terbaik" ucap ayahnya
"pasti, pasti yah, makasih" balas Dewa
bundanya menampakan ekspresi bahagia, dewa juga pastinya.
mungkin ayah dewa sedikit luluh dengan ungkapan dewa semalam.
ia bercerita pada teman temannya, kini ia bimbang memilih jurusan apa yang ia akan ambil
"kalau dokter.. gua sendiri sakit"
Dewa termenung, menatap langit melalui jendela kamarnya, tiba tiba bundanya masuk ke kamar
"Dewa? ko ngelamun, lagi ngelamunin apa sayang?" ucap Diana sembari menyodorkan semangkuk sup untuk Dewa
"makan dulu" ucapnya memandangi anaknya
"jurusan bun" ucap Dewa
"bingung ya?"
Dewa mengangguk mendengar kalimat itu"Dewa, pilih menurut minat kamu, tanya ke dirimu maunya apa, jangan karna orang lain, kan kamu yang ngejalanin"
"bun Dewa pengen jadi dokter, tapi Dewa aja gabisa nyembuhin diri sendiri, masa mau nyembuhin orang lain" ucap Dewa sembari sesekali memakan supnya
"wa, perlahan kamu pasti bisa sembuh, bunda selalu disini buat support anak bunda, jangan pesimis, kalau minat kamu disini, harus di perjuangin" ucap bunda sembari mengacak rambut dewa.
"nanti Dewa pikirin lagi bun."
diana pun pergi meninggalkan Dewa di kamarnya
Dewa mulai membuka laptopnya, kini ia bukannya belajar, namun menonton film, Dewa sangat suka menonton film, karna akan banyak pelajaran yang ia bisa ambil dari sana, ia lebih suka menonton di banding membaca, ia akan bisa lebih mendalami ceritanya kalau berupa film
tetesan air mata mulai mengalir dari mata Dewa menuju pipinya dan jatuh ke kasur, Dewa dengan cepat menghapus jejak air mata itu.
ia menonton film, yang tokoh utamanya mentalnya sudah rusak sedari kecil, karena orang tuanya, ia dapat merasakannya karena nasib tokoh itu, dengannya hampir sama, ia menyadari sesuatu
bahwa ternyata banyak remaja remaja yang sudah menderita, mentalnya kacau, emosinya masih belum bisa terkendali, dan pastinya butuh rumah.
"gua akan jadi rumah buat mereka, psikiater."
![](https://img.wattpad.com/cover/335352705-288-k37959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA & RAHASIANYA (REFISI)
Romance"Perjuanganku Sudah Sampai Titik Pasrah, Tuhan" Sadewa Reethenio, seorang lelaki manis yang tumbuh dengan berbagai tuntutan dan harapan dari sosok yang ia sebut ayah. Sejak usia enam tahun, ia kehilangan orang tua kandungnya, meninggalkan luka menda...