i'm triffty

8 5 0
                                    

_____________~¶¶¶~_____________
Happy reading
.
.

Aku ini sejenis orang dengan tipe Kinestetik, artinya orang yang nggk akan bisa diem dan harus melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk bisa mencerna sesuatu.

Tanganku terus menggores pena hitam di atas kertas putih, garisan-garisan arsir mulai menunjukkan hasil gambaranku.

Telingaku tetap jeli untuk mendengarkan guru biologi ku yang sedang menjelaskan walaupun pandanganku sedang fokus membentuk sebuah garisan tipis. "Setelah itu sel telur ini akan turun dan berada di ovarium ..." Tiba-tiba suara menjadi hening, biar ku tebak apakah pak Hendro break untuk minum air, aku mencoba menerka-nerka.

tiba-tiba seseorang dengan kasar merampas sketsabook milikku dan membuatku berdebar karena terkejut.

"Kau ini sedang apa!!" Aku menatap wajah Pak Hendro yang merah dengan mata yang melotot marah, aku menundukkan kepala karena takut. "Maaf pak, tapi saya mengerti barusan bapak menjelaskan apa." Aku menjelaskan garis besar yang dapat kusimpul kan dari apa yang kudengar.

Pak Hendro menghela nafas, pria berumur sekitar 4 kepala itu memberikan sketsabook ku kembali.

"Lain kali kalau ada guru yang sedang menjelaskan didepan harus memperhatikan ya!" Serunya, aku cepat-cepat mengangguk.

"Baik pak, maafkan saya." Pak Hendro memijat dahinya dan berjalan kembali ke depan. "Lo nggk papa kan?" Tanya Mey berbisik sambil mengusap punggungku, aku mengangguk dan tersenyum.

"Haha, gila banget waktu Pak Hendro teriak gue kaget setengah mati!" Tawa Mey cekikikan, aku dan Mey sekarang sedang berada di kantin, menyantap mie goreng dengan toping sosis dan telur. "Gue kira yang bakal kena amuk gue, soalnya tadi gue ketiduran sedikit." Jelasnya dengan jujur sambil memijat botol saos.

Aku menyuapkan mie ke dalam mulut, sedangkan jari-jari di tangan kiriku yang menganggur asik memutar-mutarkan sumpit.

"Dor!!" Tiba-tiba seseorang datang dan berusaha mengejutkan kami. "Aduh Raja lu tu mononton banget sih jadi orang!!" Protes May menepis tangan Raja di bahunya. Raja mengambil kursi di sebelah May. "Ada apa nih asik banget kayaknya?" Tanyanya melihat ke arahku.

"Lu tau nggk tadi di Tri dimarahin sama Pak Hendro." Jawab Mey. "Loh, pasti karena alesan lu nggk bisa diem lagi." Tebak Raja diangguki oleh Mey, dan mereka tertawa bersama.

Memang benar ya dua sejoli ini cocok sekali, sampe-sampe aku pikir mereka ini pasangan atau adik kakak.

Raja menepuk bahu pacarnya, "lu tau nggk waktu SMP si Tri ini dihukum gara-gara nge gambar di kertas ulangan pake pulpen, gue masih inget sampai sekarang." Kata Raja, membuatku cemberut masam.

Aku dan Raja adalah sahabat dekat sejak SD, rumah kami juga tetanggaan selisih dari beberapa rumah lain.

"Udah jangan diinget lagi, malu tau!!" Protesku dengan sebal, Raja semakin asik mengusiliku. "Gue inget, lu pernah juga kan disuruh Pak Asep beliin pop ice trus sama lu di tumpahin dijalan habis itu lu disuruh ganti." Wajahku semakin memerah malu.

"Ihh diem nggk!!" Tiba-tiba aku berdiri dan menyambar dasi cowo itu dengan berani. Raja tersetak kaget.

"Wow sist santai...." Serunya melepaskan cengkraman ku. Inilah yang paling aku nggk suka dari orang semacam ini.

"Ja udah, di lihatin orang tau!" Bisik May ke telinganya. Aku melonggarkan cengkraman ku. "Haha sorry Tri, gue bercanda doang." Sergahnya.


"May kamu nggk kesel apa pacaran sama orang ini?" Tanya ku, langsung di depan targetnya. "gue sakit hati loh dengernya." Raja memegang dadanya ber-akting seakan dia adalah orang yang paling tersakiti.

"Lu kayak nggk tau aja sih Tri, orang-orang bilang gue sama dia itu kaya inang di bagi dua." Aku mencibir.

"Gue ngabayangin sih kalau gue pacaran sama lu, pasti gue bakal ikut kena imbas setiap masalah lu." Lagi-lagi Raja tertawa puas, aku bangkit dengan kesal dan meninggalkan mereka berdua.

"Tri!!" Teriak May.

"Ah elu sih!" Protes May, bangkit dan menyusul Tri, Raja hanya dia mengedikkan bahu.

Aku menancapkan dengan kuat pulpen ku ke meja. "Dasar!!! Si Raja si***n!!" May mengusap-usap lenganku.

"Udah lah, makanya Lo itu kalau si Raja bercandain jangan marah, semakin Lo marah semakin kesenangan tu anak." Jelas May dengan santai. "Aku kesel banget sama dia!!" May menghela nafas.

"Kamu kok mau-maunya sama si Raja? Udah jelas anak brandalan kayak gitu!"

"Terus Lo kok mau temenan sama si Raja, udah tau orangnya ngeselin?" Aku terdiam, bener juga, aku berteriak dalam hati sambil menjambak rambutku.

"Dah bye May, inget kata aku hati-hati!" Ucapku memeluk sahabat terbaikku ini sebelum berpisah pulang. Agak alay sih kalau dilihat tapi modo amat, aku harus berpisah dari May selama 12 jam.

"Kalau udah sampai kabarin ya!" Raja mengangkat jari jempol dan kelingkingnya-calling ya!

May mengangguk dan segera pergi ke arah sebaliknya dari jalurku dan Raja.

"Mau naik angkot atau jalan?" Tanya Raja menyusul ku. "Angkot ajalah capek aku." Cowok itu mengangguk berjalan dan berharap angkot datang melewati kami.

Tak butuh waktu lama kami melihat Angkot yang bergerak menuju ke arah kami, Aku segera melambai untuk menghentikan.

Sore itu langit kota terlihat bewarna merah ke orange, motor-motor siap menyalip angkot kami dari belakang. Aku mengamati mereka dari kursi paling ujung.

Tiba-tiba angkot berhenti mendadak, aku berusaha mengerem kakiku agar tidak menabrak Raja yang duduk di sebelahku. "Lo nggk papa?" Tanyanya. "Tumben perduli." Sulut ku, cowo itu berdecak dan terlihat menyesal karena bertanya.

Sekolah kami dengan rumah sebenernya tidak terlalu jauh jaraknya, karena ini adalah waktu jam pulang para pekerja, maka kami harus lebih bersabar terjebak macet kali ini.

Aku menghela nafas, bersender pada dinding angkot, dan tak sengaja menatap seorang lelaki yang duduk di depan Raja yang sedang menatapku. Aku melirik ke arah lain, menempis jauh-jauh pikiran negatif.

Aku mencuri pandang ke arah lelaki yang menakan topi bewarna navy itu, bulu kuduk ku meremang saat mengetahui orang itu masih melihat ke arahku, aku tersenyum mencairkan suasana, lelaki itu balas tersenyum.

Dengan groginya aku menarik rambut panjangku ke depan berusaha menutupi, aku menggigit bibir dengan cemas. Lelaki aneh itu menatapku dengan lekat.

Mungkin karena kebiasaan ku, aku mulai banyak bergerak di kursi karena merasa tak nyaman, dan tampa sengaja menyenggol Raja. Ia menoleh dan menaikan dagunya-bertanya. Aku menggeleng cepat sambil tersenyum gentir. Aku tak ingin kecurigaan tidak terbukti ku ini menimbulkan keributan, jadi biarkan ini berlalu toh sebenarnya lagi sampai.

Tiba-tiba Raja melepas tasnya dan memberikannya padaku. "Tolong dong PANGKU tas gue, berat banget nih!!" Keluhnya sambil memijat-mijat bahunya, seakan di benar-benar menanggung tas berat, padahal isi tasnya hanya dua buku tulis dan pulpen. Awalnya aku kebingung, tetapi aku mulai merasa aman saat memeluk tas Raja.

Kami turun di perempatan kompleks rumah kami, dan melanjutkan perjalan dengan berjalan kaki. "Makasih ya Raj," ucapku, menyodorkan kembali tas cowok itu.

"Eh Lo itu kalau ada apa-apa langsung ngomong, untung tadi gue peka." Raja malah balik memarahiku. Aku cemberut. "Udah ayo keburu malem ntar gantian lagi Lo diincer Wewe." Ejek Raja membuatku ingin menarik ucapan terimakasih ku barusan.

______________________-

Well lagi-lagi author selingkuh, baca ya author mau keluar zona kapur fantasi.

15-3.-23

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TrifftyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang