Prolog

34 4 1
                                    

[ don't forget play music before read ]

"Lagi?"

Cintia nampak kesal melihat sahabat dekat nya menangis hanya karena mendengar musik yg berhubungan dengan mantan nya satu itu.

"Kenangan manis? huh" lirih Serena.

Netra coklat gelap nya itu nampak kosong menatap pemandangan di depannya. Tiba - tiba se tetes demi se tetes air mata jatuh membasahi pipi chubby nya.
Kilasan ingatan 2 tahun lalu menyeruak masuk ke dalam memorinya.

flashback mode on

"Cantik banget ya langitnya by!" seru Serena dengan senyum mengembang di bibirnya.
Tiba-tiba sebuah tangan terulur mengacak-acak kerudung nya di susul dengan tawa renyah terukir dari bibir seorang lelaki berumur setahun lebih tua di sebelah nya.

"Iya somayku. Cantik, kaya kamu"

Ya sepasang sejoli yang terpaut usia berbeda setahun ini memang mempunyai nama panggilan khusus, yaitu somay dan pangsit entah dari mana asalnya.

Gadis yang di panggil somay tersebut langsung mendelik tajam ke sosok di sebelahnya.

"Kebiasaan deh! Kamu kan tau aku ga suka di pat". Kerudung aku jadi ga kobe tau!" sahut nya sambil membenarkan letak kerudung nya agar kembali rapih.

"Kobe? Kaya iklan produk aja AHAHA"

"Diem pangsit! Aku cubit nih kamu ya!" ancam Serena dengan mulut manyun dan tangan sudah bersiap melancarkan aksinya.

"Coba aja gih, ga takut. Tangan lia kan kecil mana mempan wle"

Satu lagi, Lia adalah singkatan dari Aprilia ( nama belakang Serena )

"OKE! KALO ITU MAU PANO!!"

Dan Vano adalah singkatan dari Stevano ( nama belakang Akbar )

Gadis dengan kerudung hitam tersebut pun berlari mengejar sesosok lelaki tersebut, sedangkan yang di kejar hanya tertawa puas sambil sesekali memeletkan lidahnya.

Jarak si cowo memang terbilang jauh di banding gadis di belakangnya. Namun Serena tidak menyerah begitu saja, ia dengan sekuat tenaga mencoba mempercepat lari nya.

Serena tersenyum sinis saat tangan nya hampir meraih kaos hitam milik cowo di depannya.

Namun..

Brukk

Tiba - tiba kaki nya terkena kabel yang tersambung ke salah satu mainan yang ada di Timezone tersebut. Alhasil, mau tidak mau tubuh kecil ny pun ambruk ke depan.

"MAMAHHH SAKITTTTT!!" teriak Serena sambil meringis.

Cowo yang tadinya berlari itu pun langsung menoleh ke belakang, refleks tertawa puas.

"Yahh emang enak? Syukurin. Siapa suruh tengil"

Serena memanyunkan bibirnya ke depan, berusaha bangkit namun tak bisa karena kaki kirinya terkilir.

"Awh, perih.." ringis nya.

Cowo itupun mendekat, mengulurkan tangan nya.

"Sini bangun, aku bantuin"

Serena menoleh, "Gendong!"

Cowo di hadapannya memutar matanya malas, namun tidak lama menghembuskan nafasnya pelan.

"Banyak orang by, malu tau"

"Gamau tau! ini semua juga gara-gara kamu tau!"

"Yaudah iya aku ngalah. Sini.."

Cowo di hadapannya itupun jongkok, dan menarik pelan tangan si cewe agar mengalungkannya di leher sang cowo. Kemudian pelan-pelan mengangkatnya ke atas punggung nya."

Beberapa gadis yang melihat kejadian itu, banyak yg menatap kagum sekaligus iri sambil berbisik satu sama lain.

"Udah kaya di drakor aja ya kita by hehe"

Cowo yang tengah menggendong nya pun menoleh, kemudian tersenyum.

"Iya sayang, liat tuh cewe lain banyak yang iri liat kita. Siapa dulu cowo nya" balas nya sambil terkekeh dan menatap bangga.

Serena memutar bola matanya malas,

"Seneng ya di kagumin banyak cewe gitu. Dasar caper"

"Ututu, somay ku cemburu"

"Paan sih"

flashback off

"Udah lah ser, lupain dia. Mau sampai kapan lu terluka kaya gini terus cuma karena cowo mokondo kaya dia?" ucap Cintia, tangan nya terulur mengusap punggung sahabatnya itu dengan mata nanar.

Serena mengusap matanya yang sembab, sambil menghembuskan nafasnya ia menjawab,

"Ga se gampang itu Cin, lu tau kan se lama apa hubungan gua sama dia? Hampir 3 tahun dan itu bukan waktu yang sebentar"

"Oke gua ngerti. Tapi lu juga harus liat ke depan ser, mau sampai kapan stuck terus di masa lalu? Banyak yang sayang sama lu, keluarga lu, sahabat" lu contohnya gua? Jangan lupa cowo" yang ngejar" lu, masih banyak kan? Lu lupa dengan Daffa? Dia selalu ada buat lu"

Serena menoleh dengan tatapan layu,

"Tetep aja beda cin, Se baik apapun Daffa, dia ga mungkin bisa gantiin Akbar di hati gue"

Tidak berapa lama, tiba-tiba notif di hp Serena menyala. Gadis itu menoleh sekilas ke arah hp yang ada di genggaman tangan nya. Tertera nama Daffa muncul di sana dengan beberapa pesan masuk.

Cintia yang ikut menoleh pun tersenyum tulus,
"Come on girls, Dia care sama lo. Buktinya dia chat lu khawatir gitu, inisiatif nawarin jemput malah. Coba bandingin sama Akbar, dia selalu sibuk kan? Dulu jarang ada waktu berdua sama lu, malah jarang banget bisa anter jemput lu tiap lu butuh"

Serena menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, kemudian mematikan nya.

"Sorry, se baik apapun dia gua tetap ga bisa nerima dia. Gua ga munafik, gua masih nunggu Akbar balik"

Cintia menghembuskan nafas kasar, sulit memang menghadapi orang yang gagal move on.

"Ser, Jangan lupa Akbar pengecut. Dia aja bahkan ga ngucapin sepatah katapun saat dia pergi ninggalin lo gitu aja terus hilang tanpa kabar sampai saat ini. Udah 5 bulan loh, dan yang selalu nemenin lo Daffa. Sadar plis. Udah sadar nya lu ikhlasin dia dan mulai hubungan baru"

Serena menunduk lesu, "Gu-gue ga pantes buat dia Cin. Gue udah terlalu banyak nyakitin dia. Dia layak dapet cewe yang jauh lebih baik dari gue."

Cintia lagi lagi di buat bungkam oleh jawaban Serena. Karena memang benar adanya, selama ini Serena terkesan cuek terhadap Daffa namun kenyataan nya Daffa dengan sabar menunggu Serena sampai ia siap.

"Story Of Serena"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang