W 6 | Memang beda

34 17 7
                                    

Aldehid, Keton. Teori evolusi Darwin?

••••••

BoV 'The Ballet of Via'. Gedung balet yang berdiri pada tahun 2000, di dirikan oleh Ayudya Chamor.

•••••


Aruna berjalan dengan langkah lebar menuju sebuah gedung bernama 'The Ballet of Via'. Setelah turun dari mobil yang mengantarnya yang terparkir jauh dari tujuannya, kaki jenjang gadis itu mematri langkah demi langkah ke sumber imajinasinya. Mata Aruna menyipit melihat sebuah papan nama berbentuk bulat dengan hiasan bunga merangkai ujung pinggirannya.

Gadis itu memutar tubuh, segera berlari menjauh dari sana. Bukan terkejut karena papan bunga itu bertuliskan 'Selamat datang Aruna' dan terpampang nyata di depan gedung BoV, tetapi ia terkaget sampai kepala yang ingin pecah karena melihat seseorang muncul dari balik pintu kaca.

Seorang pria paruhbaya berkaca mata dengan arloji yang akan selalu Aruna kenal. Seorang pria yang tidak mendukung Aruna dalam balet, seorang pria yang hanya ingin Aruna juara pertama. Pria itu ... Papanya.

Aruna menarik handle pintu mobil dengan kasar. Gadis itu kesal sekaligus bingung, kenapa Papanya yang tidak mendukung dan selalu ingin Aruna berenti dari kegiatan balet itu berada di depan gedung sana? Dan siapa yang meletakkan papan nama itu? Aruna tidak yakin dengan pikirannya, tapi pikirannya terus memberi sinyal tentang siapa yang meletakkannya.

Siapapun itu Aruna kesal karena harus melewatkan jadwal latihannya hari ini. Melewatkan momen bertemu Kak Vina, melewatkan momen menenangkan dari melodi yang terputar, melewatkan rasa sakit yang kemungkinan muncul saat ia berlatih.

Sakit yang entah itu di pergelangan kaki, jemari kaki atau lainnya. Sakitnya balerina.

"Brengsek!"

Gadis itu memukul stir mobil berkali-lali, tangan lentiknya melepas dasi yang melingkar di leher dengan kasar. Aruna harus mengendalikan emosi, dia tidak boleh kacau seperti ini.

Tarik napas, hembuskan. Tarik napas, hembuskan.

Gadis itu menarik Gear Shift Lever dan menginjak pedal gas. Aruna melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Matanya melirik ke kanan kemudian ke kiri. Tidak ada polisi yang berjaga. Aruna terpaksa memutar dengan mencari jalan yang lebih jauh untuk sampai ke rumah demi menghindari Wira yang berada di depan gedung BoV. Jalan yang kemungkinan ada polisi dan akan menghentikannya.

Seorang gadis berusia tujuh belas tahun menyetir mobil tanpa surat-surat. Aruna yakin dia akan di berhentikan di pinggir jalan jika saja ia bukan anak dari seorang Wira Chamor. Walau begitu, Aruna tidak bodoh dengan memamerkan berkeliut di jalan dengan mobil tanpa STNK miliknya.

Gadis itu menginjak rem perlahan, mobil yang ia kendarai berhenti di pinggir jalan. Aruna mengambil tas dari kursi samping pengemudi, membuka resleting, mengambil satu tablet obat dari botol kecil di sana. Menegak air agar obatnya terbantu masuk ke dalam kerongkongan.

Langit mendung mendukung dirinya untuk segera menyalakan kembali mobil. Mendukungnya untuk segera pulang dan membersihkan diri di batchup dengan air hangat.

Sepanjang di perjalanan, Aruna telah memikirkan alasan demi alasan jika saja ia bertemu dengan Wira di tangga rumah atau mungkin di ruang makan saat ia ingin memasak mie nanti.

Sebuah notifikasi masuk ke handphone Aruna. Gadis itu melirik, mendapati nama Kata terpampang di sana.

Kata bukan huruf

waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang