Chapter 4

29 3 0
                                    

Untuk cerita sebelah ditahan dulu. Masih mau di mantapin ceritanya, jadi sabar dulunya😁😁

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tap...tap...tap

Suara bola memantul di seluruh gedung olahraga. Neru yang kini telah sampai di depan pintu masuk segera masuk dan melihat aktivitas siswa yang sedang melakukan latihan. Dia melihat ke sisi kanan dan melihat anggota klub basket yang sedang latihan dan disisi lainnya ada lapangan volley dan melihat Risa yang sedang duduk membelakanginya disalah satu kursi pemain. Melihat Risa yang masih belum selesai, Neru memutuskan untuk duduk disalah satu kursi penonton sambil menunggu Risa selesai. Sambil menunggu, Neru membuka media sosialnya agar tidak bosan menunggu.

Setelah 30 menit berlalu, Techi yang melihat Neru yang duduk disalah satu kursi penonton kemudian menghampirinya dan duduk di sampingnya. Neru yang dari tadi memainkannya ponselnya tidak menyadari kedatangan Techi sampai Techi menunjuk pipi Neru. Neru yang kaget melirik ke arah kanannya dan melihat Techi yang tersenyum.

"Otsukaresama... sudah selesai?" Tanya Neru kepada Techi sedangkan Techi hanya mengangguk tersenyum. Neru kemudian melihat ke arah lapangan volley dan melihat Risa yang belum selesai dengan klubnya.

"Apa kau menunggu watanabe-san ?" Techi melirik ke arahnya dan melihat Neru mengangguk. keheningan menyelimuti mereka

"nee... Neru. Seperti apa hubunganmu dengan watanabe?" Tanya Techi tiba-tiba setelah keheningan yang terjadi. Neru yang mendengar itu melihat ke arah Techi sambil mengerutkan keningnya.

"hmmm.. Aku dan Risa sejak kecil selalu bersama dan rumah kami juga berdekatan. dia seperti seorang kakak bagiku. dia selalu ada untukku, menjagaku. Bisa dibilang dia sosok yang luar biasa.."

"...dan aku tidak menyangka ada sosok seperti dirinya dihidupku." tanpa sadar Neru tersenyum. Entah kenapa Techi merasa sakit di hatinya apalagi dia melihat senyumnya saat membicarakan Risa. Setelah itu, mereka diam beberapa saat masih menatap ke arah lapangan

"Apa kau pernah menyukai...." Techi terdiam saat melihat mata Neru. Dengan menatapnya saja dia bisa melihatnya.

"Apa?" Tanya Neru karena Techi tidak melanjutkan perkataannya. Techi hanya menggelengkan kepalannya

sepertinya aku tidak ada harapan

Disisi lain, Manaka yang menyadari Neru dan Techi sedang duduk di kursi lapangan tiba-tiba memiliki sebuah ide untuk sahabatnya keras kepala itu. Dia melirik ke arah Risa yang belum sadar kedatangan Neru. Pelatih kemudian memanggil Risa dan Manaka.

"Saya tidak tau apa masalah kalian. Tapi jangan membawa masalah pribadi di sini. Kalian mengerti?" ujar tegas pelatih. keduanya hanya mengangguk. mereka kemudian masuk ke lapangan. mereka masih dengan posisi yang sama, dengan Manaka sebagai Tosser dan Risa sebagai Spiker. Manaka masih melakukan hal yang sama sebelumnya, tidak memberi Risa untuk melakukan smash yang membuat mereka memiliki perbedaan score yang cukup jauh dari team lawan. Risa hanya menghela nafas. dia tau bahwa Manaka hanya kesal dan marah dengannya dan ingin membuatnya kesal. sekarang bola berada di team lawan dan sedang melakukan servis. Manaka dan Risa sedang bersiap di depan Net

"heii.. Risa. coba lihat sebelah kananmu" Risa Menoleh dan melihat Neru ada di sana masih bersama Techi di sampingnya. Manaka yang menyadari perubahan wajah Risa hanya tersenyum miring. Risa kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke depan seperti tidak melihat sesuatu dan bersiap menerima servis team lawan .

benar-benar keras kepala

Team lawan kemudian melakukan servis dan posisi libero mengambil bola dan memberikannya pada tosser (Manaka) lalu Manaka malah memberi umpan kepada spiker lainnya untuk melakukan smash dan memperoleh nilai. Manaka tersenyum remeh ke arah Risa dan Risa hanya menatap biasa ke Manaka. Dia berusaha untuk tidak terpancing.

"Apa yang kau rasakan Risa? sakit? gelisah? atau cemburu" Risa masih menahannya. Dia berusaha tidak peduli apa yang di katakan Manaka.

"Kau benar-benar pengecut. Orang sepertimu tidak mungkin bersamanya." kata remeh Manaka. Risa menggenggam erat tangannya masih tidak menatap ke Manaka.

"Tapi kau tenang saja. Kupikir Techi bukan orang sepertimu. Dia bisa menjaga Neru lebih baik darimu" Manaka meletakkan tangannya dibahu Risa. Risa kemudian meliriknya dan melihat wajahnya yang tersenyum miring seakan-akan meremehkannya. Dia tidak bisa lagi menahannya. Risa menghempas tangan Manaka dan menggenggam kerah bajunya kemudian menghantam pipi kanannya. Manaka terjatuh dan terlihat darah keluar di bibirnya. Risa yang merasa belum puas kemudian duduk di atasnya dan memberikan pukulan di wajah Manaka secara bertubi-tubi

Anggota yang lain terkejut melihat Risa yang tiba-tiba memukul Manaka. Mereka kemudian menarik Risa yang berada di atas Manaka menjauh darinya. Risa berusaha melepaskan diri dan masih belum puas memberi pelajaran kepada Manaka. Neru yang melihat itu kemudian berdiri menatap ke arah lapangan volley. Dia melihat Risa yang ditahan dan berusaha melepaskan diri dan ingin menghampiri Manaka yang tergeletak di lantai. Neru sangat khawatir. Dia tidak pernah melihat Risa memukul Manaka seperti itu

"Risa" Guman Neru khawatir. Techi yang melihat itu merasa sakit melihat Neru khawatir dengan Risa

"Lepas. Aku belum puas menghajarnya" berontak Risa sedangkan Manaka hanya tersenyum kecil sambil mengusap lukanya.

"Sudah cukup kalian berdua" Teriak pelatih membuat semuanya terdiam

"Kalian berdua saya skorsing selama 2 minggu dan kalian harus membersihkan lapangan dan ganti baju selama masa skorsing. kalian paham?" Teriak tegas pelatih yang terdengar di seluruh gedung olahraga. Risa berusaha mengatur nafasnya. Setelah tenang dia melihat ke arah Manaka dan melihat wajahnya yang terlihat babak belur. Dia merasa bersalah karena membuat wajah sahabatnya terluka tapi bukan salahnya juga. Dia sudah berusaha menahannya tapi Manaka selalu memancingnya sampai batas kesabarannya.

Risa kemudian berjalan meninggalkan lapangan menuju ke ruang ganti. dia mengambil tasnya dan mengganti sepatunya. Risa kemudian keluar dan menghampiri Neru yang masih duduk di kursi penonton masih bersama Techi.

"Risa" ucap Neru khawatir

"Ayo pulang Neru" Risa mengambil tangan Neru dan menariknya keluar dari gedung tanpa memedulikan Techi di sana. Techi hanya menatap mereka berdua sampai hilang dari pandangannya. sedangkan Manaka masih berada di lapangan yang sedang diobati oleh anggota lainnya. Manaka menghela nafas merasa bersalah karena membuat Risa menjadi marah. Dia tidak bermaksud seperti itu, tapi Risa yang membuatnya melakukannya dan dia sekarang tau ternyata pukulan Risa benar-benar sakit.

---

Risa masih menarik Neru dan berjalan di koridor sekolah. Dia sampai lupa kalau kaki Neru masih terluka dan Neru berusaha untuk menahan sakitnya.

"Awww" Neru meringis kesakitan karena Risa menariknya berjalan cepat. Risa kemudian berbalik setelah mendengar Neru meringis. Dia melihat Neru yang memegang lututnya. dia lupa kalau kakinya terluka

"Maaf aku lupa. Ayo" Risa memegangnya dengan lembut dan menuntunnya dengan pelan. Saat mereka kembali berjalan Neru menghentikan langkahnya dan membuat Risa menoleh ke arahnya. Neru hanya diam membuat Risa bingung

"Kamu punya masalah dengan Manaka?" tanya Neru sedangkan Risa hanya terdiam dengan wajah sedih. Neru yang melihat wajah sedihnya tiba-tiba memeluk dan memberikan usapan ke kepalanya

"Tidak apa-apa. Neru tau Risa tidak bermaksud memukulnya" Risa kaget karena pelukan tiba-tiba tapi dia tidak bisa menolak. dia membalas pelukan Neru dan meletakkan kepalanya di bahu Neru. Beberapa detik Neru mendengar isak tangis kecil dari gadis yang ada di pelukannya. Neru sadar saat ini Risa sangat membutuhkannya sekarang

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Posisi libero fokus pada pertahanan dan sering menerima serangan maupun servis.

Author

~TNR~

Story of RisaNeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang