Happy reading
••••••
Aruna menghembuskan napas lega begitu matanya menangkap sosok Ayara yang sedang berdiri di depan pintu toilet. Kakinya mematri mendekati Ayara. Gadis dengan hoodie hitam itu berbalik menatap Aruna, senyumnya mengembang seiring Aruna mendekat.
"Mau ke toilet juga, Ru?"
"Lo kenapa di sini?" Aruna menggelengkan kepalanya setelah sadar akan pertanyaan retorik yang ia ucapkan. "Maksud gue, lo lama banget kalau cuma sekedar buang air kecil doang," sembur Aruna. Gadis itu tampak dongkol melihat Ayara yang asik-asikan berdiri di sini dan dirinya kelangkabut di kursi penonton karena si empu tidak kembali.
Aruna berdecak tidak sabar menunggu jawaban-atau alasan yang mungkin akan di buat Ayara.
Belum sempat Ayara menjawab, mulut gadis itu bahkan masih terbuka setengah ketika seorang gadis muncul dari balik pintu toilet.
"Thanks, ya, Ra." Gadis itu keluar sambil tersenyum ke arah mereka. Gadis yang Ayara kenal dengan nama Ranti itu sedikit tersenyum canggung saat tatapannya bertemu dengan mata Aruna.
"Gapapa," jawab Ayara.
Gadis itu berjalan melewati Aruna dan Ayara, "Bye, Ra.
"Dia nitip tasnya, tadi sama-sama ke toilet, Ru. Gue jagain aja, takut barangnya ilang," jelas Ayara ketika Ranti sudah jauh dari mereka.
Aruna melengos, "Oke." Kakinya mematri keluar dari depan toilet. Ingin kembali menuju kursi penonton.
Tidak dengan mengehentikan langkah, Aruna berjalan sambil mengucapkan satu kalimat. "Lain kali angkat tuh telpon gue. Lo ilang, gue abis."
"Iya, sorry."
.
Di lapangan, para anggota dari masing-masing tim saling berjabat tangan. Setelah mendapat score yang menunjukkan SMA Bangsa Pertama menjadi juaranya, para cheerleader memulai aksi terian, akrobatik dan sorak-sorai mereka untuk memeriahkan ke adaan.
"Gila, keren banget tuh Kata!"
"Yang keren tuh Wiarda uhuy!"
"Yahh, tapi Kata ganteng banget asli, gak mungkin hati gue kepincut sama Wiarda yang gak begitu ganteng."
Beberapa pujian dari siswi-siswi tidak kalah heboh, mereka berteriak-teriak untuk sosok Kata yang sialnya terdengar berkali-kali di telinga Aruna. Walau cowok itu bukan kapten yang biasanya paling di gilai di kalangan siswi pencinta demage, Kata cukup-bukan cukup-lebih sering menjadi perbincangan para siswi itu dan menjadi objek khayalan mereka ketimbang Wiarda sang kapten itu sendiri.
Kata tuh modal good looking doang, bisa aja enggak main basket dan kalian cuma modal caper di depan cowok ganteng demi di notice.
Itu kalimat semburan Aruna kepada para cewek yang teriak-teriak ini semisal memang Kata hanya modal good looking. Masalahnya itu cowok bukan cuma punya wajah yang bisa membuat orang senyum-senyum sendiri tapi dia memang cukup berbakat di cabang olahraga ini. Mencetak poin dan membuat orang senyum karena keduanya. Ganteng dan berbakat.
Belum lagi Kata adalah cowok pintar dengan ranking satu yang terus-terusan meninggalkan Aruna di posisi ke empat di kelas.
"Awas ceweknya ngamok," sindir salah satu siswi. Posisinya jauh dari Aruna, gadis itu berteriak untuk membuat kalimatnya mencapai Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
waktu
Teen FictionAruna, seorang balerina cantik harus terus membagi waktu antara belajar dan berlatih. Balet adalah sesuatu yang membuatnya bahagia dan merasa dekat dengan Mama walau Papa selalu menentangnya. Tetapi sebuah ujian akhir semester membuat sebuah rahasia...