SDLV 2

1 0 0
                                    

Setelah Grover berucap singkat seperti itu, ia langsung berdiri. Karena gerakan yang tiba-tiba dilakukan oleh Grover, membuat suasana riuh karena menggoda Elmant terhenti. Grover tidak memperdulikan pandangan keluarganya, ia langsung berjalan menjauhi mereka semua.

Semuanya menghembuskan napas berat, sedangkan Flourence hanya menatap punggung kekar yang sudah semakin menjauh itu dengan pandangan sedih.

Raymond yang paham akan sikap anak sulungnya, hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala. Dia langsung berbalik untuk melihat kondisi putri kecilnya itu. melihat mata yang berkaca-kaca dari Flourence, Raymond langusng memegang tangan kecil tersebut. Mencoba memberikan kekuatan dan juga perlindungan untuk putri satu-satunya.

"I am okay, Dad," ucap Florence sambil memberikan senyum kepada Raymond.

Edgard memutar bola mata dengan kesal, "Engga usah so baik-baik saja, Cil. Kalo lu mau nangis, nangis saja. Kita tahu kok, Bang Grover habis natap tajam lu kan?"

"Kamu kalau mau nangis, nangis aja, Sayang. Daddy selalu ada di samping Flo," ucap Reymond dengan lembut, yang kali ini mengeratkan pegangan tangannya.

"Lu bisa nangis, Dek. Biarin aja Bang grover pulang sendiri. Kita main sama Mommy disini dulu. Atau lu mau beli ice cream?" tanya Elmant sambil memberikan senyum tipisnya.

Mendengar kata-kata yang diberikan ketiga lelaki itu membuat Flourence tanpa sadar meneteskan air mata. Hal ini, membuat Flourence tersentak kaget, dan langsung menghapus air mata yang berjatuhan mengenai pipinya.

"Hahahaha..., mata Flo sakit nih. Kok, jadi ada air mata gini," ucap Flourence sambil tertawa untuk menutupi kesedihannya, walaupun hal tersebut malah terlihat aneh dimata orang lain.

Ketiga lelaki itu langsung menatap sedih wanita mungil ini. Flourence akan menangis dan bersedih, saat abang pertamanya selalu memperlakukan wanita mungil ini dengan dingin. Selain itu, Grover juga selalu menganggap kalau Flourence tidak pernah ada. Bukan hanya sekali maupun dua kali, Grover memperlakukan dingin dan sarkas kepada Flourence. Tapi, setiap hari, saat Flourence ada di satu ruangan yang sama dengan Grover.

Raymond langsung menarik putri kecilnya yang tidak bisa berhenti menangis, walaupun Flourence terus menerus menghapus air matanya itu.

"Jangan ditahan, Sayang. Menangis saja, kalau kamu memang ingin menangis," ucap Reymond sambil mengusap rambut putri kecilnya itu.

Mendapat perlakuan lembut dari Sang Daddy, Flourence langsung terisak dan tidak lagi menutupi rasa sedih yang dirasakannya itu.

Edgard dan Elmant hanya menatap sedih adik kecilnya itu. Mereka berdua sangat paham dengan sikap dingin dan juga sarkasnya abangnya itu, tapi dia juga paham akan perasaan adik satu-satunya itu.

Si kembar juga merasa kalau Flourence lah yang membuat ibu mereka meninggal, tetapi mereka juga lah yang memaksa ibunya untuk diberikan adik, dan mereka juga lah yang meminta seorang adik perempuan. Sehingga, hal ini membuat mereka tidak bisa membenci dan juga menyayangi Flourence dengan jelas.

Edgard dan Elmant saling menatap satu sama lain, berbicara lewat mata tanpa perlu membuka suara satu sama lainnya. Hal, ini sering mereka lakukan dan selalu tepat untuk dijalankan tanpa membicarakannya lebih dulu.

"Dad..., aku akan menghubungi Bang Grover untuk pulang lebih dulu," ujar Elmant dengan pelan agar tidak mengganggu Flourence yang masih ingin menumpahkan perasaannya saat ini.

Raymond menganggukkan kepala sebagai jawaban atas ucapan Elmant.

To. Bang Over

"Bang, Lu pulang duluan saja. Kita masih mau disini."

Single Daddy Like a VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang