4

154 30 1
                                        

[Sun, 05 March, 23]

***

"Bagaimana kalau… kita melanjutkannya di tempat yang lebih nyaman?"
Satu kecupan melayang di pipi Yerin sebelum tubuhnya terdorong halus ke suatu ruangan. 

Dalam cahaya yang remang-remang, Yerin bisa merasakan seseorang mencoba merapikan rambutnya dan menyelipkannya ke belakang telinga. 
Sedangkan ia yang sudah terengah-engah tidak mampu untuk menjawab pertanyaan lawan mainnya itu.

Entah berapa waktu yang dibutuhkan, kewarasan Yerin mulai terkumpul kembali ketika ia merasakan tubuh bagian belakangnya menyentuh sesuatu yang begitu lembut. Tekstur itu terasa sangat nyata begitupun dengan sepasang tangan yang mendekap tubuhnya. 

Hembusan nafas hangat yang sebelumnya menerpa wajahnya pun kini perlahan-lahan berpindah ke bagian dagu dan terus turun ke daerah leher dan tulang selangka. 

Panas tapi dingin.
Rasanya seperti mandi dengan air hangat. 

Yerin merasa ada yang aneh pada tubuhnya. 

Sepertinya jaket bulu yang ia pakai sudah tanggal dan hanya menyisakan sebuah crop top.

Tunggu, ini tidak benar! 

"Oke, CUT!"

Oh, syukurlah! 
Ya Tuhan… apa itu artinya syuting sudah selesai dan Yerin tidak perlu berkali-kali mengulang adegan seperti yang sudah-sudah? 

Perjalanan panjang ini akhirnya sudah selesai! 

Yerin tak kuasa untuk bernafas lega ketika seseorang dengan cepat mengembalikan jaketnya saat lampu tiba-tiba menyala terang. Beberapa staf kemudian menghampiri untuk memperbaiki penampilannya yang terlewat lusuh. 
Yerin juga bisa mendengar suara gemuruh tepuk tangan yang berasal dari sutradara, kameramen, dan staf drama. 

Ah… syutingnya benar-benar sudah selesai. 

"Jeon Wonwoo, Jung Yerin. Kalian luar biasa! Kami yakin drama ini akan sukses besar!"
Yerin tersenyum canggung saat sutradara tiba-tiba menghampirinya dan Wonwoo yang masih berdiri di samping ranjang. Laki-laki paruh baya itu kemudian menjabatnya dengan penuh semangat. 

"Aku sangat senang bisa bekerja dengan kalian… "
Saat Wonwoo tersenyum bangga, Yerin hanya bisa membuat lengkungan bibir yang terkesan kaku. 

Sampai sekarang ia tidak bisa menemukan alasan kenapa ia harus bahagia. 

Itu semua karna hatinya sedang menangis sedih! 
Bagaimana bisa laki-laki tua itu merasa bangga setelah menyuruh penulis untuk merombak habis isi naskah? 

"Aku sempat merasa menyesal saat mengetahui kabar Mingyu yang cedera parah"

Asal pak sutradara itu tau, Yerin bahkan seratus kali lebih menyesal karna mau melanjutkan drama ini. 

"Tapi syukurlah Oui masih punya aktor berbakat lain. Aku sangat berterima kasih"
Lanjutnya sambil tertawa dan menepuk pundak Wonwoo. Sejak hari pertama syuting, ia sudah terlihat sangat menyukai akting laki-laki itu. 

Cih. 

"Aku berharap bisa bekerja dengan kalian lagi"
Kata-kata terakhir itu bagaikan sambaran petir di siang bolong. Yerin merasa dia akan bermimpi buruk setiap hari setelah mendengarnya. 

"Kau terlihat sangat kesal"

"Benar, Jeon Wonwoo. Kau tidak salah lihat"

***

"Apa menurutmu itu masuk akal?. Pak tua itu sangat menyebalkan!"
Eunha mengangguk-angguk dan mencoba memegang kedua tangan Yerin yang baru saja menaruh gelas Vodka nya dengan cukup kasar. 

[PARALLEL] THE MAIN ROLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang