4 - Ikkie Cemburu

484 46 3
                                    

Riki berjalan dengan loyo, sangat tak bersemangat. Capek banget, habis ujian praktek. Hari kelulusan memang sudah dekat, hanya tinggal ujian tulis saja.

Haus, air minumnya abis lagi.

Akhirnya, ia memilih berkunjung sebentar di minimarket depan sekolah. Mau beli air dulu, sama camilan buat nonton nanti malam. Mumpung malam minggu.

Malam minggu jalan-jalan? Engga, Riki lebih suka rebahan dikamar ditemani camilan, suami tercinta, dan menonton drama Korea—engga deng, bukan drama Korea, tapi kartun animasi dengan lagu anak-anak dari kanal utube kokolemon.

Riki sudah berkali-kali menolak, untuk apa juga ia menonton hal seperti itu? Dia kan bukan anak-anak!

Namun, Junghwan tetaplah Junghwan. Pria jangkung itu benar-benar tak membiarkan istri kecilnya menangis, sekalipun itu karena film yang ditontonnya.

Dan Riki, mencuri-curi waktu untuk tetap menonton drama Korea yang sedang ramai dibicarakan. Contohnya, pas istirahat sekolah, atau pas dirumah sendirian. Kadang sampai rela begadang buat nonton, pake headset, sembunyi dalam selimut.

Haha, Junghwan kecolongan.

Satu troli yang didorong oleh Riki, kini penuh dengan banyak makanan ringan dan beberapa kopi kaleng. Stok buat dua mingguan, hehe.

Riki mendorong troli menuju kasir, kemudian membantu sang kasir menghitung jumlah belanjanya.

Pergerakan Riki terhenti ketika maniknya menangkap Junghwan yang berjalan bersampingan dengan seseorang. Cwe pula.

Riki menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan kegiatannya barusan. Tak memperdulikan Junghwan yang juga terkejut di ambang pintu.

Setelah membayar, Riki pergi dengan dua kresek besar didua sisinya. Meninggalkan area minimarket, dan juga meninggalkan Junghwan yang sudah duduk di bangku luar minimarket.

"Ikkie!" Junghwan berteriak, ia berdiri dari duduknya dan berlari mengejar istri kecilnya.

Riki yang dipanggil bukannya berhenti ataupun merespon, ia justru makin mempercepat langkah kakinya. Kemudian berlari setelah gendang telinganya menangkap suara seseorang berlari.

Apa-apaan itu tadi? Dia juga bisa cemburu tau!

Riki memang berlari, namun karena membawa dua kresek yang tentunya berat, mengakibatkan pergerakannya sedikit lamban. Dan Junghwan dapat meraih tangan mungil sang istri.

Dua anak Adam itu berhenti, mengatur nafas setelah berlari.

"Kenapa lari?" Junghwan bertanya setelah dirasa  nafasnya kembali stabil.

Riki menggeleng, "Kakak juga tadi ngapain ngejar Riki?"

Lah?

Junghwan menarik napas, "dengerin Kakak dulu ya? Kakak kesini mau jemput kamu, Kakak ngga ada apa-apa sama cwe tadi, dia temen Kakak pas kuliah dulu. Ngga sengaja ketemu."

Oh, mau jemput.

Riki berjalan meninggalkan Junghwan tanpa membalas apapun. Junghwan dengan cepat mensejajarkan langkahnya, dan merebut dua kresek yang dibawa istri kecilnya.

Sebenarnya, Junghwan udah was-was. Takut Riki ngambek, atau bahkan marah. "Ikkie."

"Apa?" Sahut sang pemilik nama tanpa menoleh. Ia fokus pada ponselnya—membalas candaan random dari grup kelas.

"Ikkie."

"Apa?"

"Ikkie."

"Apa sih?"

"Kalo dipanggil tuh noleh, sayang."

Riki tak menggubris, ia terus fokus pada ponselnya.

Biarkan saja, biar tau rasa.

Hingga mereka sampai di mobil yang dibawa oleh Junghwan. Riki masuk di samping kursi kemudi, dan Junghwan meletakkan dua kresek belanjaan di bagian belakang, kemudian ia duduk di kursi kemudi.

"Ikkie."

"Apa sih, Kak?!" Sahut Riki dengan sedikit nada tinggi. Sedikit doang kok. Greget dia tuh, daritadi manggil-manggil doang. Ngomong kek, apa gitu.

Junghwan merebut ponsel Riki, melemparnya ke kursi belakang. Lalu, menatap Riki dalam, menangkup wajah manis sang istri. "Marah?"

Riki memalingkan wajahnya, "ngga. Ngapain marah, mending ketawa sama temen-temen kayak tadi. Mana hp-ku?" Balasnya, dan diakhir kata Riki menengadahkan tangannya—meminta kembali ponselnya.

Dari kalimat barusan, Junghwan dapat menyimpulkan bahwa; fiks, Riki marah. Jawabannya agak nyelekit. Kayak— Junghwan tuh udah bukan orang yang bikin Riki ketawa lagi.

Hahahah, kasian.

Mari menertawakan Junghwan. Hahahah.

Junghwan menarik tengkuk sang istri, bibirnya ditabrakkan dengan bibir peach milik Riki. Cuma dikecup doang kok, ngga lebih.

Terus bilang, "maaf. Dia beneran temen Kakak, bukan orang penting buat Kakak. Yang penting buat Kakak itu kamu, sayang."

Dada Riki terasa menghangat. Wajahnya yang tadi menoleh kearah lain, beralih berhadapan dengan Junghwan. Dan mendapati sang suami yang menatapnya sangat intens.

Junghwan mengikis jarak wajah mereka, dan kembali mempertemukan belah bibirnya dengan milik sang istri. Dilumat, dihisap, bahkan menggigit bibir bawah milik Riki.

Riki diam, merasakan pergerakan lembut bibir suaminya. Dan membuka mulutnya tatkala terkejut karena rasa nyeri di bibir bawahnya.

Junghwan tak menyiakan bibir istrinya yang terbuka, ia melesakkan lidahnya, mengabsen jejeran gigi Riki, serta mengajak bertarung lidah disana.

Hingga Riki yang terbawa suasana, tanpa sadar melenguh pelan. Dan ya, lenguhan itu berhasil membangunkan sesuatu milik Junghwan.

Shit!





Janlup voment!
Next👇🏻

hwanki ; marriage [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang