Bab1

31 3 0
                                    

Pagi hari yang begitu cerah harusnya terasa hangat, bukannya terasa menegangkan dan sepi. Begitu Harca menuruni anak tangga, ia celingak-celinguk tidak ada siapapun kecuali adik yang selalu membuatnya kesal, Raska. Harca menghampiri Raska yang sedang asik menonton tv sambil menyantap bubur sebagai menu sarapannya.

"Mamih kemana?"

Raska menoleh untuk menatap siapa lawan bicaranya.

"Lagi membasmi kejahatan bersama wonder women" jawabnya asal, lalu di hadiahi bantal sopa yang mengenai kepalanya, membuat cowok itu pingsan. Tidak, sebenarnya Raska tidak pingsan, itu hanya keinginnan Harca saja. Abis adeknya ngeselin, di tanya baik-baik jawabnya ngasal.

Raska berdecak kesal, "Apaan sih kak,"

"Lagian kakak nanya serius, mamih mana?" tanya Harca sudah bersiap akan meninju Raska, jika cowok itu menjawab dengan asal lagi.

"Belanja ke pasar sama Riska," kata Raska memberitahu kakaknya lantas ia kembali menyantap sarapannya yang tertunda.

Syukurlah ternyata mamanya sedang tidak ada di rumah, itu artinya ia bisa pergi dari rumah untuk menghindari pertemuannya dengan lelaki yang akan di jodohkan dengannya.

"Jangan coba-coba buat pergi, mamih bilang hari ini kakak gak boleh kemana-mana," ucap Raska memperingati, membuat Harca mencebik. Mamahnya sudah pasti menyuruh Raska untuk mengawasinya karena biasanya cowok itu, minggu pagi masih betah berada di kamarnya sampai siang. Tidur sehabis begadang main game.

"Siapa juga yang mau pergi, kakak tuh mau kedepan, mau nyiram bunga," ucap Harca.

"Iya abis nyiram bunga langsung pergi," tebak Raska tepat sasaran. Cowok itu tau saja kalau Harca memang berencana pergi untuk menghindari pertemuannya dengan orang yang hendak di jodohkan dengannya.

"Kakak gak bakal pergi, liat kakak gak bawa tas dan kakak cuma pakai piyama, mana mungkin kakak bisa pergi dengan penampilan seperti ini" ucap Harca meyakinkan adiknya sekali lagi.

"Aku gak bodoh, mau kakak bawa tas atau enggak, pakai pakian apapun juga gak ngaruh,"

"masa kakak pergi gak bawa apa-apa sementara hp, dompet, semuanya ada di tas, dan penampilan kakak berantakan gini," ucap Harca berusaha meyakinkan adiknya. Apapun yang terjadi Harca harus pergi dari rumah orang tuanya untuk menghindari perjodohannya.

"Bisa aja kakak minjen duit ke tetangga," tuduh Raska enteng membuat Harca sedikit kesal.

"Tetangga mana yang mau minjemin duit ke kakak, kenal aja enggak," Kata Harca. Jujur saja Harca memang tidak mengenal tetangganya karena Harca jarang bergaul. Teman Harca pun hanya sedikit, itu pun tidak terlalu dekat. Mengingat soal teman, Harca memiliki teman pena yang sangat begitu akrap dan sering Harca jadiin tempat curhat. Tapi sekarang mereka jarang chatting ataupun vc karena sahabat pena Harca sudah menikah. Dan karena hal itu, sahabatnya jadi susah di hubungi padahal ada banyak hal yang ingin Harca bicarakan padanya.

"Tapi kakak bisa aja nelpon temen buat jemput sebelum keluar kamar," tuding Raska.

Mendengar tudingan adiknya, Harca mencebik, "Terserah, mulut kamu tuh kayak cewek. Heran deh kembaran kamu aja gak gini,"

"Kan aku niruin kakak," ucap Raska bangga karena bisa meniru kakaknya, tapi sebenarnya ia malas untuk berbicara panjang lebar.

"Lah kok kakak, perasan kakak gak gitu-gitu amat," sangkal Harca. Bukan salah Raska ngomong seperti itu karena dari semua anggota keluarga memang Harca yang cerewet dan memiliki banyak alasan. Jadi, gak heran kalau ia suka di panggil Mak oleh teman-temannya maupun adiknya.

Unwanted WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang