P a r t 3

2 0 0
                                    



O M G.

Hanya tiga huruf itu yang dapat kukatakan dalam benak pikiranku saat ini. Entah ini keberuntungan atau kesialan.

Aku bertemu kembali dengan cinta pertamaku untuk kesekian kalinya.

"Ah ternyata bener elo, lo masih ingat gue kan?"

Otakku berkata agar cepat menghabiskan makanan dan pulang namun perkataan setan membuatku berpikir dua kali. "lo gak kangen sama gebetan tiga belas tahun lalu? sayang loh kalau lo ga cipika cipiki sama dia."

Mau berpikir dua kali atau tidak ini sangatlah tidak beruntung. Justru yang saat ini aku pikirkan darimana ia tahu namaku? karena yang kuketahui kita bahkan tidak pernah menyapa saat sekolah dasar dan hanya akulah yang menyimpan perasaan padanya.

"Ha-halo rin." Aldean melambaikan tanganku hingga akhirnya aku tersadar.

"Hah? ah maaf aku tidak sadar tadi. Tapi kamu siapa?" Oke aku berpura pura untuk tidak mengenalnya.

"Masa, kamu lupa sama temen sekolah dasar kamu, rin? Aku Aldean Adnan Putra" tanya Aldean cemberut.

Wajahnya sangat imut pengen ku toel toel tapi aku sadar diri.

"Aldean ya? maaf aku lupa."

Ingat Halim, Rin. Ga seharusnya kamu berada dekat dengan cowok lain walaupun Aldean mantan gebetan kamu. Namun Halim juga tidak mengabarkan keadaannya padanya.

Aldean terkekeh pelan mendengar ucapanku. "Gapapa kok, rin. Gue numpang makan sini ya. Soalnya ramai banget."

Aku melihat sekeliling ku ternyata benar, banyak orang berdatangan. Aku menggangguk pelan menandakan setuju jika Dean duduk bareng denganku. Sekalian sudah lama juga tidak bertatapan dengan mantan gebetanku.

"Oh iya, btw maaf sedikit menyinggung pribadi lo. Mau nanya, lo gak makan bareng sama pacar lo?" tanyanya seraya menyuapkan makanannya ke mulut manis itu.

Aku menggelengkan kepala. "Katanya sibuk."

"Sibuk selingkuh?" canda Aldean spontan.

Aku terdiam dengan candaan Aldean. apa maksud dari perkataan Aldean?

Lelaki itu tersadar dengan ucapannya. "Ah sorry gue gak bermaksud mengatakan hal itu kok."

Aku tersenyum kecut dan hanya berkata, "Iya tidak apa apa."

Padahal dalam hati aku ingin menangis.

Halim tidak pernah berjalan berdua denganku. Dia maunya berjalan bertiga. Halim, aku dan Vania.

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang